1

7 2 4
                                    

"Lo bisa gak sih? Gak usah ngajak cowok lo ke sini? Eneg gue liatnya!" decak Zea memandangi sahabatnya yang tengah uwu-uwuan bersama kekasih barunya, padahal ia baru saja putus tujuh jam yang lalu dengan kekasih lamanya.

Tuh kan, gue jadi ngitung setiap jam si Gea pas jadi jomlo! batin Zea berdecak.

Gea-- sahabat Zea itu memandang malas ke arah Zea sambil terus disuapi oleh sang kekasih. "Makanya lo cari pacar! Kena uwu phobia mampus lo!"

Zea melotot tak terima. "Salah lo, lah! Ngapain uwu-uwuan depan gue yang udah jelas berstatus jomlo!"

"Cari pacar sono!" decak Gea lalu tersenyum manis saat tak sengaja bersitatap dengan Dani-- kekasihnya.

"Males, ribet!"

"Aelah, ribet apanya sih? Enak kali, Ze. Tiap lo gabut ada yang menenin, ada yang merhatiin. Iya gak beib?" tanya Gea sambil menatap Dani yang dibalas anggukan dan senyum manis oleh pria itu.

Sungguh, panggilan Gea untuk kekasihnya membuat Zea geli seketika. Semua mantannya dulu saat pacaran Gea panggil seperti itu, tidak ada yang berbeda. Yang artinya, tidak ada yang istimewa, semuanya sama, ujung-ujungnya akan menjadi korban dari Gea, si pakgirl.

"Enak apanya, tiap mau kemana-mana harus izin dulu. Izin kok ke pacar, izin ke ortu lah!" sindir Zea sambil memakan baksonya.

Gea terdiam sebentar, sebelum menatap Zea sinis. "Gue kan udah gak punya ortu dongo! Gimana sih!" decaknya.

Zea melotot seketika, ia lupa. "Eiya lupa," ucapnya sambil cengengesan.

Gea tak marah, ia sudah ikhlas. Tadi sinis juga cuma pura-pura, walau kadang suka teringat dengan kenangan bersama orang tuanya dulu dan itu membuatnya sedikit sedih. Beruntungnya Gea masih mempunyai Zea dan kedua orang tua Zea yang susah menganggapnya seperti anak sendiri. Jadi Gea tidak terlalu merasa kesepian, ditambah dengan Fajar--adik Zea dan Adam--abang Zea yang selalu ada untuknya.

"Sayang, aku ke kelas ya? Makanan kamu juga udah abis, kan?" Pamit Dani sambil menepuk puncak kepala Gea dengan pelan.

Gea mengangguk lalu menatap Dani sambil tersenyum lebar. "Makanannya jangan lupa dibayar ya, Beib!"

Dani mengacungkan jempolnya sambil berjalan menuju penjual makanan yang telah dipesan Gea, membayar makanan itu lalu berjalan meninggalkan kantin menuju ruang BK. Pamitnya Dani dikarenakan dipanggil guru BK karena ketahuan merokok di belakang sekolah.

"Pacar Lo gak ada yang bener perasaan!" Decak Zea.

Pasalnya kemarin Gea baru putus dengan pacarnya yang suka tawuran dan suka membolos bahkan sudah menjadi langganan diruang BK.

Gea memutar bola matanya malas. "Ntar gue pacaran sama cowok baek-baek Lo sendiri yang kaget!"

***

"Gila sih, gue gak nyangka banget. Temen kelas kita yang baru cantik-cantik anjir," pria itu tersenyum puas sambil memandangi setiap gadis yang berada di kelas itu satu persatu.

Mereka baru naik kelas sebelas, dan wali kelas mereka dengan sangat berbaik hati memberikan waktu pada mereka untuk saling berbaur terlebih dahulu.

Elzra-- teman dari pria tadi hanya menyunggingkan senyum miringnya. Di dalam otaknya sudah merencanakan gadis mana yang akan jadi korban pakboynya terlebih dulu.

Pandangannya jatuh pada gadis yang sedang mengobrol ria bersama temannya, sesekali gadis itu mencuri-curi pandang ke arah El membuat senyum El semakin lebar.

"Gue udah ada target," ucap El menghentikan celetohan sahabatnya.

"Perasaan lo lagi pacaran sama anak kelas sebelah, iya gak sih?" tanya Egi menatap Khalif-- pria yang sedang cuci mata.

"Hooh. Lo maruk banget, El!" decaknya tak terima.

Eh mengedikkan bahunya acuh. "Udah gue putusin tadi pagi," jawabnya santai.

Kedua sahabatnya hanya mengangguk, sudah paham dengan sifat El. "Btw, yang mana, El?" tanya Khalif penasaran sedangkan Egi hanya terdiam lalu menghela nafas jengah menghadapi kedua temannya yang merupakan titisan buaya.

El menunjuk gadis yang ia maksud menggunakan dagunya lalu kembali tersenyum miring.

"Ah anjir, padahal itu inceran gue juga!" decak Khalif yak terima.

El tampak berfikir sebentar. "Kita suruh ceweknya aja yang milih, mau sama gue, apa sama lo?" usul El.

"Eh Bambang! Tanpa suruh milih juga dia bakal lebih nyantol ke elu! Lo gak usah bikin dia suruh milih antara berlian sama remahan rengginang deh! Udah jelas dia milih berlian lah!" jelas Khalif menggebu-gebu.

"Kalo lo mau, ambil aja. Gue mau cari yang lain," ucap El. Ia akan lebih memilih mengalah dari pada ujung-ujungnya bertengkar.

"Kaga elah! Gue juga sama kaya lo, maen-maen doang," kekeh Khalif lalu menepuk pundak El pelan.

"Oke, gue tembak sekarang," ucapnya gercep membuat Khalif berdecak, selalu seperti itu. Jika El sudah menentukan korbannya, ia tidak perlu berbasa-basi dan melakukan PDKT. El langsung akan menembaknya, diterima syukur, nggak juga ya gak masalah.

El berjalan ke arah gadis yang sampai kini masih curi-curi pandang ke arah El.

"Nama lo, Vella Kharisma?" tanya El to the point saat sudah berada dihadapan gadis yang bernama Vella.

Kelas yang tadinya ramai kini mulai sepi, mereka menyaksikan apa yang akan lakukan Elzra.

Vella mengangguk malu-malu. "Kok kamu tau?"

El hanya menunjuk badge nama Vella lalu kembali melirik Vella yang kini tersenyum sok imut dengan menautkan jari-jarinya.

"Lo mau jadi pacar gue?" ucap El yang terlalu to the point membuat Vella tremor seketika. Sedangkan seisi kelas tercengang menyaksikan aksi El yang begitu berani. Kecuali Egi dan Khalif tentunya.

Eek atau Elzra, Egi, Khalif sudah saling mengenal sifat masing-masing temannya. Elzra si playboy cap buaya, Egi si pendiem dan cuek tapi nggak cuek-cuek amat. Dan terakhir Khalif, anak ustad yang kelakuannya beda jauh sama bapaknya. Khalif tak beda jauh dengan Elzra, bedanya Elzra jika sedah menemukan targetnya akan langsung menembaknya. Sedangkan Khalif?  Butuh berhari-hari untuk melakukan pdkt terlebih dulu.

👋👋👋

See you next chapter guys!

ZeanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang