"Minta maaf, atau kita putus?"
Mata Vella terbelalak kaget, tidak percaya dengan ucapan El barusan. Ia tau El playboy, tapi ia tidak pernah mengira akan putus karna hal sepele, lagian hubungan mereka baru jalan dua hari.
"Apaan sih?! Kok kamu malah kasih pilihan yang aku sendiri gak bisa pilih."
"Oke, kita putus," final El lalu segera menarik Zea untuk pergi sebelum mendengar protesan Vella.
Zea mengikuti langkah kaki El yang lebar sampai El berhenti tiba-tiba, kepala Zea menubruk punggung keras El.
"Sakit dongo!"
El meringis lalu mengusap kening Zea pelan. "Iya maap!"
Zea menghempaskan tangan El kasar. "Ngapain sih narik-narik?!"
"Ya karna gue pengen narik!" jawab El tidak jelas lalu kembali melanjutkan langkahnya entah menuju kemana. El tadi berhenti sebentar karna melihat kedua teman Vella, El sedang malas bertemu dengan hal-hal yang menyangkut dengan mantan barunya.
"Bodo ah!"
***
"Balik di jemput bang Adam kan?" tanya Gea sambil merapikan bukunya.
Zea mengangguk lalu menggandong tasnya. "Iya, tapi bang Adam nya masih di jalan."
Kelas sudah lumayan sepi, sebagian siswa sudah keluar terlebih dulu, hanya ada beberapa orang yang tersisa.
Saat melewati bangku Vella, dengan sengaja gadis itu menubruk bahu Zea.
Si jamet sedang beraksi. Batin Zea memandang remeh Vella."Lo pasti sengaja kan, bikin gue sama El putus?!" tuduh Vella menunjuk muka Zea.
Dengan santai, Zea menurunkan telunjuk Vella lalu menepuk pundak Vella pelan. "Kalo udah di buang, lo harus nunjukin kalo lo bisa tanpa dia, lo harus lebih bahagia. Bukan malah nuduh orang sembarangan, kesannya kaya ngemis dan... murahan."
Setelah itu, Zea berjalan keluar kelas meninggalkan Vella yang termanggu.
"Gila sih, santai banget lo bilang gitu!" decak Gea takjub.
Zea terkekeh pelan. "Ngadepin orang yang lagi emosi itu jangan pake emosi lagi. Nanti yang ada tambah emosi dianya. Harus secara perlahan, tapi bisa bikin mental break dance!"
Gea semakin takjub, ia tidak bisa berkata-kata. Diantara mereka, memang Gea yang paling gampang terpancing emosi.
"Tuh, Bang Adam dateng," ucap Zea menunjuk mobil Adam yang baru terparkir di depan gerbang sekolah.
Adam keluar dari mobilnya, membenarkan letak kacamatanya, lalu menyugar rambutnya. Banyak siswi yang curi-curi pandang ke arah Adam. Tapi pria itu hanya menatap Zea yang kini berjalan ke arahnya lalu melambaikan tangan dan tersenyum manis.
"Sugar daddy bukan sih?"
"Si Zea kenalannya mah om-om berduit euy!"
"Wagilaseehhh."
Zea berdecak, desas-desus itu sangat mebuatnya tidak nyaman. Oleh karena itu, ia langsung memanggil Adam. "YA AMPUN ABANG GUE AKHIRNYA DATENG JUGA!" sengaja Zea teriak, supaya samuanya dengar dan tahu bahwa Adam abangnya, bukan sugar daddy seperti yang mereka katakan.
Gea berlari ke arah Adam lalu memeluk Adam erat, disusul oleh Zea yang melakukan hal yang sama. Adam hanya tersenyum lalu mengusap rambut mereka bergantian.
"Adek-adek abang sehat kan?"
Zea dan Gea mengangguk antusias. Sudah satu bulan Adam ada kerjaan di luar kota, dan baru pulang sekarang.
"Ayo masuk, kita lanjut ngobrol di rumah," Adam tersenyum masih sambil membukakan pintu belakang. Zea dan Gea segera duduk di kursi belakang dan Adam dikursi pengemudi.
"Bang, itu kayanya ada yang jatoh deh!" ucap Zea saat tak sengaja melihat pria tengah duduk ditrotoar sambil memegangi kakinya.
"Iya, kita tolongin dulu ya."
Mobil mereka menepi dan mereka langsung keluar, menghampiri pria itu.
"Butuh bantuan? Saya bisa mengantar anda ke ruman sakit jika anda perlu," ucap Adam formal.
Pria itu mendongkak lalu melepas helmnya. Dia, El. Seketika Zea terkejut, begitu juga Gea.
"El?!" seru Zea dan Gea bersamaan.
Adam mengerutkan dahinya heran. "Kalian kenal?" lalu matanya menatap logo sekolah El. "Ooh, kalian satu sekolah."
"Ada yang sakit?" tanya Adam.
"Nggak! Yang namanya orang abis jatoh pasti ada sakitnya lah, gimana sih, Om!" omel El nge gas.
Ini gara-gara si kucing kurang belaian yang tiba-tiba melintas didepannya hingga membuat motor El oleng dan akhirnya terjatuh.
Itu adalah cerita El saat Adam menanyakan kronologi kecelakaannya. Saat ini, El tengah berada di mobil Adam, dikursi belakang bersama Zea. El dikursi sebelah kiri, dan Zea disebelah kanan. Itu karena El takut lukanya yang berada disebelah kiri kesenggol Zea. Sedangkan Gea di kursi depan bersama Adam.
"Kakinya masih sakit?" tanya Zea mendengar El yang lagi-lagi meringis.
Kaki El tertindih motor dan terkilir. Sudah dipijat oleh Adan dan katanya sudah lumayan mendingan, tapi masih tetap uring-uringan membuat Zea merasa pusing mendengarnya.
"Lebay!" celetuk Adam.
El melotot tak terima. "Om! Selain kaki gue, ini siku gue juga kena aspal! Mana kaga pake jaket lagi," keluh El menatap darah yang mengering disiku kirinya.
Dan Zea baru menyadari ada luka lain di tubub El selain di kakinya. "Kenapa gak bilang sikunya kena aspal? Ini harus dibersihin, kalo nggak nanti bisa infeksi!" omel Zea sambil mencak-mencak.
Di mobil Adam tidak ada P3K karena Adam memang tidak pernah membawa benda itu kemana-mana meskipun P3K cukup penting.
"Lo cantik kalo lagi ngomel," celetuk El.
Adam mengerem mobilnya mendadak. Jika saja mereka tidak memakai sabuk pengaman, mungkin kepala mereka sudah kejedot ke depan.
"Bang Adam ngapain ngerem ngedadak sih?!" tanya Gea kesal, ia yang sedang memoles lip tint dibibirnya jadi kecoret ke pipi.
"Type yang seperti kamu ini yang harus dijauhkan dari adik saya! Awas aja kalo nanti di sekolah deket-deket adik saya!" ancam Adam tanpa menghiraukan protesan Gea.
Dengan sengaja, El merangkul bahu Zea lalu mengusap rambut Zea gemas.
"Berarti kalo di rumah boleh?" pancing El membuat Adam semakin melotot."Kayanya abang kamu belum tau deh, yang. Kita kan udah pacaran," lanjut El jahil.
Zea melotot lalu melepas rangkulan El paksa, setelah itu tak sengaja kakinya menyenggol kaki El yang terluka membuat pria itu menjerit kesakitan.
"Lebay!" teriak Adam, Zea dan Gea serempak.
👋👋👋
See you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Zeana
Novela JuvenilPlayboy yang sering gonta-ganti cewek bertemu dengan gadis jutek yang sama sekali belum pernah merasakan rasanya pacaran. "Lo kenapa gak ngabarin gue pas udah sampe rumah?" "Emang harus?" "Iyalah! Lo gak tau gimana khawatirnya gue!" "Kalo tau paca...