Aku terdiam di kamar, memandang kosong dinding ruanganku yang berwarna putih bersih tanpa ada coretan abstrak disana.
Tukk tukk
Jendela ruanganku tiba-tiba diketuk oleh seseorang, kutolehkan pandanganku pada sesosok orang yang tadi mengetuk jendela kamarku.
“Kacchan?”Katsuki memberiku arahan untuk membukakan jendela ruanganku untuknya dan aku turuti
Bakugou dengan gesit melompat dan mendarat dengan sempurna di lantai ruanganku. Aku menatap dirinya yang sedang duduk bersila sambil memperhatikanku.
Aku lantas tersenyum.Reflek, tanganku mengusap rambut durinya yang ternyata lembut, karena terbawa suasana, secara tak sadar aku telah mengusap pipinya dan dia sepertinya menikmati usapanku.
Aku terkekeh kecil.“Seperti anjing kecil saja kamu ni,” ucapku yang dibalas tatapan tajam dari Katsuki. Ia mengalihkan pandangannya pada arah yang berlawanan, sempat kulihat juga bibirnya membentuk lipatan ke bawah
“Sial. Kirishima… Maafkan aku telah merebutnya darimu,” gumamku yang sepertinya terdengar oleh Katsuki.
Entah mengapa Katsuki langsung saja berbalik kembali padaku, menatap manik hitamku dalam.
“Aku bukan milik siapa-siapa selain dirimu,” ungkapnya, yang membuatku menutup bibirku tak percaya.Tanpa kusadari, air mataku mulai menetes keluar. Katsuki yang melihat aku menangis, dengan panik mencoba untuk memberiku kenyamanan.
Aku menggeleng pelan, kemudian menatap manik coklatnya. “Peluk aku,” ujarku sambil merentangkan kedua tanganku padanya.
Ia sempat tersipu, kemudian menatapku dan menggeleng pelan. Nampak sebuah ekspresi kekesalan dan kesedihan dalam sorot pandanganya padaku.
“Aku… Tak bisa,” ucapnya sambil mengepalkan tangannya erat, aku tersenyum simpul.“Aku tahu itu, makanya itu… Bisakah kau memelukku untuk yang terakhir kalinya?” ujarku yang paham maksud dari penolakannya itu.
Ia meregangkan kepalan tangannya, memandangiku dengan sorot mata yang aku sendiri tak bisa kujelaskan.Peluklah aku,” pintaku sekali lagi, sambil memasangkan senyuman manis yang sebaik mungkin ku tunjukan padanya.
Tanpa basa-basi Katsuki memelukku erat, rasa hangat dari pelukannya itu perlahan menghilang disusul dengan kedua kelopak mataku yang terbuka.
Ranting pohon yang masih saja mengetuk jendelaku, langsung saja kupatahkan dan kubuang kebawah tanah.
Katsuki tidak nyata.
Ya, kutahu itu. Namun, entah mengapa aku bisa merasakan perasaan hangat pada saat aku membayangkan dirinya datang menemuiku.
“Terima kasih…,” ujarku yang kemudian membuat tubuhku ambruk di atas ranjang ruanganku.
Dubrak!
Samar-samar aku dapat mendengar suara dobrakan pintu dan langkah kaki yang terlihat sedang tergesa-gesa.
Dengan paksa kubuka kedua kelopakku, mencoba mencari tahu siapa yang telah mendobrak pintu ruanganku.
‘Ah, dokter… Apa yang kau lakukan disini? Belum saatnya aku untuk diperiksa ulang,’ batinku sambil memperhatikan rekan kerjanya yang sedang memasangkan sebuah alat pada tubuhku.
Untuk yang terakhir kalinya, kuhembuskan napasku kemudian berharap semoga pada saat aku bereinkarnasi, aku dapat menemukan sesosok lelaki yang mirip dengan Katsuki.
Perlahan, mataku mulai memberat. Aku merasa sangat mengantuk dan tubuhku terasa sangat lemas.
“Aku… Ingin… Tidur…”━━━━━━━━━━━━
tᧉrι꧑αkα᥉ιh. rosy
creator : rose'rosy
—
Tidak Nyata
❘❙❚❙❚❘❙❘❚❙❚❘❙❘❙❘❚❘❙❘❙❘❚❘❙❘❚❙❚❘❙❘❙❘❚❘❙❘❚❘
privyazannost .
━━━━━━━━━━━━
KAMU SEDANG MEMBACA
This Journal - 19th.
Short Story🕊. hayyi kembali lagi di buku journal mjdd, ayyo dibaca dan vote setiap halaman ceritanya ya suapaya para senioe yang sudah menulis tinta nya di journal akan sangat senang bila ada yang mendukung karya nya ! dann jangan lupa setiap amanat di tiap c...