7. Alur cerita kacau

961 211 38
                                    

♡ Happy reading ♡

“Ekspektasi bisa jadi keliru”

{}--{}--{}

“Aku hanya datang untuk melihat-lihat pintu ini, tidak usah pikirkan aku. Anggap saja aku tidak ada. Kau boleh meneruskan pekerjaanmu tanpa mempedulikanku,”

Jelas Seira cepat sebelum Regan mengeluarkan kalimat mengusirnya. Ingatannya mengarah saat pertama kali menginjakkan kaki di ruangan ini Regan menariknya dengan kasar untuk keluar. Seira enggan mengalami hal yang sama lagi. Apalagi cengkraman Regan pada lengannya lumayan sakit kala itu.

Seira sudah bersiap jika Regan balas menimpali kalimatnya. Ia akan mengeluarkan senjata pamungkas dengan mengatakan Ny. Renata lah yang menyuruhnya kemari. Sebagai pembaca novelnya, Seira cukup tahu bahwa kelemahan Regan selain Layla adalah Ibunya. Pria itu diluar sifat dingin dan kejam adalah anak yang cukup berbakti.

Tapi diluar dugaan. Alih-alih mengusirnya, Regan hanya diam tampak tidak peduli lantas kembali fokus pada dokumen-dokumennya.

Apa yang terjadi? Seira heran. Namun rasa heran itu cepat-cepat ia tepis dan fokus pada tujuan utamanya. Lagipula ini adalah hal yang baik untuknya. Tidak perlu berseteru dengan tokoh yang tatapannya selalu mampu mengintimidasi seperti Regan.

Pintu itu normal. Tidak ada sesuatu yang aneh atau bentuk tidak lazim. Juga tak ada tanda-tanda mencurigakan disekitarnya yang dapat Seira jadikan sebagai petunjuk. Ia juga mencoba membuka-tutup pintu berharap menemukan kamarnya tapi yang tampak hanya bagian luar ruangan Regan. Seira mengedarkan pandangan sekitar pintu, tatapannya fokus. Hingga beberapa menit berlalu gadis itu akhirnya menghembuskan nafas kecewa. Tidak ada apa-apa.

Meskipun sudah menduga hal ini, tetap saja rasaanya kecewa saat ekspektasi tak sesuai harapan. Pintu ini jadi terlihat menyebalkan di mata Seira. Padahal jelas-jelas beberapa hari lalu pintu ini menjadi penghubung yang mengantarnya pada dunia novel.

“Apa yang sedang kau lakukan?” Tampaknya Regan sedikit terusik dengan helaan nafas kasar yang berkali-kali Seira buat.

Seira tanpa menoleh, menyahut. “Aku sedang gila,”

“Tapi ngomong-ngomong, Regan,” Seira tiba-tiba memutuskan mendekat kearah Regan. “Apa kau mempunyai seseorang yang membencimu? Maksudku, seseorang yang sangat memusuhimu sampai ingin membunuhmu misalnya?”

“Untuk apa kau bertanya?”

Seira tergagap, mencari alasan yang tepat beberapa saat. “Ah, karena aku ingin memastikan tidak ada hal yang bisa membahayakanmu,”

“Kenapa?”

“Kau ini banyak tanya sekali,” Seira berdecak. “Karena aku harus melindungimu dari bahaya!”

Ruangan Regan lengang beberapa saat.

“Dasar aneh. Kau seharusnya sudah tahu ada banyak orang yang ingin membunuhku sejak mengambil alih perusahaan. Semakin tinggi kekuasaan, maka semakin banyak yang membenci. Itu suatu hal yang wajar,”

“Wajar apanya?” Sungut Seira. “Banyak juga orang yang punya kekuasaan tinggi tapi disukai banyak orang,”

“Itu tidak benar. Mayoritas mereka adalah orang bermuka dua,”

“Tapi bisa saja banyak yang membencimu karena sifatmu itu,” Seira malah mengajak berdebat tanpa sadar.

“Tidak ada hubungannya,”

Seira memutar bola mata malas. Memutuskan mengalah. Ia juga tidak tahan bertemu tatap dengan sorot mata tajam Regan yang menakutkan. Seira lantas memandang arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah menunjukkan pukul 11 pagi. Satu jam lagi ia sudah harus siap berkecimpung dengan jadwal padat Elina. Perdebatan dengan sekretaris Regan diluar tadi memakan banyak sekali waktu.

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang