14. Membeli hadiah

476 74 11
                                    

♡ Happy reading ♡

“Salah mengartikan bisa berakibat fatal. Berhati-hatilah“

{}--{}--{}

Seira menatap malas pemandangan jalanan dari dalam mobil. Matanya mulai diserang rasa kantuk. Seharian ini ia sudah melakukan jadwal padat Elina seperti biasa. Semuanya melelahkan dan menguras tenaga. Seira bahkan dapat merasakan rahangnya yang terasa kaku karena terlalu banyak tersenyum.

Apalagi semalam Seira sulit tertidur memikirkan kejadian ganjil yang terjadi semalam di taman kota. Ia yakin tidak sedang berkhayal. Meskipun kejadian itu hanya berlangsung sekitar 3 detik, namun ia bisa melihatnya dengan sangat jelas. Seira seperti menyaksikan sebuah layar yang sedang error atau putus-putus. Tubuh Ayah Elina, Ken dan adiknya.

Suara pintu mobil yang dibuka membuat Seira batal bergabung dalam mimpi. Rasa kantuknya kembali terusik. Terlihat si kembar Egi dan Ogi telah berdiri tegap di luar mobil menunggunya keluar. Seira menguap, lantas menatap sekitar, dan tersadar ia telah sampai di tempat tujuan.

Butik Elina. Tempat yang setiap hari Seira kunjungi hanya untuk berkeliling-berkeliling menatap ribuan pakaian bermerek dari para desainer ternama. Biasanya ia akan menghabiskan waktu bermain-main, memakai random pakaian dan bercermin. Bahkan ketika para desainer meminta pendapat terkait model baju, Seira hanya menjawab asal-asalan. Karena memang tidak tahu-menahu soal itu. Namun anehnya, semua ide yang Seira ucapkan menghasilkan model pakaian yang selalu populer dan berhasil menaikkan harga saham.

Seira mungkin sedikit berbakat. Atau memang karena Elina yang mempunyai pengaruh kuat terhadap berbagai hal.

Kaki jenjang Elina baru saja menapakkan kaki memasuki pintu utama butik. Dan langsung disuguhi pemandangan seorang pria bertubuh tinggi, berkemeja hitam, berdiri beberapa meter dari posisinya. Ia tengah sibuk berbincang dengan karyawan butik di bagian pakaian gaun wanita. Seperti sedang mendiskusikan model yang tepat untuk ia beli.

"Tingginya sekitar 158 cm,"

"Kalau begitu dia akan sangat cocok dengan gaun ini, Tuan."

Pria itu menggeleng. "Aku rasa dia tidak akan suka, gaun itu terlalu terbuka,"

Dia adalah Ken, lagi. Tidak disangka ia akan bertemu dengannya kembali. Seira melangkah menghampiri posisi mereka. Kaki jenjangnya berjalan cepat dengan senyum lebar.

"K-"

Suara Seira tertahan begitu Ken malah sudah menoleh duluan kearahnya. Sorot mata lembutnya itu kembali menyapa indra penglihatan Seira, dan seperti biasa itu selalu mampu menghantarkan rasa sejuk dan menenangkan. Pesona khas seorang Ken.

Bertemu tatap tiba-tiba seperti itu membuat Seira mendadak entah mengapa kikuk salah tingkah sendiri. Dan detik ketika mata pria itu menyipit, wajahnya membentuk sebuah senyuman hangat. Seira langsung teringat dengan perkataan Ayah Elina padanya semalam.

"Apa kau menyukai pria tadi?"

Jika semalam seira menggeleng dan menolak keras perkataan Ayah Elina, namun sekarang ia malah mempertanyakan kembali jawabannya sendiri. Apakah ia menyukai Ken? Secepat itu?

Seira langsung menggeleng-gelengkan kepala atas pemikirannya barusan. Oh yang benar saja! Seira memang menyukai Ken. Namun suka dalam artian kagum. Seperti kebanyakan pembaca novel yang jatuh cinta pada karakter tokoh yang dibacanya. Yah, seperti itulah jawaban tepat yang masuk akal.

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang