8. Kakak Elina

936 194 34
                                    


♡ Happy reading ♡

"Temukan jawaban atas pertanyaanmu"

{}--{}--{}

“Apa kau sedang berkencan dengan Layla?”

Seira bermain ayunan di taman belakang mansion Elina sambil menelfon seseorang. Jika tahu dari awal Seira mungkin akan kebanyakan menghabiskan waktu di tempat ini. Aroma rumput sejuk, daun-daunan pohon yang beterbangan, bunga-bunga cantik tertanam cantik, dan semilir angin malam hari yang dingin namun menyenangkan.

Rasa penat Seira menguap begitu saja.

Sudah berapa kali kau menelfonku dengan pertanyaan yang sama?! Jangan berani menanyakan Layla lagi, bukan urusanmu. Dan berhentilah menelfonku,”

Suara Regan terdengar nyaring dari ponsel yang melekat di telinga Seira. Membuat gadis itu memutar bola mata dengan malas. Suara pria itu mengacaukan suasana malam yang tenang.

Sudah tiga hari berturut-turut Seira selalu menyempatkan diri menelfon nomor Regan yang memang tersimpan di ponsel Elina. Untuk memastikan adegan pembunuhan itu tidak terjadi. Lebih tepatnya, belum terjadi. Jadwal padat Elina ini membuat Seira tak leluasa dan harus susah payah membagi waktu untuk menemui Regan.

Tapi sulit. Jadi Seira memutuskan untuk terus menelfon pria itu berharap dan memastikan semua memang masih baik-baik saja. Sebisa mungkin Seira akan mencari tahu bagaimana cara menyelamatkan Regan dari masalah. Agar ia pun bisa segera keluar dari novel dan bertemu dengan kedua orang tua juga sahabat-sahabatnya kembali.

Tapi bagaimana?

Regan bahkan sangat sulit ditemui. Seolah tidak ada peluang bagi Seira bertemu dengannya. Andai tidak mempunyai jadwal sibuk dan rasa tanggung jawab mungkin Seira akan menghabiskan waktu mengikuti Regan kemana-mana. Masa bodoh jika ia dikatakan sebagai wanita centil atau penguntit, yang paling penting bagi Seira adalah pulang ke rumahnya lagi. Ke dunianya kembali.

“Kau membuat hidupku sulit, Regan. Sungguh,” Ujar Seira kemudian mematikan sambungan telfon dan menonaktifkan ponselnya.

Biasanya Regan lah yang akan melakukan hal itu, tapi kali ini Seira tidak peduli lagi. Cara yang satu ini sia-sia. Tidak ada gunanya juga terus-menerus menelfon Regan. Pembunuhan itu bisa terjadi kapan saja. Dan kabar buruknya Seira kesulitan menebak bagaimana pembunuh itu akan beraksi, mengingat alur cerita yang sedikit kacau. Ia menarus mencari cara lain.

Tapi apa?

Seira menggigit bibir, kebingungan.

“Sejak kapan kau menyukai taman?”

Seseorang berceletuk membuyarkan lamunan Seira. Gadis itu segera menoleh dan mendapati seorang pria berdiri di belakangnya dengan tangan terlipat di dada. Menatapnya dengan sebelah alis terangkat naik.

Seira mengerutkan kening. Lengang beberapa detik. Hingga pria itu tertawa renyah memecah keheningan diantara mereka.

“Oh, astaga Elina. Aku tahu kau membenciku, tapi apa-apaan ekspresimu itu!” Pria itu mendengus geli.

Lantas bersuara lugas.

“Apa kau sudah lupa dengan kakak kandungmu ini?”

Seira heran. Sangat heran. Ia mulai mempercayai sepenuhnya ada yang tidak beres dengan alur cerita. Bukankah Elina adalah anak tunggal seperti yang dijelaskan dalam novel?

Apa lagi ini?

*****

“Akhir-akhir ini aku jarang melihatmu di club, ada apa?”

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang