12. Kerja sama

798 141 45
                                    


♡ Happy reading ♡

“Jangan sampai termakan ucapan sendiri”

{}--{}--{}

“Regan aku ingin tinggal bersamamu!”

Sekretaris Regan yang baru berhasil menyusul Nona Elina itu langsung terbatuk-batuk tersedak ludahnya sendiri. Begitu mendengar perkataan gadis yang meski sebentar lagi akan menjadi istri Tuan besar tetapi mengajukan permintaan yang cukup berani. Rasa cemasnya semakin meningkat, begitu Regan beralih menatapnya dengan datar namun tatapannya seolah mengatakan. Dasar tidak becus!

“Hentikan omong kosong ini dan kalian menyingkirlah dari ruanganku,” Ucap Regan seperti biasa terdengar dingin dan mengintimidasi.

Namun untuk kali ini saja tekad Seira tidak boleh dikalahkan oleh suara mengintimidasi Regan. Ia perlu mengambil langkah untuk mencari cara menyelamatkan Regan. Dan salah satunya adalah, tinggal dengan pria dingin itu.

“Nona Elina! Ya ampun!”

Lihatlah, bukannya menyingkir Seira malah melangkah masuk ke ruangan pria itu. Sekretaris Regan akhirnya mendesah antara pasrah dan semakin merasa bersalah kepada Tuan besarnya. Harusnya ia cukup sadar bahwa gadis itu sangat keras kepala. Sekarang ia dalam masalah besar.

Sebagai sekretaris Regan selama bertahun-tahun lamanya, ia cukup tahu bahwa Regan tidak suka kedatangan tamu di kediamannya. Apalagi menerima permintaan untuk tinggal bersama. Meski mereka sebentar lagi akan menjadi sepasang suami istri, menurutnya itu hanya untuk kepentingan pribadi masing-masing. Tidak sulit menebak bahwa setelah pernikahan Regan akan menolak mentah-mentah untuk tinggal bersama wanita itu—meski sudah berstatus suami istri nanti.

“Oh ayolah Regan, kita akan menjadi suami istri bukan? Anggap saja ini simulasi untuk hidup bersama,” Ucap Seira, ia telah tiba tepat dihadapan Regan.

Regan berhenti meletakkan dokumen di genggamannya dengan kasar. Kepalanya menoleh, memandangi Sekretarisnya. Memberi kode agar pria berusia sepantarannya untuk pergi dan membiarkan mereka.

Dengan berat hati dan perasaan bersalah, Sekretaris Regan akhirnya membungkuk sejenak sebelum melenggang kembali ke tempatnya. Menyisakan kedua calon pasangan suami istri itu.

“Aku pikir kau berniat membatalkannya?”

Seira mengedikkan bahu. “Pikiran manusia bisa berubah-ubah,”

Regan mengangguk-angguk.

“Jadi, apa aku boleh tinggal bersamamu?”

“Tidak,” Tolak Regan singkat.

“Kenapa?” Protes Seira.

Regan menatap jengah. “Kita memang akan menjadi suami istri, tapi kita tidak akan tinggal bersama. Kau tahu baik pernikahan ini hanya formalitas. Aku cukup waras untuk tidak tinggal bersama dengan wanita pengusik sepertimu,”

Regan menjelaskan sarkas, berharap kalimatnya bisa dipahami baik oleh gadis pemberontak ini.

“Oh ayolah Regan. Biarkan aku tinggal bersamamu,” Seira menyatukan kedua tangannya, membentuk permohonan. Gadis itu sedang memelas dengan bibir manyun.

Regan segera mengalihkan pandangan. “Sekali tidak tetap tidak!”

“Aku akan memasak untukmu,” Usul Seira mencoba membujuk.

“Tidak,”

“Aku juga akan bersih-bersih,”

“Tidak,”

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang