1-Inilah Kerjaan Gue

545 68 1
                                    

"Jadi totalnya lima juta tiga ratus dua puluh lima ribu, Kak!"

Gadis dengan rambut sebagian diikat dan sisanya dibiarkan tergerai itu berdiri di depan meja kasir. Dia mengeluarkan dompet tipis berisi kartu. Kemudian menyerahkan ATM berwarna gold ke petugas kasir.

"Saya terima kartunya!" Pegawai itu menerima kartu dari pelanggannya dan melakukan proses transaksi.

Greta berdiri sambil mengedarkan pandang, melihat store telah sepi. Bahkan sudah ada peringatan jika satu menit lagi toko akan tutup. Namun, dia justru baru selesai berbelanja.

"Silakan, Kak. Ini kartunya dan ini bukti pembayarannya."

Perhatian Greta teralih. Dia mengambil kartu ATM dan bukti transaksi, lantas menyisipkan di dompet. Barulah setelah itu dia mengambil kantong-kantong yang berjejaran di atas meja kasir.

"Mari saya bantu!" Karyawan lain membantu Greta memindahkan kantong itu ke troli.

"Thank you!" Greta mendorong troli yang penuh dengan kantong belanjaan itu. Dia keluar dari store, kemudian terdengar suara pintu yang dikunci.

Greta menatap arloji yang telah menunjukkan pukul sepuluh tepat. Dia harus mengacungi jempol ke karyawan tadi yang sangat tepat waktu. Terlebih, mereka juga sangat sopan kepadanya.

"Ta! Greta!"

Teriakan yang terdengar tidak asing itu menarik perhatian Greta. Dia mengedarkan pandang hingga terlihat seorang lelaki yang mengenakan jaket denim melambaikan tangan. Senyum Greta seketika mengembang. "Tuhan emang selalu baik ke gue!"

Lelaki itu mendekat dan tatapannya langsung tertuju ke troli yang penuh dengan kantong belanjaan itu. "Tuhan kasihan ngelihat lo kerja keras."

"Bener banget!" Greta memijit lehernya yang terasa pegal. "Bantu dorongin, No."

Lelaki bernama Eno itu tanpa suara mendorong troli milik Greta. "Tahu nggak salah satu penyiksaan di dunia ini apa?"

Greta tampak berpikir. "Mabuk laut?"

"Salah!"

"Terus?"

"Coba lo pikir." Eno melirik gadis yang berjalan di sampingnya sambil bersedekap itu. "Lemot, lo!"

Greta mendorong lengan Eno. "Ditinggal pas lagi sayang-sayangnya!"

"Bucin lo!" Eno membalas mendorong lengan Greta.

"Ya gue nggak tahu!" Akhirnya Greta memilih menyerah. "Awas jawaban lo garing."

Eno tersenyum samar. "Belanja banyak tapi bukan milik sendiri. Hahaha...." Setelah mengucapkan itu dia mendorong troli lebih cepat.

Langkah Greta seketika terhenti. Dia mengepalkan tangan menatap lelaki berusia 28 tahun yang seperti anak kecil itu. "Jangan ngejek gue!"

"Gue nggak ngejek lo!"

Greta kembali melangkah. "Meski tuh barang bukan punya gue, tapi gue dibayar tiap item yang gue belanjain. Gue hobi jalan-jalan ke mal, belanja dan dapet duit pula."

"Ya udah, deh! Iya!" Eno memilih mengalah.

Selama setahun belakangan, setiap harinya Greta keluar masuk mal untuk berbelanja. Namun, bukan berbelanja untuk dirinya sendiri. Dia membuka layanan jasa titip setelah keluar dari pekerjaannya sebagai guide.

Sebenarnya sangat seru saat menjadi guide. Bertemu dengan orang baru dengan cara pandang mereka masing-masing. Terlebih jika mereka puas dengan spot pilihan Greta. Saat seperti itulah dia benar-benar merasa berguna. Namun sekarang, dia memilih berhenti untuk menjadi guide.

Long-WindedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang