5-Kejadian Tidak Terduga

387 50 1
                                    

"Ha.. Hai...." Greta menyapa lebih dulu. Padahal logikanya sudah menolak itu.

Eno menyenggol Greta meminta temannya itu agar bersikap biasa saja. Namun, Greta masih fokus menatap depan, seperti terpesona dengan Irvin. "Ehmm...." Dia sengaja berdeham keras.

Greta tidak mendengarkan dehaman itu. Fokusnya masih tertuju ke Irvin. Belakang Irvin terlihat ada cahaya matahari yang menghalangi. Greta merasa, Irvin seperti pangeran yang muncul dari cahaya putih. Pangeran yang pernah dimilikinya.

"Kalian kenal kakak gue?" Kemala memberanikan diri bertanya karena ekspresi dua orang di depannya menyiratkan hal itu.

"Enggak!" Eno langsung menarik pundak Greta hingga gadis itu berbalik. "Pesen apa? Latte? Ah iya latte."

Tidak ada respons dari Greta. Rasanya, kepalanya inginnmenoleh ke belakang dan kembali menatap Irvin. Sayangnya, Eno dengan sigap menggeser kepala Greta saat gadis itu hendak berbalik.

"Jadi, latte?" tanya Kemala tidak begitu yakin. "Kalau lo?"

"Samain!" Eno memaksakan senyuman. "Gratis satu minuman, kan?"

"Gratisnya gue!" Tiba-tiba Irvin bersuara. Dia berjalan mendekat dan berdiri di samping Greta. Dia menoleh ke gadis yang diam mematung itu sebelum akhirnya menatap Kemala. "Gue pesen americano."

Kemala melotot. "Nanti gue kasih gratis. Ini buat pembeli."

Eno menahan tawa karena Kemala menolak permintaan Irvin. Dia lantas berbalik dan menghadap Irvin. "Benar. Kami pembeli."

"Kami saling kenal," ujar Irvin tidak terduga.

Greta seketika mendongak. Dia melihat wajah Irvin dari samping. Tahi lalat kecil di pipi lelaki itu terlihat. Itu artinya, posisi mereka sekarang lumayan dekat. Refleks Greta bergeser ke Eno dan tanpa sengaja menginjak kaki lelaki itu.

Duk...

"Aw!" Kaki dan lutut Eno terasa nyeri setelah terbentur meja kasir. Dia menatap Greta hendak memarahi, tapi gadis itu terus bergeser ke arahnya. Lantas dia merangkul Greta dan berusaha menguasai diri.

Kemala terdiam, tidak mengerti dengan pembicaraan tiga orang di depannya itu. Saat menatap Irvin dia melihat tangan kakaknya itu bergerak ke belakang. "Ah. Totalnya...."

Greta beranjak. Dia memilih tempat dekat dari jendela dan sengaja membuang muka. Baru semalam Lintang memberi tahu pertemuannya dengan Irvin, sekarang dia sendiri yang bertemu dengan lelaki itu. "Dunia sempit banget!" Greta mengusap wajah dengan lelah.

Saat menunduk, Greta menatap penampilannya. Dia menepuk kening, merasa penampilannya cukup buruk. Andai bisa melihat apa yang terjadi di depan, dia pasti akan memilih rok terusan agar memberikan kesan anggun. Jika pakaian seperti ini, itu sama dengan style-nya saat masih berpacaran dengan Irvin.

"Gue beneran nggak nyangka." Eno duduk di depan Greta dan melihat ekspresi gadis itu. "Gue nggak akan hubungi Kemala lagi."

Greta mengangkat wajah. "Nggak ada hubungannya. Lo nggak tahu, kan, kalau Kemala adik Irvin?"

Eno menggeleng. "Gue baru kenal beberapa minggu yang lalu," jawabnya. "Lo masa nggak tahu Kemala adiknya?"

Bibir Greta mengerucut. "Dia nggak pernah ngenalin gue ke temennya, apalagi keluarganya," jawabnya. "Sekarang gue tahu alasannya. Gue pacar yang disembunyiin."

Dap... Dap.. Dap....

Eno menendang kaki Greta memberi tanda. Dia melirik ke arah kiri dan melihat Irvin yang membawa nampan. "Lo nggak perlu repot-repot."

Long-WindedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang