8-Oke! Emang Nggak Ada Apa-Apa

291 47 1
                                    

Sampai mal, Greta langsung menuju store yang paling banyak di-request oleh customer-nya. Dia melihat deretan pakaian dengan papan diskon betuliskan lima puluh persen. Dia mulai mencari pakaian yang unik dan sedang tren. Kemudian memfotonya.

Greta melirik ke kiri, merasa sejak tadi ada orang yang terus membuntutinya. Dia pura-pura tidak terjadi apa-apa dan fokus dengan kegiatannya. Namun, saat merasa lelaki itu terus mendekatinya, Greta tidak bisa lagi berpura-pura. "Ngapain?"

Eno yang sebelumnya pura-pura melihat pakaian, seketika menoleh. "Gue lihat-lihat."

"Lo pakai baju cewek?" canda Greta meski terdengar ketus.

"Buat gebetan gue!"

Greta langsung membuang muka. "Belum jadian udah dibeliin banyak barang. Enak banget, ya, gebetan lo."

Eno segera mendekat. "Iri? Mau jadi gebetan gue?"

Wajah Greta langsung berubah mengeras. Dia menunjuk Eno kemudian membuang muka. "Ogah! Kayak nggak ada cowok lain aja."

Eno menahan tawa. "Selama ini cowok yang deket sama lo cuma gue."

"Ya terus masalahnya? Bukan berarti gue mau lo gebet!" Greta menghentakkan kaki dan beralih ke tempat lain.

Pandangan Eno masih tertuju ke Greta yang masih ketus itu. Memang, kerap kali Greta ketus, tapi tidak seperti sekarang. Dia ingin Greta yang seru seperti sebelumnya.

"Ta. Udah nemu barang lain?" Lintang mendekati Greta yang melihat deretan tas. "Lucu, nih! Coba foto. Siapa tahu ada yang tertarik." Dia mengambil tas berbentuk poligon berwarna putih itu.

Greta mengangkat ponsel dan memfoto tas itu. "Ngapain, sih, Eno nemenin?"

Lintang mengedarkan pandang, belum melihat lagi lelaki yang tadi mengantar mereka. "Kan, udah biasa dia nemenin lo."

"Ya tapi kali ini gue males!" jawab Greta berbeda dengan keadaan sebelum-sebemumnya.

Tangan Lintang langsung menarik pundak Greta dan memperhatikan sahabatnya itu penuh selidik. "Gue nggak bisa diem lagi. Lo bisa kasih tahu gue?"

Greta menoleh ke kiri dan ke kanan. Dia melihat Eno yang berdiri di dekat rak sepatu dan menghadap ke arahnya. "Masih ada dia. Nggak enak kalau ngomongin."

Lintang menatap ke arah pandang Greta. "Gue ke toilet!"

"Ha?"

Tangan Lintang bergerak ke arah pintu, memberi isyarat ke Eno. Saat lelaki itu mengacungkan jempol, dia langsung menarik Greta. "Gue nggak bisa nahan."

"Bentar!" Greta meletakkan pakaian yang menyampir di pundaknya begitu saja. Dia melihat Eno langsung menghampiri. Greta lega, karena barang customer-nya setidaknya sudah aman. Gawat jika kehabisan.

Pandangan Greta teralih ke Lintang yang terus menariknya itu. "Lo apaan, sih?"

Lintang tidak langsung menjawab. Dia menarik Greta menuju pilar kemudian mendorong sahabatnya itu agar bersandar. "Ceritain."

Greta kaget karena Lintang menyandarkannya di tembok. "Lo kayak mau nyium gue! Jangan...." Dia menutup mulut dengan kedua tangan.

"Udah, deh! Kasih tahu aja."

"Hmm...." Greta menurunkan kedua tangannya kemudian terkepal di samping tubuh. "Gue ngelakuin hal yang nggak seharusnya sama Eno."

Mata Lintang seketika memicing. "Tidur bareng?"

"Nggak sampai segitunya!" jawab Greta terdengar menggeram.

"Kissing?"

Mata Greta seketika terpejam. Dia mengangguk pelan, malu mengakui itu di depan Lintang. "Hmm. Nggak seharusnya gue ngelakuin itu."

Long-WindedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang