Part 6 - Gradually Unfold

300 12 4
                                    

Picture : Aaron


*****


Sesuatu menggangu Chaerin sejak pagi. Ia membaca pertanyaan-pertanyaan yang muncul di akun ask.fmnya kemarin malam berulang-ulang kali.

'Zico ada di depan rumahmu?'

'kamu pergi kemana?'

'lagi dimana?'

'ngapain ke rumah sakit jiwa?'

'belum pulang?'

'sudah makan belum?'

Memang Charin biasanya tidak terlalu memperdulikan pertanyaan-pertanyaan yang masuk, namun kali ini tidak. Sesuatu seperti ini bukanlah hal yang biasa terjadi. Orang yang mengirimkan pertanyaan-pertanyaan aneh itu pastilah sudah mengikutinya kemarin malam.

Ini aneh. Kenapa aku bisa tidak menyadarinya?

Chaerin melamun sambil bertopang dagu, memikirkan siapa orang yang telah mengikutinya kemarin.

"Ada apa?" Aaron bertanya dengan suara kecil agar tidak mengganggu proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.

Chaerin : Nothing..

Aaron : Ada masalah?

Chaerin : Ngga kok.

Aaron : Tapi wajah loe mengatakan hal yang berbeda.

Chaerin : Stalker...

Aaron : Stalker?

Chaerin : Ya, menurut loe kayak gimana?

Aaron : Hmmm... Menurut gue stalker itu orang yang ngikutin orang lain.

Chaerin : Ya elah. Itu gue juga tau. Maksud gue, stalker itu mengerikan. Gimana menurut loe?

Aaron menggelengkan kepalanya pertanda ia tidak setuju, "Menurut gue stalker itu ngga mengerikan sama sekali."

Chaerin : What? Mereka itu mengerikan tau.

Aaron : Justru mereka itu ngga mengerikan. Coba pikirkan alasan kenapa mereka melakukkan hal tersebut. Mereka itu hanya orang lemah yang takut mengungkapkan jati diri. Kenapa? Karena mereka takut tertolak, mereka takut dibenci, mereka takut perasaannya tak terbalaskan. Pada akhirnya mereka hanya bisa mengikuti orang yang mereka sukai dari jauh. Bukankah itu menyedihkan?

Chaerin : Tapi tetep aja gue ngga setuju sama kata-kata loe. Menurut gue mereka itu mengerikan.

Aaron : Kenapa? Memangnya ada stalker yang ngikutin loe?

Chaerin : Ya, begitulah. Menurut gue mereka itu mengerikan. Titik, ngga pake koma.

"It's okay. Setiap orang punya pendapatnya sendiri-sendiri. Jangan takut," Aaron mengelus puncak kepala Chaerin sambil tersenyum hangat, "loe bisa bilang sama gue kalau memang loe butuh bantuan. Gue akan ada di samping loe," lanjutnya. Ia berharap semua kekhawatiran Chaerin dapat segera hilang.

PLAKK

Sebuah buku cetak melayang dan menghantam kepala Aaron dari belakang.

BUKU CETAK

sekali lagi, BUKU CETAK!

B-U-K-U C-E-T-A-K! Itu tebel dan berat bro!

Aaron mengusap-usap kepalanya yang terasa seperti hampir pecah. Beberapa kali ia mengedipkan matanya yang tampak sedikit buram. Tentu saja kejadian tersebut menyebabkan perhatian sekelas tertuju kepada Aaron.

"Ada apa ini?" tanya Pak Bernard, guru bahasa inggris yang tengah menghampiri Aaron.

Aaron : Ada buku yang tidak sengaja menghantam kepala saya. Tapi saya baik-baik saja, Pak.

Anti MainstreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang