Part 1 - First Day of School

352 10 1
                                    

Picture : Chaerin

*****

Di bawah pohon rindang di belakang sekolah terdengar suara kayu yang patah karena sebuah tubuh jatuh terhempas menindihnya. Seorang anak dengan belt berwarna hitam terlihat sangat kacau. Baru saja ia jatuh terhempas ke sebuah bangku kayu. Tulangnya terasa patah seperti bangku tersebut. Ia ingin berjalan namun tidak bisa. Tulang-tulang yang melekat pada tubuhnya tidak merespon sesuai dengan apa yang otaknya perintahkan. Perlahan ia merangkak. Tangannya menggapai kaki salah satu orang terdekat yang berada disana. Ditariknya hingga orang tersebut ikut terjatuh. Darah mengalir dari lutut lelaki yang baru saja terjatuh mencium tanah tersebut.

"Jackson, loe ngga apa-apa?" Junior terkejut menyaksikan temannya Jackson terjatuh. Ia mengulurkan tangannya, membatu Jackson yang baru saja terluka untuk berdiri.

"Loe gila??" dengan cepat tinju Zico mengenai wajah anak dengan belt hitam itu.

"Iya, gue gila. Tapi loe lebih gila dari gue, Zico." Dengan sekuat tenaga ia mengarahkan tinjunya ke wajah Zico.

Sayangnya ia terlalu lamban bagi Zico. Dengan cepat Zico menghindari tinju lemah itu dan membalasnya dengan tinju yang lebih keras.

Zico mengamati temannya, Jackson. Lututnya berdarah. Dengan penuh amarah, ia segera memalingkan pandanganannya kepada anak dengan belt hitam yang akhir-akhir ini mulai punya nyali untuk menantang Zico dan ketiga temannya.

"Padahal gue berniat lepasin loe, tapi kayaknya loe minta di pukul lagi, Arka."

BRUKK!

Satu lagi pukulan tepat pada perut Arka. Sedikitnya ia memuntahkan darah. Menodai kemeja putih yang sedang ia pakai. Arka pun melepaskan ikat pinggang hitamnya dan mengacungkannya tajam, tepat ke arah Zico.

"Gue ngga takut sama loe! Hari ini adalah hari terakhir. Loe ngga akan pernah bisa ngusik gue lagi karena mulai besok gue pindah sekolah. Ja-jadi, sini!" Arka mengumpulkan segala keberaniannya, "A-ayo, sini!"

Entah apa yang merasuki Arka sehingga ia punya nyali. Mungkin memang kesal dan amarahnya sudah meluap sehingga ia bertekat menentang Zico.

"Ha.. Ha.. Ha..," dengan tawa yang dibuat-buat Zico berjalan mendekat, "loe bilang apa? Loe nantangin gue? Ngga salah?"

Arka memandang Zico gentir. Memang ia selalu menjadi bulan-bulanan Zico dan teman-temannya. Selama ini dirinya selalu diam dan menerima semua ketidakadilan ini. Uang jajan yang ia terima tidak pernah cukup karena sering kali diminta paksa. Belum lagi jika ia tidak punya uang. Entah berapa pukulan yang akan ia terima.

"G-gue berani sama loe..!" Kata Arka dengan ikat pinggang masih mengacung.

Tak tergambar betapa seramnya aura yang dikeluarkan Zico kini. Dengan perlahan ia berjalan mendekat. Matanya tajam. Hanya beberapa detik saja sudah mampu merobohkan dinding-dinding keberanian yang sudah susah payah Arka bangun selama ini. Dengan kondisi begini, jangan tanya apa yang akan terjadi selanjutnya. Karena Zico bukanlah tipe orang yang akan takut akan ancaman.

Semakin dilawan, akan semakin berbahaya.

Tangan-tangan Arka mulai bergetar ketika Zico berjalan mendekat. Dengan cepat Zico menarik ikat pinggang yang sedang Arka pegang dan melemparnya jauh. Ditendangnya tubuh Arka hingga menabrak sebuah pohon.

"Zic, stop!" Sebuah tangan menghadang Zico.

"Sudah cukup. Ngga ada gunanya. Dia lemah, bukan tandingan loe," ucap Mark dengan tatapan malas, "gue laper, ayo kita ke kantin!" Lalu Mark memerintah teman-tampan-nya dengan wajah malas, "Junior, lutut Jackson luka. Bantu dia jalan," lalu dengan santai ia berjalan pergi.

Anti MainstreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang