Jung Sungchan.
Cowok jangkung itu tengah berjalan menyusuri trotoar. Ia tadi pulang lebih dulu daripada yang lain karena ia harus pergi ke gramedia sebelum tutup.
Dan kini ia sedang menuju jalan pulang. Jalan raya yang biasanya ramai kini sunyi sepi. Tak ada satu kendaraan pun yang lewat. Entah bagaimana namun ini merupakan ketenangan tersendiri.
Maba di Neo Univeristi tapi sudah bergabung dengan Neo Boys adalah suatu kehormatan. Bagaimana bisa ia bergabung? Diajak Jungwoo.
Namun ya setidaknya ia sangat bersyukur mempunyai teman sebanyak mereka. Meski minggu lalu ia harus kehilangan Taeil.
Kakinya melangkah kecil menyebrangi zebracross dengan mulut yang bersenandung kecil.
Ia sampai di tengah, dan tepat saat itu juga cahaya terang dari sisi kanan muncul tiba-tiba. Ia menoleh, sebuah truk besar sedang melacu cepat kearahnya.
Belum sempat ia berlari, kendaraan besar itu lebih dulu menubruk tubuh jangkungnya.
Badan Sungchan terlempar lantas terguling beberapa meter. Punggung, ah tidak. Seluruh badan rasanya remuk menjadi ribuan keping. Ia bisa merasakan amis di bibirnya.
Pasokan oksigen menipis, pandangannya mulai kabur hingga akhirnya menjadi gelap. Dan ia tak tau apa yang terjadi setelahnya.
" RS terdekat? Ada perlu apa, ya? "
Taeyong menghentikan kegiatannya. Menarik nafas dalam-dalam dan berdoa pada Tuhan semoga tak ada hal buruk yang terjadi.
" Anda diminta menemui Jung Sungchan, Tuan. "
Mendengar nama Sungchan disebut membuat mengernyit. Harus sekali bertemu dengannya di RS?
" Ditunggu secepatnya, terimakasih. "
Belum sempat ia bertanya lagi, panggilan lebih dulu di akhiri sepihak oleh lelaki tak dikenal ini.
Daripada semakin penasaran, Taeyong memikih untuk segera pergi ke RS terdekat. Mencari kebenaran tentang apa yang terjadi.
Ia tak paham. Bukankah ia tadi diminta menemui Sungchan? Namun mengapa suster ini mengarahkannya ke ruang mayat? Tak mungkin... ada apa dengan Sungchan?
Cklek.
Taeyong membuka pintu pelan. Udara dingin yang menerpa kulitnya membuat sekujur tubuh itu seketika merinding.
" S-Sungchan? "
Mulutnya terbuka lebar, dengan telapak tangan yang menutupi. Matanya melotot tak percaya. Ia melihat Sungchan disana.
Berbaring diatas bangsal di kamar mayat dengan kulit yang kelewat pucat.
" Saya yang menelfon tadi.. " seorang pria paruh baya itu mengeluarkan suara, Taeyong tak mengenalinya.
" Tadi saya menemukan dia di tengah jalan, sudah berdarah gitu. Sepertinya tabrak lari. " jelas lelaki itu.
" Sungchan, lo kenapa? Please, beberapa jam lalu lo masih ketawa bareng kita di basecamp. Lo ngapain Sungchan? Bangun, gue mohon.. "
Taeyong tak bisa lagi menahan tangisannya. Direngkuhnya tubuh yang sudah sedingin es. Membiarkan air matanya membasahi kain putih yang menutupi tubuh Sungchan.
" Jangan gini, gue takut... "
Taeyong mengirim pesan di grup, menjelaskan keadaan Sungchan sejelas mungkin. Sambil menahan tangis juga tangan yang gemetar.
Tak lama setelahnya banyak yang datang. Hanya seberapa sebenarnya. Namun itu cukup untuk menemani keluarga Sungchan di rumah duka.
" Bang, kenapa bisa? " Jaemin mendudukkan diri disamping Taeyong, pertanyaannya hanya dibalas gelengan lemah.
" Wajar, Jaem. Namanya juga kecelakaan. " sahut Mark.
Kecelakaan memang hal wajar, tak ada yang tau. Namun entah mengapa kehilangan Sungchan setelah belum lama kehilangan Taeil membuat mereka serasa ditusuk hingga tulang.
Sakit sekali rasanya.
" Polisi bilang ini tabrak lari? " Haechan yang baru selesai berdoa ikut duduk dengan yang lain.
" Iya. Tapi polisi belum bisa lacak pelaku karena ga ada saksi. Cctv daerah sana waktu itu lagi mati. " jelas Jaehyun.
" Kenapa cctv nya mati? " Kun bertanya, membuat yang lain juga ikut mengernyitkan dahi.
" Eror. Sistemnya ada yang rusak. "
Masuk akal. Mereka terlalu berlebihan mungkin hingga hal sepele saja membuat khawatir juga curiga.
Masalahnya, ini terlalu sulit untuk diterima. Sungchan yang beberapa jam lalu sedang asik bergurau dengan yang lain tiba-tiba saja terbaring tanpa nyawa diatas bangsal di kamar mayat. Aneh?
" Get ready for tomorrow. "
East java, 2 Juli 2021