" Jisung stop! "
Jeno menarik lengan Jisung yang terus-terus an memukuli dinding didepannya. Wajahnya sudah dibanjiri air mata, surai hitamnya berantakan.
" Arghhh!! "
Tubuh jangkung Jisung merosot. Membuat Jeno mau tak mau ikut berjongkok menyamakan tinggi. Tangannya bergerak mengusap pundak si Park.
" Bang Haechan pergi, terus gue sama siapa? " tanyanya dengan suara yang bergetar.
Jeno harus menjawab apa. Jisung frustasi, ia menunduk lantas menjambak rambutnya sendiri.
" Waktu Bang Jaemin pergi, Bang Haechan bilang dia bakal jagain gue, tapi kenapa sekarang dia juga ikut pergi? " gumamnya.
Tangan panjang Jisung bergerak meringkuh kedua kakinya. Menenggelamkan wajahnya disela kaki.
" Takut.. "
Brakk.
Pintu bilik kamar mandi di tendangnya dengan kasar. Raut kesalnya terlihat jelas di pantulan cermin.
" Lo punya otak kan, mikir! " lirih yang lebih muda.
Seseorang yang lebih tua hanya diam menatap sang adik yang berdiri dengan segala amarahnya. Tangannya mengepal kuat siap meninju kapan saja.
" Udah gue bilang, kan? Jangan pernah lo sakitin Mama! "
Kesabaran Mark sudah habis. Cukup sudah ia diteriaki ini itu oleh Jeno sedari tadi. Ia mendekat, menarik kerah baju Jeno lantas membanting tubuh adiknya ke dinding.
" Wanita itu bukan Mama gue, asal lo inget. " ujar Mark, menekan setiap katanya tepat di hadapan Jeno.
" Ga tau untung lo, ya. Mama yang udah rawat lo selama ini, Brengsek. "
Jeno melayangkan pukulannya tepat di rahang tegas Mark. Membuatnya terjatuh menubruk lantai.
" Lo liat kelakuan busuk lo itu! Buat apa Bang?! Lo ga punya hati, lo gila! " teriak Jeno.
" Cih, lo lupa? Lo yang racunin Lucas.. " ujar Mark, selirih mungkin agar suaranya tak terdengar sampai luar.
" Sialan! Bangsat lo anjing! "
Pertengkaran. Untung saja sekitar sedang sepi. Tak ada yang mendengar suara gaduh dari dalam sana.
Pukulan-pukulan terus di layangkan oleh keduanya. Tak membiarkan satu sama lain waktu untuk bernafas. Baju masing-masing sudah berantakan.
Hingga akhirnya kegaduhan tersebut di sudahi kala keduanya sudah sama-sama tersungkur diatas lantai dengan luka yang menghiasi wajah tampan itu.
Jeno beranjak, berjalan keluar tak mengindahkan Mark yang masih mengumpatinya didalam sana.
" Jisung? "
Ia tercekat. Begitu ia keluar, yang didapatinya adalah sosok Park Jisung yang berdiri dengan tatapan kosong. Ia mendongak kala suara Jeno menembus indra pendengarannya.
" Jahat. "
" Jisung tunggu! Ga gitu, Ji! Dengerin gue dulu! "
" So bad. "
East Java, 10 Juli 2021