13. The brothers

1K 262 9
                                    

" Jisung stop! "

Jeno menarik lengan Jisung yang terus-terus an memukuli dinding didepannya. Wajahnya sudah dibanjiri air mata, surai hitamnya berantakan.

" Arghhh!! "

Tubuh jangkung Jisung merosot. Membuat Jeno mau tak mau ikut berjongkok menyamakan tinggi. Tangannya bergerak mengusap pundak si Park.

" Bang Haechan pergi, terus gue sama siapa? " tanyanya dengan suara yang bergetar.

Jeno harus menjawab apa. Jisung frustasi, ia menunduk lantas menjambak rambutnya sendiri.

" Waktu Bang Jaemin pergi, Bang Haechan bilang dia bakal jagain gue, tapi kenapa sekarang dia juga ikut pergi? " gumamnya.

Tangan panjang Jisung bergerak meringkuh kedua kakinya. Menenggelamkan wajahnya disela kaki.

" Takut.. "

















Brakk.

Pintu bilik kamar mandi di tendangnya dengan kasar. Raut kesalnya terlihat jelas di pantulan cermin.

" Lo punya otak kan, mikir! " lirih yang lebih muda.

Seseorang yang lebih tua hanya diam menatap sang adik yang berdiri dengan segala amarahnya. Tangannya mengepal kuat siap meninju kapan saja.

" Udah gue bilang, kan? Jangan pernah lo sakitin Mama! "

Kesabaran Mark sudah habis. Cukup sudah ia diteriaki ini itu oleh Jeno sedari tadi. Ia mendekat, menarik kerah baju Jeno lantas membanting tubuh adiknya ke dinding.

" Wanita itu bukan Mama gue, asal lo inget. " ujar Mark, menekan setiap katanya tepat di hadapan Jeno.

" Ga tau untung lo, ya. Mama yang udah rawat lo selama ini, Brengsek. "

Jeno melayangkan pukulannya tepat di rahang tegas Mark. Membuatnya terjatuh menubruk lantai.

" Lo liat kelakuan busuk lo itu! Buat apa Bang?! Lo ga punya hati, lo gila! " teriak Jeno.

" Cih, lo lupa? Lo yang racunin Lucas.. " ujar Mark, selirih mungkin agar suaranya tak terdengar sampai luar.

" Sialan! Bangsat lo anjing! "

Pertengkaran. Untung saja sekitar sedang sepi. Tak ada yang mendengar suara gaduh dari dalam sana.

Pukulan-pukulan terus di layangkan oleh keduanya. Tak membiarkan satu sama lain waktu untuk bernafas. Baju masing-masing sudah berantakan.

Hingga akhirnya kegaduhan tersebut di sudahi kala keduanya sudah sama-sama tersungkur diatas lantai dengan luka yang menghiasi wajah tampan itu.

Jeno beranjak, berjalan keluar tak mengindahkan Mark yang masih mengumpatinya didalam sana.

" Jisung? "

Ia tercekat. Begitu ia keluar, yang didapatinya adalah sosok Park Jisung yang berdiri dengan tatapan kosong. Ia mendongak kala suara Jeno menembus indra pendengarannya.

" Jahat. "

" Jisung tunggu! Ga gitu, Ji! Dengerin gue dulu! "





















" Jisung tunggu! Ga gitu, Ji! Dengerin gue dulu! "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" So bad. "
East Java, 10 Juli 2021

TRAGEDI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang