" Sarapan sana. Ga laper emang? "
Jisung menggeleng pelan. Ia masih setia berbaring diatas ranjang kingsize milik Chenle. Semalam ia menginap, dengan alasan minta ditemani.
Biasanya Jisung akan pergi ke rumah Jaemin kalau sedang bosan atau tidak ada teman.
" Lo belum makan dari semalem, Jisung. Makan sono. " seru Chenle, tak bosan-bosannya mengingatkan.
" Nanti ah, ga laper. "
Si empu pemilik rumah hanya menghela nafas pasrah. Baiklah, terserahnya saja. Chenle mendudukkan dirinya di atas sofa yang diletakkannya di pojok ruangan.
Mengscroll sosial media. Meski tak ada yang menyenangkan. Hanya ada hal-hal tidak mengedukasi.
"Eh, iya. Kok gue ga lihat Bang Jaehyun sama Bang Yuta ya dari kemarin. " seru Jisung tiba-tiba.
Chenle baru sadar, dari kemarin Yuta dan Jaehyun sama sekali tak menunjukkan dimana keberadaan mereka. Mengirim pesan, upload sesuatu di ig juga tidak.
" Sibuk kali? " mencoba positif thinking adalah hal pertama yang dilakukan Chenle.
Berbeda dengan Jisung. Yang lebih muda ini lebih suka berpikir hal tak masuk akal, dalam kata lain negatif thinking.
" Kok gue khawatir ya, Le. "
" Gue juga. " Chenle meletakkan ponselnya diatas paha, tak melanjutkan acaranya mengscroll sosmed. Begitu juga dengan Jisung yang beranjak duduk.
" Besok main ke apartemen Bang Jae yuk! "
Ajakan Jisung diangguki oleh Chenle. Bagaimanapun juga Chenle kalau sama Jisung apa-apa diiyakan. Biar tidak ribet. Kau harus tau sebenarnya, Jisung itu banyak mau.
" Mau ngajak Bang Jeno sama Bang Mark ga? Gue takut kalau ada apa-apa. " saran Chenle sedikit di timang-timang oleh si Park.
" Tanyain coba, Bang Mark. "
Jisung masih tak memberitahu Chenle soal apa yang didengarnya kemarin. Ia yakin, telinganya masih bekerja dengan benar.
" Cih, lo lupa? Lo yang racunin Lucas... "
Suara Mark saat itu memang sangat lirih. Namun sayang nya posisi Jisung kala itu sudah berada di dalam, hanya saja tak terlalu kelihatan dari sudut pandang Jeno dan Mark.
Karena hal yang tak seharusnya ia dengar itu membuat kakinya refleks melangkah mundur. Jisung takut.
" Bisa nih, Ji. "
Suara Chenle membuyarkan lamunannya.
" Yaudah. "
" Ga nanyain Bang Jeno? " pertanyaan dari Chenle entah mengapa membuat Jisung gugup.
" T-Terserah sih.. "
" Gue telfon dulu. "
Jisung hanya diam. Menyimak Chenle yang sesekali mengeluarkan suara menjawab suara lain dari balik hp. Sampai akhirnya panggilan itu di sudahi.
" Bisa. Besok pada kosong. "
Keesokan harinya, pukul 09.34
Mark, Jeno, Chenle dan Jisung baru saja sampai di apartemen milik Jaehyun. Mereka masuk kedalam lift, menekan tombol dan menunggu sampai ruang kecil itu membawa mereka ke lantai 7.
Kamar Jaehyun terletak di pojok. Dan lantai ini bisa dibilang paling sedikit penghuninya. Karena lebih banyak yang memilih lantai bawah.
" Bang! Yuhuu~ " Chenle menekan-nekan tombol namun tak kunjung ada jawaban.
" Gue tau pw nya, di ganti ga ya. "
Jeno berjalan mendekat, sedangkan Chenle mundur memberi ruang untuk Jeno memasukkan password apartemen Jaehyun. Ditekannya beberapa nomor dan, tting. Benar!
" Yuk. "
" Gila, udah kaya gudang! " seru Chenle begitu mereka masuk.
Kondisi aprtemen Jaehyun bisa dibilang tidak terurus. Barang berserak disana sini, bahkan banyak bungkus makanan yang tak di buang pada tempatnya.
" Eugh, bau banget! "
Yang lain langsung mendatangi tempat Jisung berdiri. Didepan kamar mandi. Jeno menarik Jisung kebelakangnya sedangkan tangannya bergerak membuka gagang pintu.
Krieett.
" Bang Jae! "
Didalam sana ada Jaehyun. Terkapar diatas dinginnya lantai kamar mandi dengan keadaan berdarah. Namun, darah dari tubuhnya nampak sudah tak segar.
" Lapor polisi! Buruan! " seru Jeno, Jisung langsung cekatan menekan nomor di ponselnya dan melapor.
" Bang, disini juga bauuu~ "
Jeno juga Mark berganti ke sisi lain, menghampiri Chenle. Kali ini Mark yang membuka pintu. Sepertinya ini kamar Jaehyun. Begitu pintu dibuka...
" Lah Bang Yuta!! "
Nakamoto Yuta, cowok itu ada di dalam kamar Jaehyun dengan kondisi telanjang dada. Perutnya berdarah, sekujur tubuhnya di penuhi luka. Dan juga... badannya di gantung.
" Bang.. "
" Di perkirakan kedua korban meninggal dua hari yang lalu. "
" How can you forget about them.."
East Java, 11 Juli 2021