"Mark Lee?" Rosé mengernyit saat mendengar nama yang disebutkan oleh Jeffrey, nama seorang pemuda yang kata Daniel bisa membantu mereka untuk membalik kekuasaan UnderGround.
Jeffrey mengangguk. "Fortunately, I've been friends with him," katanya dengan senyum tipis yang kental dengan rasa bangga.
"No, you're not," sanggah Rosé, didukung oleh anggukan mantap Brian. "Kamu cuma ketemu sama dia di gereja beberapa kali, dan kamu cuma ngelihat dia dari jauh kayak secret admirer, gimana ceritanya jadi temen?"
"Kamu bilang kamu suka aku, tapi kayaknya kamu kurang memahami aku." Jeffey mencebikkan bibir.
"Ck, fuck off."
"Ah, tapi emang mereka pernah ngobrol kok— sekali? Atau beberapa kali?" celetuk Brian, baru ingat kalau di satu kesempatan Jeffrey pernah dengan sengaja mendekati Mark dan mengajaknya mengobrol.
Rosé menoleh Brian, menatapnya bertanya.
Jeffrey menghela napas. "Dia udah tau soal Junmyeon, Ros," katanya. "Dia tau soal UnderGround, Queen..."
Rosé terhenyak, sedikit sulit mempercayai apa yang dikatakan Jeffrey. Tapi melihat dari bagaimana santainya Jeffrey memberikan keterangan, sepertinya itu memang sebuah kenyataan.
"Terus?" tanya Rosé kemudian.
"He hates Junmyeon, of course, I can clearly see it," jawab Jeffrey.
"Dan?"
"He wants to kill Junmyeon— maybe?"
"What— ah, tunggu sebentar— maksudku, gimana dia bisa tau soal Junmyeon, UnderGround..." Rosé sedikit tergagap. "Dan— jadi, dia juga tau siapa kamu, dong?"
"Ya..." Sekali lagi Jeffrey menghela napas. "Dia juga udah beberapa kali dibawa ke lab, dan beberapa kali aku sengaja nemuin dia waktu lagi ke Vatikan ini."
"Sebentar!" Rosé menginterupsi. "Mark Lee.. anak itu? Si kacamata bulat?"
Jeffrey mengangguk.
Rosé ber-wow. Dan ya, beberapa kali Rosé melihat wajah baru berbingkai kaca mata bulat di sekitar lab, tapi Rosé tidak tahu kalau itu adalah Mark Lee. Biasanya, Junmyeon akan menggemparkan seluruh kota dengan kabar tidak bermutunya. Tapi kenapa tumben sekali kabar sepenting Mark Lee sesenyap ini? Apalagi, Mark adalah putra dari Irene. Mungkin kabar soal kehadiran Mark di Vatikan bisa jadi trending hashtag— andai saja ajaran UnderGround bukan ajaran sesat yang terselubung.
Tapi kemudian, saat Rosé kembali memandang Jeffrey, Rosé paham akan tatapan itu. "Ah, Junmyeon..." gumamnya.
"Aku mencari titik dimana aku bisa ngeyakinin dia kalo kita bisa berada di pihak yang sama. Tapi gak tau, anak itu kelihatan punya sisi kelam yang sulit diurai, agak sulit buat ngasih pemahaman ke dia," terang Jeffrey. "Kayak... ada terlalu banyak hal yang gak bisa dia percayai, makanya jadi sulit buat percaya sama hal baru, apalagi dengan posisi kita yang sekarang adalah orang UnderGround. Dan Junmyeon... aku gak tau apa aja yang udah dia sampaikan ke Mark. Dan kalo sampe itu bisa diterima, bisa celaka kalo kita sembarangan ngajak dia ngobrol."
"Ah... itu gak menutup kemungkinan," sahut Brian. "Dan kalo emang Junmyeon udah ngasih pemahaman ke anak itu, pasti ada satu atau dua hal yang dia belokkan. I know him well."
"Ya... we know him well." Rosé mengangguk-anggukkan kepalanya paham, memberikan tekanan pada kata 'we' yang dia ucapkan.
"Terus rencanamu apa, Jeff?" tanyanya kemudian."Rencanaku?" Jeffrey mengulangi pertanyaan Rosé.
Rosé mengangguk, begitu juga Brian yang menunggu dengan penasaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
[5] The Guard ; Jeffrey Jung
Fanfiction[ bahasa | on going ] 5th book of Turtle Neck Universe better read the other 4 series before reading this book greencrayons_ ©2021