09

120 13 8
                                        

Seperti perkiraan Rosé, Jennie tertawa terbahak-bahak setelah mendengarkan cerita Jeffrey. Sungguh, dia tidak habis pikir kalau kawan Bishop-nya ini sedang berpikiran untuk mengkhianati UnderGround.

"Bentar, biar kuperjelas. Jadi, kamu ngapain sekarang? Ngebongkar rahasiamu sama si Rosé itu ke aku? Kamu yakin??" tanya Jennie diselah tawa tidak-habis-pikirnya. "Dude, you know I am the most untrusted person among all the soldiers. Gimana kalo aku ngebongkar hal ini ke Mino?"

"Mungkin aja. Despite kamu orang yang gak bisa dipercaya di kalangan Guerriero, kamu adalah orang yang paling deket sama Master kita," jawab Jeffrey apa adanya.

"And?"

"And... it's actually up to you." Jeffrey menghela napas, mengendurkan uratnya yang sebenarnya tegang bahkan sejak sebelum kedatangan Jennie ke tempat janjian ini. Kalau boleh jujur, Jeffrey tidak yakin bisa membujuk Jennie, tapi di sisi lain, Jennie adalah satu-satunya orang yang paling potensial untuk diajak berkhianat.

"Tch, caramu ngomong kayak kamu ini udah siap mati, tau gak?" Jennie mendecak.

Jeffrey berdehem. "Jadi, gimana?"

"Gimana apanya? Apakah aku mau ikut-ikutan taruhan nyawa buat rahasia ini?" Jennie balik bertanya.

"Mmm... kalo itu yang bisa kamu interpretasiin..."

"Hmmm... let's see..." Jennie mengalihkan tatap, mengetuk-ngetukkan kuku jari panjangnya di atas meja, membuat Jeffrey berdehem gugup.

Bukankah sudah jelas? Kalau misalkan Jennie menolak ajakan Jeffrey untuk bersekutu, maka hanya tinggal menunggu nasib seperti apa yang akan terjadi padanya dan Rosé.

"Sorry, Jeff," ujar Jennie setelah beberapa saat berpikir. "I choose myself."

the guard

"Jadi dia gak mau?" tanya Rosé.

Jeffrey mengangguk. "Untungnya dia lebih milih buat pura-pura gak tau, sih. Kalo sampe dia milih buat ngadu ke Mino, kan, bisa bahaya kita."

Rosé menghela napas. "Padahal kamu bisa bikin aegyo."

"Ae—apa?" Jeffrey berjengit.

Rosé menarik napas panjang, mengambil ancang-ancang sebelum menatap Jeffrey dengan puppy eyes dan dua tangan terkepal di depan pipi. "Ang, ang~"

Jangankan Jeffrey, Brian yang hantu saja merinding. Pria transparan itu kemudian memilih untuk menghilang di udara seperti balon air yang meletus.

"That's... terrible," komentar Jeffrey sambil menggosok rambut halus di lengannya yang meremang.

Rosé mendecih. "Anyway, aku udah berhasil bikin cowok yang aku bicarain beberapa waktu lalu ngajak Erica ke kita."

"Oh, ya?"

Rosé mengangguk mantap. "Kita tunggu aja kapan mereka datang, sampe waktu itu, aku bakal nyusun rencana."

"Rencana apa?" Jeffrey menatap Rosé penasaran.

"From A to Z, aku harus punya banyak rencana cadangan," ujar Rosé. "Aku udah bilang ke kamu kalo firasatku agak buruk. But at least, buat sekarang, seandainya Erica bener-bener dibawa ke kita, aku meringankan beban hatinya."

the guard

Kamis adalah hari yang menyebalkan karena semua bidak harus berkumpul untuk mendengarkan pidato dari Master—pemimpin Guerriero. Mending kalau ada misi—walaupun tidak semua bidak bisa mengemban, setidaknya mendengarkan strategi penyerangan lebih baik daripada mendengarkan dakwah tentang pemersatuan seluruh dunia dengan new world order yang saat ini tengah mereka rancang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[5] The Guard ; Jeffrey JungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang