Sepanjang Jeffrey diam-diam mengikuti Erica dan anak kecil yang terus menggenggam tangannya erat itu, percakapan singkatnya dengan Will terus terngiang di telinganya.
“Lindungi mereka, dan aku yang akan ngelindungi kamu.”
“Kenapa gak kamu sendiri yang ngelindungi dia?”
“Aku gak punya badan. Aku gak bisa nyentuh dia, gimana bisa aku ngelindungi dia?”
“Jadi kamu mau pake badanku gitu?”
“Nggak juga. But I will be your back up.”
“Apa yang aku dapet dari kesepakatan ini?”
“… apa yang kamu inginkan?”
Jeffrey tersentak saat anak kecil yang bersama Erica menoleh ke belakang. Ini karena Jeffrey terus melamun sampai tidak memperhatikan langkahnya. Tadi dia berjalan beberapa meter di belakang, tapi sekarang jaraknya dengan Erica hanya beberapa langkah.
“Kakak siapa?” tanya anak itu, mata polosnya menyelidik, bahkan kemudian sengaja mengambil langkah untuk memisahkan ruang antara Jeffrey dan Erica.
“O-oh, aku… lewat,” gagap Jeffrey, merendahkan topi yang dipakainya untuk menutupi sebagian wajahnya.
“Lewat doang? Tapi dari tadi ngebuntutin terus. Bukan penguntit, kan?” tanya anak itu, lebih seperti menghakimi. Lagipula siapa yang tidak akan curiga saat seseorang terkesan mengikuti? Dan topi itu, kenapa menunduk sekali? Memangnya tidak takut menabrak sesuatu? Lagipula ini sudah malam, siapa orang bodoh yang memakai topi saat matahari sudah sepenuhnya tenggelam?!
Jeffrey tergagap. Dengan tawa masam dia menjawab, “Nggak gitu, H-haechan—”
“Kok tau namaku??” Anak itu —Haechan berjengit.
“Name tag…” tunjuk Jeffrey pada name tag yang tersemat di seragam Haechan.
“Ah… haha.” Haechan tertawa kecil, menggaruk pelipisnya kikuk. Begitu juga Jeffrey yang ikut tertawa masam.
“Kakak ini… bule?” tanya Haechan, mendekat selangkah ke arah Jeffrey dan membungkukkan badan dengan kepala mendongak, mencoba mengintip wajah Jeffrey dari bawah.
“B-bule??” Jeffrey melangkah mundur, menahan topinya semakin menunduk.
“Koreamu beda,” kata Haechan.
"Iya kan, Kak?" Hachan menggoyangkan tangan Erica yang masih dia genggam, tapi gadis itu tidak menyahuti, memandang pun tidak.Jeffrey sekali lagi melepas tawa kikuk, dalam hati memuji kecerdasan anak berseragam SMP itu.
Sambil berdehem, Jeffrey akhirnya mengambil langkah. “Bye, maaf kalo kalian merasa terganggu,” pamitnya tanpa menjawab pertanyaan Haechan. Sekali lagi, hanya sekilas Jeffrey melirik Erica yang bahkan tidak memberikan atensi apa pun —tatapannya masih terkesan kosong tertuju pada pagar yang tertutup di depannya.
“Bye, Kak Bule! Hati-hati, jangan nyasar!”
Jeffrey melambaikan tangan dan benar-benar berlalu. Dia sempat menoleh ke kiri, ke arah rumah yang hendak dimasuki oleh Haechan dan Erica tadi.
Ah, jadi mereka anak dari Queen?
the guard
“Kamu nerima tawaran itu?”
Jeffrey menjawab pertanyaan Rosé dengan anggukan kecil. Dan Rosé segera melepas napas panjang.
By the way, Jeffrey pulang ke Vatikan lebih dulu seperti apa yang Jennie katakan. Sebenarnya Jeffrey baik-baik saja, tapi Jennie terus memaksanya pulang karena menurutnya Jeffrey semakin aneh.

KAMU SEDANG MEMBACA
[5] The Guard ; Jeffrey Jung
Fanfiction[ bahasa | on going ] 5th book of Turtle Neck Universe better read the other 4 series before reading this book greencrayons_ ©2021