"Bener-bener, manusia apa kuda, sih? Lihat rumahnya Aku yakin dia kurus kering kayak gitu bukan karena stres atau kurang makan tapi gara-gara digigiti nyamuk. Oh my gosh, bahkan dari luar pager aja aku bisa denger betapa ganas nyamuk yang berkembang biak di sana."
Jeffrey hanya menghela napas mendengar ocehan Rosé —sejujurnya gadis itu tidak berhenti mengomel bahkan sejak dia berhasil mengusir para perundung yang mengganggu Erica. Jeffrey meminta Rosé untuk menemui para gadis itu besok dan menarik sugesti yang dia tanamkan pada mereka, tapi bukan Rosé kalau tidak keras kepala. Dia bilang, itu adalah hukuman untuk orang yang tidak memiliki empati.
Lalu Jeffrey bisa apa? Bukankah wanita selalu benar? Tapi di sisi lain, membiarkan orang lain selamanya hidup dalam rasa bersalah itu juga bukan hal yang tepat.
Entahlah, mungkin besok Jeffrey akan mencoba berkomunikasi dengan gadis itu tentang hal ini lagi.
"Anything is alright," ujar Brian saat tiba-tiba muncul entah dari mana. Tentu saja Jeffrey tidak bisa melihat dan mendengar, tapi dia bisa tahu dari bagaimana Rosé bersikap dan berekspresi.
"Dia gak nangis?" tanya Rosé, kali ini membuat Jeffrey mengubah arah berdirinya menghadap Rosé dan memperhatikannya lamat.
"Nah, I think she's okay."
"Ouh... she is The Queen's daughter anyway." Rosé berdecak, dan somehow itu membuat perasaan Jeffrey sedikit lega.
"And IT'S THE FIRST TIME I SAW THE QUEEN!" Brian tiba-tiba meledak, membuat Rosé yang padahal memperhatikannya masih berjingkat kaget.
"Gimana?" tanya Rosé.
"Mm... ya... she's a bit creepy." Brian bergidik.
"Heh, yang harusnya creepy itu kamu, dasar hantu bego!"
Brian cengengesan. "Tapi serius, deh. Aku gak tau apakah ini efek dari warna matanya yang berbeda, tapi ekspresi dan mood-nya bener-bener bikin aku merinding."
Rosé berdecak.
"Dan kayaknya dia bisa lihat aku," ujar Brian.
"Serius???"
Brian mengangguk mantap. "Awalnya aku kira dia cuma mandang benda lain di sekitarku, tapi pas aku mencoba berpindah tempat, matanya ngikutin ke segala arah yang aku tuju. No expression, dan itu bikin dia semakin nyeremin."
Rosé menelan ludah, refleks menoleh ke arah rumah Erica lagi. Di sana ada jendela yang menghadap ke depan. Sebenarnya, rasa penasaran Rosé akan bagaimana penampakan dalam rumah Erica dan bagaimana wujud The Queen itu mulai meninggi. Apalagi setelah mendengar cerita Brian. Tapi gadis itu malah meloncat dan refleks berjongkok saat Brian bilang, "Dia duduk di balik jendela itu."
"DASAR GILA, KENAPA GAK BILANG DARI TADI??!!" sungut Rosé yang masih berjongkok di bawah.
"Kamu gak tanya."
"Hissssss, jadi dia tau kalo dari tadi kita ngawasin rumah ini??"
Brian menggedikkan bahu, sama sekali tidak peduli. Ah, sebenarnya, dia juga baru terpikirkan pertanyaan itu baru saja —saat Rosé menanyainya sambil mendesis.
"Gak berguna banget!" Rosé melempar Brian dengan kerikil, tapi tentu saja tidak ada gunanya.
Justru perhatiannya teralih pada hal lain, seorang anak berseragam sekolah yang menggosok-gosok dahinya yang ngilu.
"Aduh..."
the guard
"Maaf yaaa, aku gak sengaja," ujar Rosé sambil memberikan es krim pada Haechan, tentu saja setelah membukakan bungkusnya terlebih dahulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
[5] The Guard ; Jeffrey Jung
Fanfiction[ bahasa | on going ] 5th book of Turtle Neck Universe better read the other 4 series before reading this book greencrayons_ ©2021