"Aku baru aja nonton pertandingan seru," ujar Brian sesaat setelah muncul entah dari mana.
"Apa? Gak usah ngomong kalo gak penting," sahut Rosé seadanya, masih asyik menonton acara TV dengan setting kelas. Pembawa acaranya yang paling besar dengan jubah dan topi itu sangat lucu. Perut Rosé sampai sakit karena tertawa berlebihan.
"Ah~ Jadi sekarang seleramu berubah jadi kayak yang di TV itu?" tanya Brian, bukan menyampaikan laporan malah nyinyir karena Rosé tidak memberikan atensi padanya.
"Hiss, pergi sana!" Rosé mendesis.
Brian mencebikkan bibir. "You know Irene, she must have lost her mind," ujarnya.
"Hah? Kenapa Irene?"
"Dugaan kita selama ini soal seorang kakak yang mengasihi adiknya—let's say Irene melindungi Suzy dari Guerriero, that's 100% right. Tapi aku jadi bingung saat dia ngelakuin itu tadi, like what the fuck, dude??" Brian geram, dan dengan penjelasan yang setengah-setengah itu tentu saja Rosé tidak mengerti.
"She tried to kill Suzy," lanjut Brian.
"What??!"
"That's it! Me too like, what??!" Brian menirukan ekspresi Rosé.
"Apa?" Jeffrey yang baru saja keluar dari dapur menginterupsi, tapi kelihatannya Rosé hanya berfokus pada Brian. Pemuda ber-dimple itu mendongak, menatap ke arah mana Rosé melihat. Tapi karena dia tidak memiliki kemampuan supernatural semacam itu, tentu saja dia tidak bisa melihat Brian.
Ah, tapi yang satu itu... ini aneh, memang. Tapi sejauh ini makhluk yang bisa dilihat Jeffrey hanya William. Pria tua itu sedang ada di luar ventilasi, menatap Jeffrey lurus seperti ingin menyampaikan sesuatu.
"Kalian hutang cerita sama aku," ujar Jeffrey, segera beranjak setelah meletakkan semangkuk ramyun di atas meja.
"William?" tanya Rosé. Tentu saja dia menyadari kehadiran pria tua itu. Sebenarnya, dia ada di luar dari tadi, tapi Rosé tidak berani menyapa karena takut.
Jeffrey mengangguk. "Kalo mau titip sesuatu, chat aja, oke?"
"Oke..."
Jeffrey mengulas senyum, kemudian segera pergi keluar setelah mengambil jaketnya dari kamar.
Di luar, Jeffrey kira William sudah tidak ada. Ternyata sudah menunggu di luar pagar.
"Lama gak ketemu," sapa William saat Jeffrey sudah berada di luar pagar.
"Aku lihat kamu sesekali dateng, gak usah sok ramah."
William tertawa kecil. Sepertinya manusia ini masih sedikit membencinya.
"Tadi hampir aja," kata Will.
"Apa?"
"Irene almost killed Suzy."
"What??!"
"Yes, you have the same expression as Rosé and Brian."
Jeffrey berdehem. Jadi kabar ini yang membuat Rosé begitu terkejut tadi? Tapi ini memang mengejutkan. Jeffrey kira Irene tidak akan melakukan hal bodoh semacam itu, tapi kenapa? Apa dia benar-benar ingin menjadi Queen dan mengambil mata adiknya? Gosh, itu menyeramkan.
"Kamu gak bisa menghakimi Irene gitu aja. Mau gimana juga dia udah berbuat jauh buat ngelindungin adiknya," ujar Will, menyudahi berbagai prasangka yang berkecamuk di kepala Jeffrey. "Manusia emang gak sekuat itu. Bahkan pahlawan pun pasti punya sesuatu buat ditangisi."

KAMU SEDANG MEMBACA
[5] The Guard ; Jeffrey Jung
Fanfiction[ bahasa | on going ] 5th book of Turtle Neck Universe better read the other 4 series before reading this book greencrayons_ ©2021