The Dirt In The White Linen

364 52 14
                                    

Kyungsoo menikah.
Hanya dihadiri kedua kakaknya yang hadir sebagai saksi. Dia terlihat bahagia sekali, senyum selalu terpancar di bibirnya.

"Jaga dia!" Minho menatap Chanyeol, dengan penuh harap.

Sehun di sampingnya berusaha untuk terlihat ikhlas. "Kyungsoo, kau harus jaga diri baik-baik. Kau seorang istri sekarang."

"Iya, hyung. Aku akan berusaha sebaik mungkin." Senyum merekah di wajahnya. Ini adalah magnolia keluarga Choi. Yang polos dan mulus baik luar maupun dalam.

"Aku senang melihatmu bahagia." Jongin berkata pada Chanyeol, seraya menyalami pria itu. "Kau harus mengurusnya dengan baik."
.
.
Minho menarik napas pelan ketika Sehun menceritakan semuanya. Tentang keinginannya menjual tambak, dan pergi ke Amerika bersama Jongin.

Kakaknya terkejut bukan main. Hal gila yang membuatnya tidak bisa berkata apa-apa. Tapi karena sifatnya mirip mendiang sang ibu, yang pengalah. Dan sang adik yang keras kepala seperti mendiang ayah mereka.

"Aku tidak bisa menolaknya, kan? Kau harus pergi ke Amerika dan jangan pernah kembali lagi ke sini jika kau tak mau menghadapi kemarahan para tetua." kata Minho, ia menepuk bahu sang adik.

"Aku sudah menemui keluarga Byun. Saat semuanya selesai, aku akan pergi ke Amerika."

"Semoga Tuhan memberkatimu, Sehun."

"Terimakasih, hyung."

"Aku harus cepat kembali, masih banyak yang harus ku urus sebelum ke London."
.
.
Sehun berbaring di ranjang, tepatnya di samping Jongin yang sedang membaca katalog rumah toko yang akan mereka beli di Amerika nanti.

Ia menggenggam erat tangan Jongin, dengan satu tangan lainnya fokus dengan permainan di Handphone-nya.

Jongin melepaskan genggaman Sehun dan meletakan majalah di atas nakas. Ia tidur di kamar Sehun, dan tidak lagi tidur di kamarnya—selama ia masih di kamar itu, rasa bersalah selalu menyeruak di dalam hatinya. Dimana ia hanya melihat Sehun seperti anak tirinya, tidak bisa melihat pria itu sebagai orang yang ingin ia cintai dan ia miliki sepenuhnya.

"Sudah memilih?"

"Sudah." Jawab Jongin, lugas.

Sehun terkekeh pelan. "Kita bisa membeli rumah dan toko kalau kau mau."

Jongin menggeleng. "Ruko saja, itu lebih murah. Kita bisa menyisihkan uang yang tersisa untuk modal."

"Apapun yang kau mau, adalah perintah bagiku." kata Sehun, seraya mengecup tangan Jongin, lembut.

"Kau ini gombal sekali"

"Kau menyukai pria gombal ini, kan"
Tawa kecil Jongin membuat Sehun mencubit hidung bangir Jongin.

Jongin memperbaiki posisinya, dengan sedikit bersandar pada sandaran ranjang. "Aku mencintaimu, seumur hidupku."

"Aku juga mencintaimu three thousand."

"Benarkah?" tanya Jongin. "Tapi Sehun, jika aku yang harus pergi lebih dulu. Aku ingin kau tetap melanjutkan hidupmu."

Sehun berdecak sebal. "Jangan katakan begitu! Kau dan Aku akan saling mencintai sampai tua, sampai rambut kita memutih. Kita akan menua bersama."

.
.

"Chanyeol."

Pria bermarga Park itu terkejut saat mendapati istrinya berdiri di belakangnya dengan senter di tangannya.

"Kau membuatku terkejut!" ujar Chanyeol, ia menarik lengan Kyungsoo. Dan memintanya untuk duduk di ranjang. "Tunggulah di sini, aku akan ke dapur mencari lilin!"

Common DenominatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang