Blameworthy

399 56 9
                                    

Blameworthy
.
.
Perawat yang bertugas merawat Choi Siwon mengizinkan mereka masuk asal tidak terlalu lama. Terdengar jelas nada sedih sang perawat saat mengatakan bahwa Siwon mengeluh sakit diawal ia sadar dari masa koma.

"Lebih baik aku yang lebih dulu masuk" kata Jongin.

Chanyeol, Kyungsoo, dan Sehun hanya mengangguk. Jongin harus lebih dulu memastikan apa yang terjadi dan apa yang dibutuhkan oleh lelaki paruh baya itu.

Jongin mendorong pintu rumah sakit yang berat dan melangkah memasuki kamar. Karangan bunga dan ucapan dari kolega bisnis berderet-deret di sepanjang kusen jendela dan meja tv.
Ia harus akui jika Siwon adalah pribadi yang tegas dan sama sekali tidak ramah kepada orang lain. Ia bukan tipikal pria yang disukai banyak orang, namun masih banyak orang yang menghormati dirinya selaku orang terpandang dan memiliki banyak usaha di distrik mereka.

Siwon tidak tampak menakutkan sekarang. Ia terlihat tak berdaya dengan wajah pucat dan menahan rasa sakit di bagian perutnya.

"Hey, sayang." Jongin membungkuk dengan senyuman. Ia berjalan ke arah kursi, dimana ia selalu duduk di sana menunggui suaminya. "Perawat bilang kau mengeluh sakit. Apa kau ingin aku melakukan sesuatu agar tidak terlalu sakit?"

Pria itu mengulum senyum. Ia menyentuh wajah Jongin dengan tangan pucatnya. Lingkar mata hitam di mata dan bibir yang membiru serta nafas yang sedikit tersenggal-senggal membuat Jongin ingin menangis tersedu-sedu.

"Tetaplah di sini, sayang" katanya, perlahan. "Aku ingin istriku yang cantik ini menemani aku"
"Ya, aku akan tetap di sini" Jongin membalas sentuhan di wajahnya. Menggenggam erat tangan Siwon dan mengecup kecil.

"Bagaimana dengan anak-anak?"
Jongin menoleh ke arah jendela, dimana Kyungsoo dan Sehun mengintip.

"Kyungsoo baik-baik saja. Sehun juga."

"Sehun?"

Ia mengangguk pelan, "Sehun sudah pulang."
Mata tua itu menutup sebentar dan menitikan air mata. "Aku senang mendengarnya"

Jongin mengulum senyum. "Dia akan membantumu mengurus tambak."
"Dia sudah pulang saja aku sangat senang, Jongin."

Pintu terbuka, terlihat Kyungsoo dan Sehun berdiri di depan pintu. Sehun sudah mewanti-wanti Kyungsoo untuk tidak menangis. Maka anak itu mencoba mendekat ke arah bangsal ayahnya.

Ia terlihat senang ketika ayahnya memuji dirinya tumbuh sehat selama ayahnya tidur.

"Bagaimana dengan hidupmu di sana?" tanya Siwon.
Jongin dan Kyungsoo bersama Chanyeol untuk makan siang.

Mereka memberikan waktu bagi ayah dan anak itu untuk berbincang-bincang.

"Aku baik-baik saja." jawab Sehun, ia duduk di kursi dimana Jongin duduk sebelumnya.

"Apa kau masih marah padaku?" Siwon menatap putranya tanpa ekspresi.

"Aku sudah melupakan kemarahan itu beberapa tahun yang lalu."

Siwon menyentuh wajah putranya. "Dibandingkan Minho dan Kyungsoo kau benar-benar mirip aku."

"Karena kau adalah ayahku."

Tawa Siwon pecah. Meskipun masih sedikit lemah. "Dimana kakakmu itu?"

"Dia harus mengurus kolegamu di Seoul." sahut Sehun.

"Aku senang kau bisa memajukan dirimu sendiri di negara orang tanpa nama besarku."

Andai Sehun tahu, bahwa dirinya lah yang selalu dipikirkan ayahnya. Dirinyalah yang selalu ditunggu kepulangannya meskipun hanya sebatas memaki "Aku benci ayah" atau pulang menghadiri pemakaman ayahnya. Siwon selalu bangga pada putra-putranya. Namun baginya, hanya Sehun lah yang mampu membuatnya merasa begitu marah dan juga bangga dalam waktu yang sama.

Common DenominatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang