Magnet

392 54 10
                                    

Chanyeol bekerja semakin giat. Lebih tepatnya untuk membayar rasa Terimakasih kepada Kyungsoo, yang tanpa diduga memberikan tabungannya kepada Seulgi—Yeoja itu menuntut semua uang yang sudah diberikan Seulgi ketika membantu Chanyeol merawat ibu panti yang harus dioperasi.

Dengan galak Kyungsoo meminta Seulgi untuk pergi dan membawa tabungannya yang sudah mencapai 7 juta Won itu.
Bibi Na tersenyum gemas melihat tingkah Kyungsoo yang diam-diam mengikuti dan memperhatikan Chanyeol dari balik pohon.

Setidaknya Kyungsoo tidak perlu merasa sangat sedih mengingat ayahnya yang sebentar lagi memutuskan untuk suntik mati di Swiss.
"Anak itu sepertinya sedang jatuh cinta." Oceh Taemin.

Jongin mengangguk pelan. "Tingkahnya sangat lucu. Cuma saja Sehun tidak menyukai Chanyeol."

Bibi Na dan kedua nyonya Choi itu sedang ada di dapur menyiapkan makan malam.
"Ku pikir Chanyeol orang yang baik." Taemin berkata, seraya mencuci sayuran di wastafel.

"Wajar saja, Kyungsoo itu sedikit lebih berbeda dan sangat halus perasaannya. Dia hanya tidak mau Kyungsoo terluka. Bukan begitu, Bi?"
Bibi Na mengangguk, dan mengiyakan perkataan Jongin.

"Anak itu sangat pintar, hanya saja tetua Choi selalu menganggap Kyungsoo tak lebih dari anak anak kekurangan lainnya." Bibi Na berkata.
Jongin dan Taemin jadi merasa kasihan pada Kyungsoo.

"Dia sedikit dianaktirikan, makanya Sehun dan Minho sangat peduli padanya." Kata Taemin.
"Menurutku itu terlalu berlebihan. Biar bagaimanapun Kyungsoo tetap anak keluarga Choi, tidak pantas kan memperlakukan dia seperti itu." sahut Bibi Na.

"Oh, Bagaimana dengan rencana pindahan nanti, Taemin?" Jongin mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Sudah diurus Minho." Taemin mengulas senyum. "Nanti paling aku menitip Jeno di sini selama 2 hari."

Jongin mengangguk pelan. "Jangan terlalu buru-buru, kalian bisa lelah nanti."

"Sebenarnya aku tidak enak pada daddy. Jeno selalu saja menolak bertemu dengannya." Taemin memasang wajah sedih.

Bibi Na yang baru kembali dari ruang persedian bahan makanan terkekeh mendengarnya. "Jeno masih kecil, wajar jika dia ketakutan melihat banyak selang di tubuh kakeknya."

"Entahlah, bi" sahut Taemin. "Padahal Jeno sangat dekat dengan kakeknya."

"Siwon sudah mengerti. Dulu bisa dekat karena Jeno melihat kakeknya adalah kakeknya. sekarang tidak dekat, karena kakeknya seperti orang lain yang membuatnya takut." kata Jongin, mengingat ucapan Jeno kecil mengenai Kakeknya yang seperti robot jahat di film kartun favoritnya.
.
.
"Terimakasih, hyung."

"Sama-sama."

"Sehun hyung bilang dia akan memperbaiki ini untukku. Tapi sepertinya sejak mengurus tambak, hyung jadi sedikit lebih sibuk dari biasanya." Kyungsoo menunjuk sebuah kamera di tangannya yang kini sudah bisa kembali untuk ia gunakan.

"Kalau butuh bantuan kau bisa memintaku untuk membantumu." kata Chanyeol, kembali fokus memperbaiki mobil tua kesayangan Mr. Choi.

"Kau hebat sekali."

Kyungsoo duduk di sebuah bangku kecil. Remaja 18 tahun itu menggunakan kaos biru dengan celana pendek selutut. Kulitnya kelihatan putih mulus tanpa celah seperti bunga magnolia yang baru merekah.

"Tentu saja. Apapun untuk Kyungsoo yang manis." Chanyeol berhenti bekerja dan menatap Kyungsoo.

Remaja itu menutupi wajahnya yang terasa hangat dan memerah. "Aku jadi malu." kata Kyungsoo, seraya memainkan jemarinya yang lentik.

Common DenominatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang