The Poison In Your Love

374 57 9
                                    

Suara hiruk pikuk dan bau amis ikan, serta suasana ramai para nelayan yang baru saja pulang dari laut dengan hasil tangkapan yang lumayan banyak. Dermaga ikan akan selalu ramai di pagi buta hingga pukul 10 siang.

"Ini masih jam 5 pagi, dan kau mengajak aku kemari hanya untuk berjalan-jalan melihat ikan?"

Sehun terlihat kesal, namun enggan untuk memaki.

"Bibi Na ingin aku memasak seafood yang banyak. Kau tahu? harga di sini sangat murah saat di pagi hari"

"Ini bukan pagi hari, tapi pagi buta. Pagi-pagi buta"

Jongin tersenyum, kemudian meminta Sehun untuk memegang keranjang belanja.

Banyak yang tidak berubah, suasana masih sama seperti 8 tahun Sehun meninggalkan Haeundae. Para pengepul dan nelayan sudah mengenali dirinya dengan sangat baik.

Maklum saja, selain usaha tambak. Keluarganya juga memiliki usaha kapal ikan. Hampir semua kapal di dermaga ikan itu adalah milik keluarganya.

"Apa kau menantu keluarga Choi?" seorang yeoja paruh baya mendekat dengan beberapa hasil tangkapan di tangannya.

Jongin mengangguk pelan.

Nenek itu tersenyum tipis. Kemudian berkata jika ia ingin memberikan ikan tersebut secara cuma-cuma. Karena ingin membalas kebaikan suaminya yang kini terbaring lemah.

"Mr. Choi menolongku saat kami kesulitan. Ia memberikan sebuah kapal kecil untuk mencari ikan. sekarang hidup kami berubah, anak dan suamiku mencari ikan, dan aku akan menjualnya di pasar." Kata si Nenek, terlihat senang bukan main. "Terimalah ini, nak. Aku selalu mencari cara untuk mengucapkan kata terimakasih. tapi Mr. Choi selalu sibuk, kami tidak berani untuk mendekat."

Sehun dan Jongin saling berpandangan ketika yeoja itu mendoakan mereka langgeng dan memiliki banyak orang anak.

"Kau kenal dia?" tanya Jongin, dengan tatapan penuh tanya.

Sehun menggeleng pelan. "Aku sama sekali tidak tahu jika ayahku pernah memberikan sebuah kapal nelayan pada orang lain."

"Kita bisa tanyakan ini pada Bibi Na." Jongin memasukan sekantung ikan laut ke dalam keranjang.

"By the way, kita dapat ikan gratis" Sehun tertawa kecil. "Kau pikir apa semua orang tahu kalau ayahku sakit?"

"Ku rasa begitu." Jawab Jongin. Ia berjalan beriringan dengan Sehun.

Entah apa yang dipikirkan orang lain. Mungkin mereka menceritakan bagaimana payahnya Choi Siwon atau malah menyumpahi pria itu segera menemui ajal sehingga tak ada lagi dinasti Choi yang terkenal dengan kekayaannya di distrik ini.
.
.
Kyungsoo bangkit dari kursi dan berjalan ke arah jendela. Kelihatan jika ia tengah memandang ke arah alam sekitar dengan mata bulatnya. Tetapi Chanyeol tahu bahwa bukan itu yang tengah dilihatnya.

"Kita bisa pergi berkeliling pantai kalau kau mau." Usul Chanyeol, mencoba membujuk Kyungsoo untuk keluar berjalan-jalan sesuai amanat Bibi Na.

"Tidak, Terimakasih" ucap Kyungsoo, lembut.

"Ayolah, kau sudah 2 hari ini mengurung diri di kamar."

"Memangnya Hyung ingin aku pergi berkeliaran di luar sana?"

"Bukan begitu, soo." Kata Chanyeol. "Hanya saja kami khawatir jika ada sesuatu yang terjadi padamu."

Kyungsoo berbalik badan. Pipinya menggembung, matanya menatap Chanyeol tanpa arti. "Hyung seperti itu karena mereka, kan? Tidak benar-benar peduli padaku. Orang dewasa itu egois."

"Soo." Chanyeol menyebut namanya. "Ayahmu membayarku dengan harga yang tinggi, memberiku tempat tinggal, menganggap aku keluarganya sendiri. Ini sangat lebih dari cukup untuk seseorang tanpa keluarga seperti aku."

Common DenominatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang