O1 : Expired

2.1K 365 57
                                    


“Selamat pagi, selamat datang di—”

A tart, please.”

Belum sempat aku menyelesaikan kalimat sapaku, orang dengan setelan jas rapi serta ponsel di tangannya itu menyela. That was annoying—but nevermind, he's still my customer. Tanpa memudarkan sedikit senyuman, aku membuka etalase kue yang berada tepat di hadapanku.

“Mau yang mana, Pak?” karena lelaki itu terlihat in rush, jadi sebaiknya aku menawarinya kue tart yang sudah tersedia di etalase saja.

Pandangannya beralih dari layar ponsel, sekilas menatap etalase lalu menunjuk salah satu kue berbentuk medium square disana, “That one.”

Aku mendelik bingung, pasalnya ia menunjuk dari jarak yang lumayan jauh. Tidak pasti kue mana yang pria itu mau. Untuk memastikan aku kembali bertanya, “The tiramisu one?

Yeah, langsung dipacking bisa kan?”

Selagi mengeluarkan kue dari etalase sekaligus pendingin, aku mengiyakan perkataannya. Kemudian segera membawa kue itu ke area khusus pengemasan. Baru saja menaruh kue pesanan di atas meja untuk mengemas, aku mendengar si pelanggan kembali bersuara.

“Oh iya, can you give some words on it?” tanyanya seraya menghampiriku.

Sure, sir,” aku tersenyum simpul, “Mau ditambah tulisan apa, Pak?”

“Eumm,” orang itu tampak sedang berpikir sejenak, sebelum akhirnya meneruskan, “Welcome Home Director Jung.”

•••

Author POV

Keadaan di kantor utama kini sangat hectic. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari pertama sulung dari keluarga Jung pulang ke tanah kelahiran. Bukan sekedar berkunjung, namun juga menggantikan kedudukan sang ayah sebagai direktur utama. Bukan tanpa sebab, tetapi karena senior Jung ingin mencari suasana baru bersama istrinya di negeri seberang pada masa kepala limanya ini. Sehingga ia meminta anak sulungnya yaitu, pemegang jabatan direktur utama di cabang perusahaan keluarga mereka untuk bertukar posisi.

Mulanya, si manis bungsu diminta untuk ikut bersama kedua orang tua. Namun, karena terlalu nyaman dengan negara kelahirannya ia bersikeras untuk menetap disini. Akhirnya dengan terpaksa, mau tak mau, ia harus tinggal bersama kakaknya yang sama sekali tidak akrab dengannya.

Itu lebih baik daripada harus meninggalkan teman-temannya.

“Jihyo,” panggil Jungwoo, selaku asisten pribadi direktur kepada sekretaris perusahaan, Park Jihyo. “Beneran ini pak Direktur dari airport langsung ke kantor?”

Wanita dengan blazzer navy itu mengangguk, “Yup, he told me this morning.”

“Aneh, harusnya udah sampe lima belas menit lalu,” ucap Jungwoo bertanya-tanya, pria 26 tahun itu memandangi jam tangannya.

“Oh come on,” Jihyo menyikut pelan lengan kolega kerjanya itu, “It's Jakarta, what you expect?”

“Macet kan?”

“Obviously,” wanita itu merangkul bahu Jungwoo, lalu memberinya senyuman pada pria Beta itu, “Gak usah khawatir, dia pasti gak apa-apa kok. Trust me.

Senyum simpul merekah di bibir Jungwoo, ia mengangguk paham. Oh Jung Jaehyun, bukan hanya calon bos besarnya—tetapi juga teman masa kecil lelaki itu. Sudah lebih dari sepuluh tahun mereka tak berjumpa. Kira-kira Jaehyun masih mengingatnya tidak ya?

“Semua udah siap?” tanya Jungwoo lantang pada karyawan lain. Kini mereka sedang berada di ruangan yang akan dijadikan ruang kerja direktur utama. Mempersiapkan segala kejutan untuk bos baru mereka.

THE ONE ❪JAEYONG❫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang