O5 : For Example?

2.1K 370 125
                                    

Sorakan tepuk tangan menggema di segala penjuru ruangan. Tepat setelah Ten menyanyikan baris terakhir lagunya malam ini. Senyum berseri melengkapi wajah manis lelaki omega itu selagi memandangi ekspresi dari para pengunjung cafetaria.

Ada rasa bahagia tersendiri ketika berhasil menghibur banyak orang. Sayang sekali Taeyong tidak dapat hadir karena harus menjaga toko. Mungkin di lain kesempatan Ten harus mengajak Taeyong menonton pertunjukannya.

Cafetaria ini mengambil konsep cafe bar, sehingga terdapat kafe dan juga bar yang berada di satu tempat. Setelah berterima kasih kepada para penikmat musik serta anggota band dari cafe, Ten turun dari panggung lalu berjalan menuju stand bar di pojok ruangan. Hendak menyegarkan kembali tenggorokannya yang serak akibat bernyanyi dua jam penuh.

“A lemon tea, please,” ucap Ten setelah duduk di kursi bundar tepat di hadapan bar stand.

Bartender pria itu mengangguk paham. Kemudian segera membuatkan pesanan Ten. Duduk di depan bar dan hanya minum teh lemon? Sedikit asing? Tetapi itu bukan lah hal tak biasa. Bar tak selalu tentang minuman berakohol, dan Ten kali ini tidak ingin minum sendirian.

Hari ini merupakan hari yang istimewa untuk Ten. Skripsinya berhasil diterima. Sungguh seperti mukjizat dunia yang nyata. Walau masih ada tantang beberapa waktu ke depan, setidaknya satu beban telah terangkat.

Sambil menunggu minuman pesananya disediakan, Ten mengedarkan pandangan ke sekeliling cafetaria. Sangat kekinian, akan lebih senang jika Taeyong juga berada disini. Taeyong sangat suka tempat bernuansa vintage seperti ini.

Bagi Ten, Taeyong itu seperti adiknya sendiri. Pria itu ceroboh, keras kepala dan naif, Ten selalu ingin melindunginya. Pertama kali bertemu dengan Taeyong, ada hasrat di dalam jiwa Ten untuk terus berada di samping lelaki manis itu.

Baru-baru ini Taeyong bercerita, beberapa waktu ini ia sedang terjaring masalah dengan seorang alpha. Ten tidak tahu seperti apa rupa alpha itu. Tetapi Taeyong pernah mengatakan alpha yang ia maksud adalah atasan dari mantan pelanggan mereka, Jungwoo.

Ten penasaran. Masalahnya, baru kali ini Taeyong banyak berinteraksi dengan seorang alpha. Biasanya Taeyong hanya menempel pada Ten, atau teman-teman kampusnya yang kebanyakan beta dan omega. Jika ada alpha yang mendekat, sudah dipastikan niat awal mereka bukan berteman. Namun lebih dari itu, tahu sendiri Taeyong sama sekali tak terpikirkan untuk menjalin hubungan dengan seorang alpha. Jadilah Taeyong tak memiliki banyak alpha di sekitarnya.

Menggunakan suppressant untuk menutupi feromon Taeyong ternyata bukan menjadi penghalang para alpha mendekati lelaki manis itu. Mau bagaimana lagi, wajah Taeyong tak bisa dipungkiri keindahannya. Bahkan jika Ten terlahir sebagai alpha atau beta, ia dengan senang hati menjadikan Taeyong pendamping hidupnya. Lee Taeyong, his beauty is really out of this world.

“Hey, sendirian aja?” baru saja Ten memikirkan soal alpha, kini pemilik status tertinggi itu menghampiri Ten. Ya, pria asing. Ten bisa pastikan alpha ini merupakan alpha resesif. Tercium dari feromon buatan yang tercium dari tubuh alpha itu. Yup menggunakan parfum feromon—so artificial.

Kadang para alpha resesif terlalu memaksakan diri untuk tampil dengan feromon yang menyengat. Padahal Ten, sebagai yang dominan saja malah mati-matian menyembunyikan feromonnya. Salah satu pembeda alpha dan omega, kaum alpha cenderung lebih narsistik.

Kenapa Ten bisa tahu seorang alpha menggunakan parfum feromon? Sebagai omega dominan yang memiliki indra penciuman lebih tajam, banyak dari kaum mereka yang dapat membedakan mana feromon asli dan mana feromon parfum. Jika feromon asli, area sensitif mereka akan sedikit bereaksi. Kalau sekedar parfum tidak menimbulkan apa-apa. Tetapi hal tersebut tak bekerja pada omega resesif, karena indra penciuman mereka tidak begitu tajam dan sensitif seperti omega dominan.

THE ONE ❪JAEYONG❫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang