CRUELTIME 05

30 24 2
                                    


Pagi berikutnya, pagi yang tak begitu cerah ... Tampak Maylia yang sedang asik membaca buku kesukaannya. Di ikuti dengan kemunculan Elif yang baru saja keluar kamar setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian.

Elif melihat sosok Maylia yang sedang duduk di sofa sembari membaca buku, sekilas ia merasa kebingungan dan melangkah kan kaki nyya untuk memndekati Mylia.

"Gak sekolah  kamu?" tanya Elif sembari duduk di samping Maylia.

Maylia menggelengkan kepalanya, "Ngga dong kak, kan sekarang libur, tanggal merah." Jawab Maylia kemudian, kembali membaca buku yang ia genggam sejak tadi.

"Sekarang hari apa emang?"

Maylia menutup buku yang ia baca, dan beralih menatap Elif.

"Astaga kakak, masa lupa sih. Sekarang itu hari Minggu."  Jelas Maylia pada Elif yang hanya membalas jawaban Maylia dengan anggukan.

"Oh iya,  Lia udah masak nasi goreng tadi, di jamin enak. Kakak makan ya!" titah Maylia

"Oke, kamu udah makan?"

"Udah kok kak, sana gih makan yang banyak ya!" Maylia mendorong pelan  Elif agar pergi ke dapur untuk makan.

Elif berjalan menuju dapur untk mengambil makanan untuk dirinya, sembari berjalan batin nya bertanya,

"Sekarang hari minggu. Jadi, perusahaan Pria itu buka atau sebaliknya? Tapi, tidak ada salah nya kalau aku kesana untuk memastikan." Batin Elif.

»»——⍟——««

Waktu menunjukan pukul 10.00 pagi. Namun, cuaca tampak kurang mendukung untuk hari ini, terlihat seorang Elif yang sudah berdiri di depan gerbang perusahaan Alex.

"Tutup ternyata. Dasar pembohong, untuk apa aku harus menuruti perkataan nya kemarin." ucap Elif sembari berjalan pergi dari tempat itu.

"Tunggu!!" Seseorang menghentikan langkah Elif, ya jelas saja kalau itu adalah Alex.

Elif berbalik, dan menatap Alex yang sedang berjalan mendekatinya.

"Kenapa kamu malah pergi, ketahui saja saya nungguin kamu sejak pagi tadi, dan saya istirahat sebentar di kedai minuman di seberang sana." Jelas Alex sembari menunjuk kedai minimunan tersebut.

"Gerbang nya tutup." jawab Elif.

Seketika Alex menepuk  jidatnya, "Aduuh ... Maaf kan saya, kemarin saya juga lupa mengatakan bahwa hari ini adalah hari minggu. Jadi, tempat kerja ini tutup ... Tapi, saya tidak pernah ingkar dengan omongan. Jadi, saya menunggu kamu disini." Jelas Alex

Elif hanya menganggukan kepala nya, sambil mendengar apa yang Alex bicarakan.

"Kenapa anda menyuruhku untuk menemui anda lagi?" Tanya Elif

"Ah iya, ada banyak  hal penting yang harus di beritahu padamu, ayo ikut saya! " Ajak Alex dan di balas persetujuan Elif.

Alex  dan Elif masuk  ke dalam mobil yang berisikan supir. Alex memerintahkan supir itu untuk menjalan kan mobil nya kealamat yang sudah ia katakan.

"Saya pastikan kamu akan sangat  senang nanti." Alex terkekeh.

Elif hanya membalas ucapan Alex dengan tatapan tajamnya. Alex yyang melihat  itu pun langsung diam seketika.

"Hahaha ... Tatapan mu itu sangat mirip dengan Riko, sangat tajam dan mematikan, sulit mengerti saat memandangi matanya,"

"Dan, ada yang mau saya bilang sama kamu, jangan terlalu bersikap formal begitu padaku, kamu boleh memanggil saya  dengan sebutan paman, atau juga boleh Ayah. Karena, umur saya sama dengan Al-Marhum Ayah mu. Dan juga, saya adalah temannya," ucap Alex di selingi senyuman.

"Teman? Apanya yang di sebut teman. Yang tepat adalah PEMBUNUH." Elif  menekan kan kata-kata terakhirnya.

Alex seketika tertegun mendengar perkataan Elif barusan , Alex hanya berdiam diri dan membiarkan keheningan mengisi dalam mobil. Hingga mereka sampai  di sebuah tempat pemakaman.

Elif dan Alex segera keluar dari mobil dan masuk kedalam wilayah pemakaman itu. Alex berjalan terlebih dahulu dan menyuruh Elif untuk mengikuti nya.

Sampai lah mereka di satu makan yang beratas namakan  Riko Ahendra. Seketika Elif menatap Alex yang sedang meratapi makam tersebut dengan mata sayu.

"Kamu rindu Ayah mu bukan? Sekarang dia ada di hadapanmu."

Elif terduduk lemas di  di samping makam Riko, ia meringkuk sedih sembari mengenggam tanah makam Ayah nya itu. Pedih rasanya saat menyadari bahwa semua ini sudah lah takdir  yang harus ia hadapi saat ini. Kerinduan yang mendalam pada yang ia rasakan membuat Elif membayang kan masa-masa kecil saat dulu Ayahnya memeluk nya dengan penuh kelembutan dan kehangatan.

Elif mendekati batu nisan yang beratas namakan Riko Ahendra itu. Ia memeluk batu nisan tersebut, hatinya sangat sakit, ia seperti orang yang menangis histeris. Namun,, tidak mengeluarkan  air mata sedikit pun ... Dan hanya membuat matanya memerah. 

"Halo Ayah." Bisik Elif pada batu nisan itu dan di iringi tawaan kecil yang terdengar bergetar.

Ia berusaha untuk kuatkan hati baja nya, dan tidak akan terlihat lemah lagi di hadapan Ayah nya, walau hanya sekedar bayangan yang sebenarnya tak ada. Elif tidak mau membuat Ayah nya sedih melihat Elif jika, seperti ini terus.

Alex mengelus pucuk kepala Elif, menguatkan nya agar ia tidak larut terlalu dalam pada kesedihan.

"Dimana? Dimana ibuku? " Elif berdiri dan menatap lekat Alex yang ada di hadapannya.

"Dimana makam ibuku? Jawab!!!"

Alex menggeleng kan kepalanya, hal itu membuat Elif yang melihat jawaban Alex pun langsung memiringkan sedikit kepalanya, ia menggeleng tak percaya.

"Apa maksud mu? Kenapa anda menggeleng kan kepala? Ayo jawab kenapa? " Elif mencengkram bahu Alex kuat, dan mengguncang kan nya dengan keras.

"IBU MU MASIH HIDUP!!"

Deg!

Jantung Elif seakan berhenti berdenyut, ia sungguh tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Alex, senyuman terpancar di wajahnya, alangkah bahagianya  saat mendengar jawaban yang sedikit memperbaiki hati Elif.

"I-ibu ku? Be--benar kah? Astaga, a-aku sungguh tidak percaya. Haha. " Elif terkekeh, sangking bahagianya, ia bahkan hampir melupakan kesedihan nya.

"Sekarang dimana dia? Ayo cepat katakan padaku. Aku tidak sabar menemuinya, ayo kita kesana! Ketempat ibuku berada." ucap Elif sembari menarik tangan Alex. Namun, di tahan oleh sang empu, Elif merasa ada yang menahan nya pun berbalik dan menatap Alex yang sedang diam mematung.

"Kenapa? Kenapa anda diam Tuan? Ayo! Aku sudah tidak sabar bertemu ibuku. Pasti dia juga nanti akan sangat bahagia bertemu denganku, dan akan ada banyak cerita yang harus aku ceritakan padanya, ayo cepat!!" Elif terus menarik tangan Alex. Tetapi, Alex tetap saja tidak beranjak dari tempat nya, Elif yang sedari tadi merasa kalau tidak ada respon dari Alex pun sangat kebingungan.

"Ada apa? Setidak nya anda tidak berbohong kan? Kenapa diam saja? Jangan begini. Aku sangat rindu pada ibuku, cepat bawa aku padanya!!"

"Kalian tidak bisa bertemu. " ucap Alex singkat. Elif yang mendengar itu pun langsung terdiam, dan menatap Alex dengan penuh rasa penasaran.

"Ibumu, ada bersama Gibran. Tetapi, aku tidak tahu, bagaimana kondisi nya saat ini. " jelas Alex, Elif dengan reflek melepas tangan Alex yang tadi nya ia tarik-tarik. Kepala nya mulai menunduk, ia kira akan benar-benar bisa memeluk ibunya pada hari ini. Tapi, nihil... Seakan semua nya adalah khayalan untuk saat ini.

TBC
_____________________________

CRUEL TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang