Bagian 1

7 0 0
                                    

Gadis berambut sebahu itu sedang menuruni anak tangga rumahnya yang menghubungkan kamarnya dengan dapur, sesekali ia membenarkan posisi rambutnya yang menutupi wajahnya saat menunduk. Ia mendapati mamanya sedang mengolesi roti untuk sarapan tidak hanya itu di meja dapur juga terdapat makanan yang siap disantap, nasi goreng dengan bau khas masakan mamanya membuat gadis itu tak henti-henti menikmati bau masakannya.

“Morning my sweet heart,” ucap Rini kepada anak gadisnya yang bernama Senja.

“Morning, Mama!"

"Oh iya, bang Kevin sama Papa mana, Ma?”

“Papa dan Bang kevin sudah berangkat dulu, kalau Papa sih ada meeting pagi, kalau bang kevin katanya lagi sibuk ngurusin siswa baru.”

“Ngurusin? Emang Bang Kevin jadi apa?”

“Ketua Osis, tapi sudah mau ganti.”

“Lah? Kok Senja ngga tau kalau Bang Kevin jadi ketos, Ma?”

“Kamu sih, sok sibuk amat. Oh iya nih sarapan. Mama buatin nasi goreng kesukaan kamu,” katanya sambil menyodorkan nasi goreng.

Senja tersenyum memperlihatkan deretan giginya ketika menyadari sikap mamanya yang sangat perhatian kepadanya. Ia segera mengambil sendok untuk menyantap makanan favoritnya itu.

Sesendok nasi goreng sudah siap masuk ke mulut senja, tetapi ia urungkan ketika matanya tak sengaja melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7 kurang 5 menit.

“WHAT?!?! SENJA TERLAMBAT MAMA!!!SENJA BERANGKAT DULU, BYE MAMA!!!”teriak senja dengan suara khasnya disertai ekspresi wajah panik , bergegas melangkah menuju jalan utama untuk mencari keberadaan angkutan umum.

“yah, ga keburu nih kalo nunggu angkutan dulu, kepaksa lari dong, hadeh.”

Suasana pagi kota Yogya tidak berhasil Senja nikmati dengan sempurna, ia harus berlari dari rumah ke sekolah yang berjarak sekitar 2km. Tentu itu sangat menguras tenaga Senja pagi ini, apalagi ia belum sempat sarapan.

“hufttt, capek banget. Ampun dah ampun.”

Akhirnya senja memutuskan untuk berjalan kaki meskipun sekarang jam sudah menunjukkan pukul 7 lebih 10 menit dan ia siap menerima hukuman saat tiba di sekolah barunya nanti.

Senja hascaryn, gadis mungil dengan kulit putih disertai rambut pendek kelahiran Jakarta yang pindah di Yogyakarta karena urusan bisnis Papanya.  Kini ia sedang menempuh Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah di SMA Harapan Bangsa. Kali ini Senja datang sangat terlambat dengan nafas yang tersenggal-senggal dan rambut yang sudah tidak teratur. Ia menyeka keringat pada keningnya, sangat melelahkan, katanya.

“HEH! ITU SIAPA KOK BARU DATANG?!” suara kakak panitia MPLS dengan nada membentak.

“Aduh, mati gue.”

“Ma…Ma..Maaf Kak. Tadi sudah tidak ada angkutan umum, jadi saya terpaksa harus lari dari rumah ke sini,” ia menunduk, tak berkutik sama sekali dan menata mental jika harus kena marah dari seniornya.

“Duh, muka kakaknya teduh banget meskipun lagi marah. Beruntung banget gue terlambat ahahahaha.”

“Karena kamu terlambat jadi kamu harus menerima hukuman dari kakak.” Katanya dengan nada sok.

“Hukuman apa ya, kak?”

“Cari panitia MPLS SMA Harapan Bangsa yang Bernama Fajar. Dia kelas 12 dan minta dia tanda tangan, lalu laporkan ke saya.”

“ANJIR, GUE KAN NGGA KENAL. NANYA KESIAPA DONG? TOLOL!”

“Ngapain bengong? Yok lah cari, cepet!”

Mendengar perkataan seniornya Senja mengerutkan alisnya “Sabar, Senja.”

Senja sudah melangkah sekitar 1 meteran dari posisi sebelumnya, tapi tiba-tiba kepala Senja terasa pusing, pandangan buram, dan ia sudah tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.

BRUKK

Kini Senja sedang berada di ruang UKS di temani oleh beberapa petugas yang jaga pada hari itu dan juga senior berwajah teduh yang memarahinya tadi. Mengetahui sekarang Senja sudah sadar dari pingsannya, ia berjalan mendekati Senja.

“Kamu kenapa pingsan dek? Belum sarapan?”

“Belum kak, tadi kesiangan.”

“Udah tau hari pertama MPLS kenapa masih aja kesiangan? Harus lebih disiplin dong.”

“Iya kak maaf. Janji ga ngulangin lagi,” katanya dengan nada memelas.

“Oh iya kak, soal hukuman yang nyari nama kak fajar kelas 12 itu harus hari ini? Soalnya saya masih lemes banget.”

“Gausah, fajar itu gue. Gue kekantin dulu beli sarapan buat lo.” tanpa basa-basi lagi ia langsung meninggalkan ruangan berjalan menuju kantin dengan gaya yang cool.

“Lah napa ngomongnya jadi lo gue.aneh banget, jadi ternyata dia yang Namanya fajar. Cocok banget orang sama Namanya sama-sama bagus. Fajar di langit aja bagus banget lah ini orangnya juga cakep pula, oh semesta senja jatuh hati nih kayaknya,”batinnya.

Selang beberapa menit senior yang bernama Fajar itu kembali memasuki ruang UKS disusul oleh satu temannya, bintang, tapi dia bukan bagian dari panitia MPLS.

Bintang Afsheen, kelahiran asal Turki yang menetap di Indonesia tepatnya kota Yogya. Di Indonesia ia tinggal Bersama dengan papanya saja. Kedua orang tuanya sudah lama berpisah. Ia mempunyai adik perempuan tetapi ikut mamanya yang masih di Turki. Bintang sudah lama menjalin hubungan persahabatan dengan Fajar sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Keadaaan keluarganya yang broken home tetap membuat Bintang menjadi semangat untuk menjalani hidupnya meskipun hidup dengan keluarga yang tidak utuh.

“Nih makan!” ucap Fajar sambil menyodorkan sebungkus nasi pecel kepada senja

Fajar Bramashtya, lelaki kelahiran asal Bandung yang menetap di Yogyakarta tinggal Bersama mama dan papanya. Tetapi kedua orang tuanya selalu sibuk dengan karirnya, sehingga membuat Fajar selalu merasa kesepian, untung ada sahabatnya si Bintang yang setiap saat selalu muncul di hadapannya.  Mungkin sudah bisa di bilang mereka seperti adik kakak karena memang mereka sudah menjalin hubungan persahabatan sejak kecil. Mereka mempunyai masalah yang sama yaitu selalu merasa kesepian jika harus dirumah sendiri, makanya sejak SMA mereka memutuskan untuk gantian nginep dirumah fajar atau bintang.

Senja menerima sebungkus nasi pecel yang di berikan oleh Fajar, ia tak henti-henti menikmati wajah teduh milik Fajar.

“Ya ampun Senja lo gaboleh kaya gini, sadar woi dia nyaris sempurna lah lo kentang rebus, Senja.”

“Ngapain lo ngeliatin gue kaya gitu?”

“Aduh mati gue, jawab apa dong.”

“Hehe eng….”

“Oh, gue ganteng emang, jangan kepincut yak.”

“Eh bukan, ngga gitu maksud saya kak.”

“Setelah makan, ikut gabung di lapangan, jangan pura-pura nyakit.”

Tanpa menunggu jawaban dari Senja, Fajar segera membalikkan tubuhnya berjalan menuju lapangan dan meninggalkan Senja dan Bintang di ruang UKS. Bintang yang melihat kejadian itu merasa cengo dan ikut menyusul Fajar yang langkahnya belum jauh darinya.

FeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang