Fajar tengah berdiri di depan kelas 10 MIPA 1, wajahnya gelisah, cemas. Ia mencari keberadaan senja di kelasnya, tetapi ia belum juga menemukan keberadaan senja hingga sekarang. "bukannya dia tadi bilang mau ke kelas? Kok gak ada." Katanya berdialog sendiri. Desinta yang mengetahui fajar sedang celingak-celinguk di depan kelasnya ia lalu berniat menghampirinya. "bukannya kak fajar sedang Bersama senja di perpustakaan?" tanyanya membatin.
"eh, hai kak fajar cari siapa?"
"e...ee.. ituu..senja."
"bukannya tadi sama kak fajar di perpustakaan?"
"iya sih tadi, tapi...." Katanya ragu.
"tadi senja wajahnya pucat sampai menangis, katanya sakit terus mau ke kelas. Tapi sampai sini malah gak ada."sambungnya menjelaskan.
"UKS?"
"tadi udah gue cek, gak ada."
Desinta memperhatikan tingkah fajar yang tampak begitu panik dan cemas, bagaimana mungkin lelaki ini bisa sepanik ini dengan senja padahal dia sudah memiliki kak pinkan. Apakah senja begitu penting untuk seorang fajar bramashtya? Tanpa menunggu lama desinta pun memberanikan diri untuk bertanya kepada fajar.
"kakak cemasin senja?"
"keliatan banget ya?"
"iya sih dari raut wajah kakak."
"emmm ya gitu deh," jawabnya dengan gugup sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.
"gue harus cari dia dimana lagi dong?"
"emm bisa jadi dia ke kamar mandi, mules mungkin."
"lo aja deh yang cek, beneran gue takut dia kenapa-napa soalnya tadi dia nangis."
Belum sempat desinta melangkah menuju kamar mandi, senja sudah muncul di hadapan fajar dan desinta dengan mata yang sembab.
Senja sontak menatap tak percaya, kenapa feer ada disini? Tanyanya membatin.
Fajar yang sudah sadar bahwa senja sedang tidak baik-baik saja, ia lalu melangkah mendekat dengan senja.
"kamu gapapa?" tanyanya dengan nada yang lembut sambil menatap senja lekat-lekat.
"gapapa," ucap senja dengan suara yang agak parau, tanpa menunggu respon dari fajar ia langsung masuk ke dalam kelas lalu duduk dengan tangan melipat di atas meja dan kepala yang menunduk menyembunyikan kesedihannya.
Apa senja berlebihan menanggapi semua ini? Katanya bergumam. "feer, aku cemburu."
Fajar yang melihat tingkah senja barusan, ia merasa ada yang berbeda dengan senja. Ia tidak sama seperti yang kemarin, ia tampak menghindarinya. Menyadari keberadaannya sekarang di depan kelasnya yang tidak diharapkan oleh senja ia lalu berpamitan kepada desinta untuk Kembali ke kelasnya.
Suasana kelas fajar sekarang tampak tegang, semua siswa diam saat pak bima menjelaskan bahwa sebentar lagi akan menghadapi uas semester 1, itu menandakan bahwa kelas 12 akan segera menghadapi beberapa ujian di semester 2. Mereka akan disibukkan dengan beberapa materi untuk persiapan ujian sekolah juga mempersiapkan untuk mengikuti SBMPTN. Pak bima menawarkan les private dirumahnya, hampir semua siswa ikut termasuk fajar dan bintang, teman sebangku fajar.
"mungkin les ini akan dibagi menjadi beberapa sesi, jadi bapak harap kalian lebih serius lagi di kelas 12 ini. Jangan banyak main!" terangnya.
"siapp pak bima ganteng," celetuk salah satu siswa.
"baiklah, mungkin sebentar lagi bel pulang akan berbunyi, boleh siap siap dulu."
Bel pulang sekolah sudah menjadi bagian favorit semua siswa di SMA Harapan Bangsa. Fajar memasukkan beberapa buku yang masih berada di meja atau laci, ia memasukkannya dengan malas, entah mengapa fajar menjadi tidak mood sejak ia menyadari senja menjauh dengannya tadi siang. Ia pun tak tau mengapa dirinya menjadi tidak mood hanya karena senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feer
Teen FictionCerita indah yang semesta tuliskan hanya untuk menjadi bagian masalaluku yang tidak akan pernah aku baca lagi bagian itu atau tidak akan aku telusuri lagi bab yang telah lalu karena hari-hari bahagiaku kini tanpamu.