Bagian 5

3 1 0
                                    

"baik anak-anak, jika sudah selesai mengerjakan soal ulangannya boleh keluar kelas," begitu kata pak Burhan, guru mata pelajaran bahasa Indonesia, kepada murid muridnya kelas 10 mipa 1

"siap boskuh," celetuk salah satu siswa laki-laki yang duduk di bangku paling belakang, romy.

"HEH ROMY YANG SOPAN KAMU!"

Semua siswa yang berada dalam ruangan itupun serentak menertawakan sikap romy. Romy memang selalu tidak punya sopan kepada semua guru juga nakal tetapi ia sangat memiliki wajah yang sangat tampan, tak heran jika banyak siswa perempuan sma harapan bangsa yang jatuh hati kepadanya, badboy tampan, begitu panggilannya.

Semua siswa mengerjakan ulangan dengan serius, ada juga beberapa siswa yang tengok kanan dan kiri, ada juga yang hanya melamun merangkai adegan adegan indah pada imajinasi tapi kali ini senja Nampak sangat serius menjawab soal soal ulangan Bahasa Indonesia, pelajaran yang sangat disukai oleh senja. Senja selalu tertarik dengan sastra, apapun itu bentuknya.

Waktu masih tersisa satu jam sedangkan waktu yang diberikan untuk mengerjakan adalah 90 menit.

"ini, Pak." Kata senja tersenyum kepada pak Burhan.

"yakin sudah benar? Atau hanya ingin cepat-cepat makan dikantin?" tanya pak Burhan curiga sambil mengelus ngelus kumisnya yang tebal itu.

"yakin sudah benar, pak Burhan."

"okelah, boleh dikantin ataaaaaaaau liatin cogan cogan yang lagi basket itu?'goda pak Burhan kepada senja dengan melirik ke arah lapangan basket.

"mmmm ya jelas liatin kakak kelas yang tampan dong pak ahahahahaha."

"EH SENJA, JELAS LEBIH TAMPAN GUE LAH."kata romy membanggakan diri.

"romy, cepat selesaikan ulanganmu, dan senja silahkan keluar!"

Senja duduk di taman sekolah tepatnya berdekatan dengan lapangan basket. Ia mengamati satu persatu pemainnya dan benar mata senja tertuju pada laki-laki yang sedang sibuk melindungi bola basket dari lawan main. sesekali mengusap keringatnya yang hendak menetes ke matanya itu, senja terpukau dengan fajar, lelaki yang dimatanya hampir sempurna itu.

"ahhh" senja terkena tamparan bola basket yang tiba tiba mendarat dengan sempurna ke wajah senja, pandanganpun mulai kabur dan gelap.

Beberapa pemain basketpun menghampiri perempuan yang terkena tamparan bola basket itu, terutama fajar dengan Langkah tergesa-gesa.

"loh, senja!" katanya panik lalu dengan sigap ia membawa senja ke ruang UKS.

Petugas UKS segera menangani senja dan fajar menunggu dengan wajah panik.

"kenapa gue panik liat dia sakit?" batinnya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Senja yang terbaring itupun sudah sadarkan diri, ia melihat sekeliling nya dengan mengernyitkan matanya, kepalanya masih sangat terasa pusing dan pandangannya pun masih kabur, ia belum bisa melihat jelas dimana ia sekarang dan dengan siapa. Fajar yang mengetahui senja sudah sadar segera mungkin ia menghampirinya.

"lo di UKS, tadi kena bola basket. Lo tu suka banget ya pingsan heran gue."

Tidak ada jawaban dari senja. Fajar pun masih mengomelinya dengan kata kata Panjang dan semakin membuat senja merasa pusing.

"udah dong marahnya, makin pusing tau kak!"

"ya lagian lo sih, nanti gue anter pulang lagi kalo gitu."

"emang ngga ngerepotin kak? Nanti kalau ada yang mengira tidak tidak bagaimana?"

Fajar mendekatkan wajahnya pada telinga senja berniat ingin membisik "udah gapapa, lo aman kalau sama gue."

"....."

Semesta, setiap huruf, kata, dan kalimat yang keluar dari mulutnya sangat meneduhkan, tapi senja takut untuk berharap dengannya, takut dengan segala resiko patah hati yang akan senja terima kedepannya, ah bagaimana kalau dia tidak ada perasaan sama sekali denganku? Bagaimana jika dia hanya menganggapku sebagai adek kelas yang harus dikasiani?

"mau ya?" tanyanya meyakinkan.

"y..yaudah deh kak, makasih."

Sore itu mereka berdua pulang Bersama untuk kedua kalinya dengan disuguhkan pemandangan di langit yang mulai menampakkan warna orange.

Hening.

Tapi kali ini fajar bersuara "senjanya bagus!"

Telinga senja yang menangkap suara fajar, kini ia juga ikut bersuara "sama seperti namaku, kak."

"sama seperti orangnya juga, cantik."

Senja hanya membalasnya dengan seulas senyum di bibirnya. Menyenangkan, katanya.

Suasana Yogyakarta sore itu berhasil senja nikmati dengan sempurna apalagi kini ia sedang bersama orang yang ia sukai. 

FeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang