Suasana sore hari di Yogyakarta kali ini sangat ramai tepatnya di depan gerbang SMA Harapan Bangsa, semua siswa berhamburan keluar menuju gerbang untuk segera pulang. Ada yang naik motor, sepeda, dan ada yang sedang menunggu bus di halte, seperti senja sekarang.
Matanya sedang teliti melihat setiap siswa yang keluar gerbang, ia mencari lelaki berwajah teduh itu ya sesuai janjinya. Ia menghembuskan nafas kesal karena sejak tadi tak segera menemukan fajar. Ia memilih duduk menyaksikan setiap orang berlalu Lalang termasuk bus yang hendak menjemput penumpangnya.
Ah, polusi udara membuat nafas senja sesak. Ia segera menutup hidung dan mulutnya menggunakan tangan.
"uhuk-uhuk. hadeh polusi banget!"
"makanya lain kali pakai masker, sorry lama."
"gapapa kak, btw senja naik bus atau gimana?"
"naik motor gue aja, biar cepet."
"emangnya gapapa?" tanyanya ragu kepada lelaki yang sedang nangkring di motor.
"ya gapapa, Sudah cepat naik."
Motor fajar melaju dengan kecepatan sedang, suasana hening tidak ada percakapan di antara mereka. Hanya hembusan angin yang terdengar hingga rasa canggung menyelimuti keduanya. Ini pertama kalinya senja naik motor dibonceng anak laki-laki kecuali abangnya di rumah.
Beberapa menit kemudian merekapun sampai di rumah fajar.
"tunggu di teras ya, soalnya lagi ga ada orang di rumah," ucapnya sembari membuka pintu rumahnya.
"baik, kak."
Mata senja memperhatikan lingkungan sekitar rumah fajar, nyaman. Ada banyak bunga yang tersusun rapi di terasnya serta kolam ikan yang dibuat kecil dekat pintu pagar. Ada satu yang menarik perhatian senja saat ini, buku di dekat kolam ikan. Ia lalu berjalan menemui buku itu
"yah sayang banget."
Buku yang dipegang senja sudah menjadi buku yang kotor, rusak dan sudah menjamur, ada juga beberapa bagian yang hilang dan sobek.
"Kenapa buku ini tidak dirawat dengan baik?" begitulah pertanyaan yang ada di dalam otak senja. Ia terus membolak balikkan buku itu, meskipun baunya sudah tidak enak, tapi ingin rasanya untuk dibawa pulang dan di perbaiki. Tapi bagaimana dengan halaman yang sudah hilang?
Fajar sudah menemukan beberapa novelnya, ia melangkahkan kaki menuruni anak tangga dan menuju depan rumah. Ia mendapati senja sedang membolak balikkan buku yang sudah menjamur dan koyak.
Ia mengernyitkan kedua alisnya, merasa heran dengan senja. Tak menunggu lama, fajarpun berjalan mendekati senja.
"sayang banget sama buku? Sampai sampai buku yang sudah rusak, kotor, jamuran itupun masih juga ingin dibaca?"
Mendengar suara fajar, senjapun mendongakkan kepalanya, mengalihkan pusat perhatian matanya hanya kepada lelaki berwajah teduh itu.
"hehe sayang banget kak, buku ini bagus tapi tidak bisa dibaca soalnya beberapa halamannya sudah hilang."
"itu buku lama banget, gue aja lupa kalau pernah punya buku itu. udah gapapa, ini ada banyak buat dibaca."
Mata senja berbinar melihat beberapa buku fiksi yang dibawa fajar.
"semuanya kak?"
"ya iya, di rumah ga ada yang baca. Ambil aja."
"serius, kak?"tanyanya meyakinkan.
"seriuslah. Btw lo pulang gue antar aja deh. Udah mau gelap langitnya."
"apa gak merepotkan?"
"gapapa kok, ayo!"
Senyum merekah dibibir senja, sangat Bahagia. Bahkan ia tidak pernah bermimpi akan diantar pulang dengan fajar, ya karena baginya itu suatu hal yang tidak mungkin. Tapi semesta bilang beda, bahwa semua hal yang menurut kaca mata manusia tidak mungkin, akan jadi selalu mungkin kalau semesta bilang iya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Feer
Teen FictionCerita indah yang semesta tuliskan hanya untuk menjadi bagian masalaluku yang tidak akan pernah aku baca lagi bagian itu atau tidak akan aku telusuri lagi bab yang telah lalu karena hari-hari bahagiaku kini tanpamu.