Warning!
Typo bertebaran, mengandung kata kasar dan konten dewasa. Bijaklah saat membaca, cerita ini hanya fiksi belaka dan tidak mungkin terjadi dikehidupan nyata. Hanya untuk konsumsi pribadi.
Selamat membaca.
.
.
.
.
.💚💚💚💚
"Ahhh...nghhhh...akh..."
Desahan Haechan terdengar seperti menahan rasa sakit, matanya menutup dan terbuka. Sesekali ia melihat ke bagian bawah tubuhnya, masih saja menetes darah dari sana rupanya.
"Nghhh, Jen...i...ini sakihht...dan perih..."
"Diamlah Chan..."
Jeno dan Haechan sedang berada di UKS sekolah, Jeno tampak sedikit kesal karena suara Haechan yang cukup besar. Bagaimana jika ada yang mendengarnya? Ditambah sprei kasur yang sudah berantakan karena diremas Haechan kuat, sebagai pelampiasan kesakitan Haechan.
"Akhh...ahhhJen...nghhhbe...berhenti...aku...tak kuat..."
Haechan menggigit bibir bawahnya, nafasnya terdengar berat dan memburu, ia benar-benar kesakitan. Tapi Jeno sepertinya tak peduli, memilih untuk menulikan pendengarannya, ia masih melanjutkan kegiatannya.
"A...aku...mohon...berhenti Jen...please...akhhh..."
"Tahan dulu Haechan, tanggung sedikit lagi. A...aku... hahhh..."
Jeno menghela nafas panjang, sejak tadi Haechan tidak bisa diam, dia seperti cacing kepanasan. Jeno jadi kesulitan menyelesaikan tugasnya.
Srettt...
Suara pembatas tempat tidur terdengar terbuka, menampilkan seorang pemuda manis nan cantik dengan wajah datarnya menyaksikan perbuatan kedua pemuda ini.
"Butuh bantuan?"
Itu suara Jaemin, yang sejak tadi mendengar suara Haechan dan Jeno yang sangat mengganggunya. Hari ini Jaemin bertugas sebagai penjaga UKS, ia cukup lihai dalam memberikan pertolongan pertama, karena itu Jaemin sering bertugas di UKS sekalian menambah catatan prestasinya.
"Sepertinya begitu. Yak Lee Haechan, bisakah kau berhenti mendesah seperti itu? Desahanmu itu sangat mengganggu pendengaranku, kau membuatku menderita saja...-"
Jeno menjeda kata-katanya, memberikan kapas serta obat merah kepada Jaemin. Jaemin duduk di hadapan Haechan, menggantikan Jeno di tempatnya duduk tadi. Sekarang Jeno berdiri di samping Jaemin.
"Dan siapa juga yang menyuruhmu menuruni tangga sambil berlari? Hingga terjatuh dan berdarah seperti ini. Kau itu 18 tahun Haechan, jika kau lupa."
Jeno melanjutkan, sambil memperhatikan Jaemin yang telaten membersihkan luka di betis Haechan.
"Berhenti mengomel Jeno. Memangnya kenapa kalau aku mendesah? Apa kau terangsang jika mendengar desahanku?"
Alis Haechan naik turun, ia memasang wajah jailnya. Kalimat frontal Haechan membuat Jaemin salah tingkah, seharusnya Jaemin tidak mendengarkan pembicaraan pasangan ini.
"Maaf saja, bahkan jika kau telanjang sekali pun di depanku, aku tidak akan terangsang. Kau tahukan, rasanganku hanya bisa didapat dari pria manis dan cantik saja. Tak bisa yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Future
Fanfiction[HIATUS/Dalam tahap Revisi] Di saat aku menutup mataku, aku harap tidak akan terbuka lagi.- Na Jaemin. Kau tahu, aku tidak suka jika ada orang yang mengganggu dan menyentuh milikku. Jadi pergilah, sebelum aku membuatmu tidak bisa lagi melihat mataha...