💚💚💚💚💚💚💚💚💚💚
Warning!
Typo bertebaran, mengandung kata kasar dan konten dewasa. Bijaklah saat membaca, cerita ini hanya fiksi belaka dan tidak mungkin terjadi dikehidupan nyata. Hanya untuk konsumsi pribadi.
Selamat membaca.
.
.
.
.💚💚💚💚💚💚💚💚💚💚
Terdapat adegan kekerasan, dan bahasa vulgar. 🔞⚠️
Selama di sekolah, Jeno selalu mengikuti Jaemin kemana pun. Bahkan Jeno mengikuti Jaemin ke toilet, Ia berjalan dengan cara memberi jarak pada Jaemin. Ia hanya ingin memastikan kesayangannya baik-baik saja.
"Kau tidak ingin makan siang?"
Kini Jeno duduk di samping Jaemin yang sedang memfokuskan dirinya pada sebuah buku di perpustakaan sekolah, saat jam istirahat."Ah, jika kau lapar kau bisa ke kantin. A... aku tidak lapar."
Jaemin tidak mengalihkan pandangannya dari buku. Jujur saja, selama mulai bersekolah di Kingdom High School Jaemin belum pernah sekali pun menginjakkan kakinya di kantin. Menurut pengalaman Jaemin selama ini, kantin jadi salah satu tempat bagi para penindas untuk mempermalukan dirinya.
Jeno menatap Jaemin dengan intens, ia tahu bahwa Jaemin takut jika harus ke kantin. Maklum, korban bully memang selalu parno pada segala hal. Jaemin mulai bergerak resah di bangkunya, hawa yang ia rasakan saat Jeno menatapnya amatlah pekat. Membuat Jaemin bergidik dan merasakan alarm bahayanya berbunyi, apa Jeno akan melakukan sesuatu karena Jaemin membantah dirinya?
"Jangan membantah, aku tidak suka dibantah."
Jaemin teringat kalimat yang pernah Jeno ucapkan dengan suara penuh intimidasi itu, mengatakan dengan mutlak bahwa ia adalah dominan."A...aaku tidak pernah cocok dengan kantin."
Jaemin kembali berucap karena Jeno masih saja menatapinya."Kenapa?"
"Ada banyak orang di sana, dan aku merasa tidak nyaman."
Jeno membulatkan mata sipitnya, saat melihat Jaemin yang tanpa sadar sedikit menggembungkan pipinya yang gembul."Sial, kenapa dia seimut itu?" - Batin Jeno.
"Akh..."
Jaemin terperanjat dari posisi duduknya dengan teriakan yang tertahan, mata bulatnya menoleh menatap langsung ke arah Jeno yang kini tengah terkekeh senang. Tangan kanan Jaemin mengelus dengan pelan pipi kanannya yang terasa sedikit sakit, akibat gigitan Jeno yang cukup kuat."Kau menggemaskan, aku tidak tahan untuk tidak menggigit pipi itu."
Jeno masih saja terlihat senang, dan perkataan Jeno itu berhasil membuat semburat merah jambu di wajah Jaemin. Secepat mungkin Jaemin menundukkan kepalanya, mencoba menyembunyikan wajahnya yang merona.
Jeno membiarkan Jaemin kembali fokus ke bukunya, sedangkan dirinya sibuk dengan ponselnya dan mengatur rencana untuk membalas para penindas Jaemin kemarin.
.
.
.
.Hari ini Jaemin terbebas dari penindasan, tentu saja itu berkat Jeno yang tidak pernah sekali pun meninggalkan Jaemin sendirian. Ah, terkecuali lokernya yang sempat terisi penuh oleh sampah-sampah kering maupun basah. Sudah biasa.
Jeno menggandeng tangan Jaemin saat mereka keluar dari gedung sekolah, menuju parkiran mobil. Di depan gerbang, mereka melihat Haechan yang berdiri seorang diri.
"Ayo pulang bersama, aku akan mengantarmu."
Jeno berucap sesaat mereka berdiri di depan Haechan. Seperti sudah menjadi kebiasaan, tangan kanan Jeno - yang tadi menggenggam tangan Jaemin - merapikan poni Haechan yang tampak sudah mulai memanjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Future
Fanfiction[HIATUS/Dalam tahap Revisi] Di saat aku menutup mataku, aku harap tidak akan terbuka lagi.- Na Jaemin. Kau tahu, aku tidak suka jika ada orang yang mengganggu dan menyentuh milikku. Jadi pergilah, sebelum aku membuatmu tidak bisa lagi melihat mataha...