Chapter 4: Kuroko itu, Aku

439 36 0
                                    


A/N:

'Kuroko' merujuk pada 'Kuroko Tetsuya'

'Tetsuya' merujuk pada 'Akashi Tetsuya'

Penggambaran karakter: keduanya punya sifat yang sama dan karakter yang sama. Bedanya 'Akashi Tetsuya' disini terlihat lebih kekanakan dari 'Kuroko Tetsuya', mungkin?

'...' Tetsuya berbicara

... Kuroko berbicara


"Kemana saja kau selama ini? Kenapa kau pergi dari rumah, Tetsuya?"

Yang ditanya mundur beberapa langkah, membuat jarak beberapa meter dari pemuda bersurai merah yang sedang memandangnya tajam.

Tetsuya bungkam. Bingung ingin menjawab apa.

"Pulang sekarang."

Itu—terdengar seperti perintah ditelinga Tetsuya.

Tetsuya memeluk bola basketnya, masih diam. Jujur, ia tidak suka nada bicara yang dilontarkan oleh orang dihadapannya ini, terlebih sepasang manik berbeda warna yang sedang memandangnya sinis. Sepertinya kakaknya yang satu ini sedang marah.

Tetsuya menggeleng pelan, "Tidak mau."–dan menjawab dengan pelan, tapi perkataannya cukup sampai ditelinga Akashi.

"jangan membuatku mengulang ucapanku, Tetsuya."

Akashi maju selangkah, Tetsuya mundur selangkah.

Akashi maju lagi, Tetsuya kembali mundur.

Terdengar helaan nafas berat dari mulut Akashi, "Kau membuatku marah, Tetsuya."

Akashi kembali melangkah- tidak, berlari—cukup cepat sampai membuat Tetsuya telat bereaksi dan tertangkap, bola ditangannya terlepas, menggelinding entah kemana. Akashi mencengkram lengan Tetsuya kasar.

Tetsuya memberontak- "Jangan menjadi anak nakal. Cukup turuti dan jawab pertanyaanku." – Akashi mencengkram tangan Tetsuya lebih kuat lagi.

"Ah!" Tetsuya mengaduh, "L-Lepas, Akashi-kun.."

"Jawab pertanyaanku, Kenapa kau pergi?"

Diam.

"Tetsuya." Akashi kembali memperkuat cengkramannya, "Jawab."

Tetsuya tetap diam, mengabaikan tangannya yang sudah memerah akibat cengkraman Akashi.

Sesungguhnya, ia tidak merasakan apa-apa. Mau Akashi meremas tangannya sampai hancur pun, ia tetap tidak merasakan apa-apa, mungkin? Tetsuya jadi ingin mencoba.

Tetsuya menundukkan kepalanya, menghela nafas- "Kalian.. berubah." - sambil berujar pelan.

"Apa maksudmu?" Mengerutkan keningnya, perlahan Akashi mulai mengendurkan cengkraman tangannya.

"Seharusnya aku yang tanya pada Akashi-kun. Apa maksud Akashi-kun dan yang lainnya memperlakukanku seperti ini."

"Hah?" kerutan didahi Akashi makin dalam, "Apa yang kau bicarakan? Tentu saja kami memperlakukanmu seperti adik kami—

"Tidak!" nada bicaranya ia tinggikan, sedikit membentak. Sepasang manik bulat biru muda menatap Akashi, sedikit mendongak akibat perbedaan tinggi badan. "Lebih tepatnya, kalian mempelakukanku seperti sesuatu yang akan pecah atau hancur bila tidak dijaga baik-baik. Kalian pikir aku selemah itu?!"

From You to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang