Chapter 19: Before the Storm

283 19 1
                                    

Ragu-ragu, akhirnya tangan mungilnya itu memutar kenop pintu kamar kakak pertamanya. Tidak dikunci. Dibukanya sedikit pintu itu, Tetsuya mengintip dari celah, Seijuurou-nii baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk putih di tangan. Dia memakai piyama berwarna putih bergaris. Sosok kakaknya berjalan ke meja di samping tempat tidur, mengambil ponselnya, mengutak-atiknya sebentar sebelum meletakannya kembali di tempat semula. Dia menghela napas. Tetsuya berpikir, apa yang membuat kakaknya sampai memasang ekspresi lelah seperti itu? Apakah pekerjaan kakaknya benar-benar melelahkan?

"Jangan berdiri di sana saja, Tetsuya. Ada perlu apa malam-malam begini ke sini?" Suara lembut yang amat dikenalnya itu menyadarkannya. Kini, kakaknya sedang memandang tepat ke arahnya yang sedang mengintip.

Pintu dibuka sedikit lebih lebar, memperlihatkan sosok dirinya secara sempurna. "Bolehkah Tetsuya tidur bersama Seijuurou-nii? Belakangan ini kalian mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Yang lainnya mengunci kamar mereka.. hanya kamar Seijuurou-nii saja yang terbuka," kata Tetsuya malu-malu, memeluk bantal di perutnya erat. "T-tapi kalau Seijuurou-nii tidak mau diganggu... Tetsuya akan kembali ke kamar—"

"Nah, itu tidak perlu. Sudah lama kita tidak tidur bersama. Masuk dan jangan lupa kunci pintunya, ya." Meski wajahnya terlihat sangat lelah, tapi senyum tipis yang sedang ia tunjukan pada Tetsuya itu benar-benar merubah suasana. Mendapat respons positif, Tetsuya yang tadinya takut langsung bersemangat.

"Baik!"

Wajah Tetsuya langsung cerah seketika. Ditutupnya pintu kamar kakaknya pelan-pelan supaya tak menimbulkan suara, lalu ia memutar kuncinya sebelum berlari semangat ke tempat tidur berukuran king size milik kakaknya. Tetsuya melemparkan tubuhnya di atas kasur empuk itu.

"Seijuurou-nii baru pulang?"

"Ah. Ya... begitulah. Hari ini banyak sekali laporan yang harus diurus. Seijuurou-nii seharian harus duduk memeriksa laporan."

"Seijuurou-nii... um... mau Tetsuya pijat?" Si kecil menawarkan malu-malu.

"...Tetsuya bisa?"

"Tentu!"

"Oh... kalau begitu, pundak kakak pegal sekali, bisakah...?"

"Siap!"

Tetsuya langsung bangkit dari posisi berbaringnya, mendekati Seijuurou yang sedang duduk di kursi di depan cermin, masih mengeringkan rambutnya yang basah. Kedua tangan Tetsuya mengepal membentuk tinjuan, lalu mulai memukul-mukul pundak kakaknya sekuat tenaga.

"Ah... enak Tetsuya... ya, di sana. Uh..."

Untuk beberapa menit, Seijuurou memejamkan matanya, menikmati tangan adiknya yang sedang memberi message di pundaknya.

"Sudah, Tetsuya. Pundak kakak rasanya sudah enakkan."

Tetsuya berhenti. Napasnya memburu seperti habis lari mengelilingi lapangan sekolahnya. Padahal baru beberapa menit, tapi tubuhnya sudah kelelahan.

Sekarang, Seijuurou menarik tubuh kecil Tetsuya ke hadapannya, kemudian mengangkatnya agar duduk di pangkuannya. Kedua tangannya melingkari tubuh mungilnya, memeluknya. "Seijuurou-nii rindu sekali dengan Tetsuya..." bisiknya pelan. Kepalanya bersandar pada bagian belakang Tetsuya.

Tak menyangka kakaknya akan berkata begitu sambil memeluknya, Tetsuya langsung menjawab, "Aku... juga. Tetsuya rindu kalian..." akunya, pelan.

"Begitu... maafkan kakak, ya, Tetsuya. Aku dan yang lainnya jadi tidak bisa menemani Tetsuya bermain. Apa kau kesepian, hm?"

Kalau Seijuurou-nii bertanya begitu, tentu, tentu saja jawabannya ya, ia kesepian. Biasanya, kelima kakaknya akan berkumpul dan mengajaknya bermain. Biasanya, ayahnya akan menggendongnya dan mengajaknya jalan-jalan. Biasanya, ibunya akan menemani dan membacakannya dongeng sebelum tidur, biasanya—

From You to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang