Chapter 12: Despair

318 23 0
                                    

Kenapa orang mati masih berkeliaran disini, ditengah manusia yang sedang menikmati kehidupannya?

Ia lahir dalam keluarga yang diberikan kejeniusan tingkat dewa. Tentunya Akashi Tetsuya bukan anak bodoh. Ia familiar dengan segala soal-soal ujian. segala pertanyaan yang diajukan padanya, ia pasti selalu bisa menemukan jawabannya. Bukannya sombong, tapi ia memang pintar, menurutnya.

Tapi untuk pertanyaan yang satu ini ia tak bisa menjawabnya. Tak terjelaskan, bahkan tak bisa ditemukan dengan rumus rumit yang penuh dengan ribuan angka sekalipun.

Hanya Tuhan yang tahu.

Ketika seseorang meninggal dunia, kita tak bisa bermimpi lagi. Tuhan memutus segala mimpi-mimpinya yang pernah diinginkannya semasa hidupnya, karena ketika kau mati jelas kau terputus dari dunia tempatmu pernah hidup itu. Dan jelas kau tak akan pernah bisa mewujudkan impianmu.

Tetsuya sudah mati. Jadi ketika ia tertidur yang dilihatnya adalah beberapa memori yang dimiliki Kuroko Tetsuya, kloningannya yang sudah mati dari dunia ini, pemilik sebenarnya tubuh yang sedang dipakainya sekarang.

Beruntunglah karena semua yang dilihatnya selama ini adalah hal-hal yang begitu indah dan menyenangkan. Ia menikmatinya.

Itu adalah Kuroko Tetsuya yang sedang tertawa, itu adalah Kuroko Tetsuya yang sedang tersenyum, itu adalah Kuroko Tetsuya yang sedang berbahagia—dengan kelima anak berambut pelangi atau Tetsuya bisa sebut, kakak-kakaknya yang lain dalam versi lebih muda.

Tetsuya puas, walaupun bukan benar-benar dirinya yang mengalaminya atau itu semua bukan hidupnya, tapi melihat orang macam dirinya bersenang-senang seperti itu, membuat hiburan sendiri untuknya.

... Itu aku. Aku yang lain.

Tapi belakangan semua mimpi indah itu mulai berubah menjadi mimpi buruk. Dua mimpi buruk yang bergantian menghantuinya setiap terlelap dan kadang membuatnya takut untuk memejamkan mata.

Pertama, perasaan tertinggal, perasaan terhianati, perasaan terluka—ia sudah biasa dengan segala perasaan ini jadi ini tak terlalu berpengaruh untuknya.

Kedua, bayangan remang-remang seseorang—tak jelas, Tetsuya tak bisa melihat wajah orang itu. Abu-abu. Tapi, ia ingat benar seringaian mengerikan yang terpatri di bibirnya. Dan jujur, itu membuatnya bergetar. Tetsuya takut.

Itu apa? Ingatan miliknya, 'kah? Atau milik Kuroko?

Seingatnya, ia tak pernah mengalaminya—atau, ia melupakannya?

Mungkinkah? Memang Tetsuya merasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Sesuatu yang penting, yang bisa menjawab segala sebab akibat yang sedang terjadi saat ini. Itu adalah alasan mengapa ia melakukan hal 'terkutuk' itu.

Ia menerimanya, fakta bahwa dirinya yang sudah mati sudah ia terima lapang dada. Walaupun kadang penyesalan menghantuinya. Itu saat Tetsuya mengingat mereka, lima orang yang disayanginya yang ia bahkan belum sempat membahagiakan satupun diantaranya.

Tapi sudahlah, ia harus fokus sekarang.

Pertandingan selanjutnya adalah Seirin melawan Touo, ia harus berjuang agar menang. Mengalahkan mereka seperti sebelum-sebelumnya. Dan, oh ya, omong-omong ia belum merasakan yang namanya kekalahan.

Tetsuya sudah berjanji dengan Momoi Satsuki beberapa hari lalu. Gadis itu terlihat begitu tersiksa dengan keadaannya dan Tetsuya tak sampai hati membiarkannya terus menderita. Fakta bahwa Kuroko juga merasakan hal sama bahkan lebih sakit daripada Momoi membuatnya bertambah sesak. Ia tergerak untuk setidaknya menghibur gadis cantik itu. Tetsuya sejak dulu memang tak pandai dalam hal ini. Ia hanya mengatakan apa yang dipikirkannya saat itu.

From You to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang