Berita menggemparkan kembali menarik perhatian seluruh jepang pada keluarga terkaya di negara itu. Aksi penangkapan seorang yang nyaris nihil dalam catatan kepolisian ternyata berani mengusik ketenangan keluarga dengan segudang prestasi dan keahliannya. Koran dan berita memuat wajah – wajah pemilik marga Akashi beserta seorang dengan marga Nijimura disana. Berita palsu mengenai kematian Tetsuya segera dikonfirmasi meskipun mereka masih menyembunyikan keberadaan Tetsuya dengan alasan agar lebih aman.
Kelegaan seketika memenuhi rongga dada seluruh pemain basket yang mengenal The Phantom Six Man, terlebih Seirin yang menyambut gembira kabar itu. Sesuai dengan kondisi Tetsuya yang tak memungkinkan untuk sekolah, Seijuurou sebagai wali meminta izin agar Tetsuya cuti selama 1 tahun untuk pemulihan. Selama masa Cuti, Tetsuya tidak diizinkan berada disekolah namun tetap bisa mengikuti ujian semester dan ujian kenaikan kelas. Tanpa mengikuti kegiatan rutin, nama Akashi Tetsuya tak pernah bergeser dari posisi pertama ujian. Decak kagum juga sebal terdengar setiap kali para siswa maupun siswi Seirin melihat nama Tetsuya yang terpampang besar.
Keikutsertaan Tetsuya dalam anggota dewan sekolah diwakilkan oleh Hyuuga Junpei dan melalui perantara Mabuchi –Pelayan pribadi keluarga Akashi – Tetsuya sering kali mengungkapkan ide juga gagasan untuk semakin menaikkan pamor sekolah. Meski ini tahun terakhir Hyuuga berada di Seirin, tapi berhasil membuat sekolah itu semakin terkenal juga banyak siswa menengah pertama yang mengincar Seirin sebagai sekolah tujuan. Terlebih kabar jika Akashi Tetsuya akan kembali ketika tahun terakhir, menjadikan banyak siswa dan siswi yang ingin masuk sekolah itu.
Untuk para siswi sudah jelas karna kagum akan sosok Tetsuya yang tampan juga segala kesempurnaan yang mereka ketahui dari marga Akashi yang disandang. Untuk para Siswa, mereka rata – rata mengejar kegiatan Club Basket dan ingin bermain bersama sang Phantom Six Man. Sosok Tetsuya yang tak terlihat, kini diagung – agungkan dan sangat di tunggu kedatangannya di Sekolah Seirin.
Winter Cup yang Tetsuya lewatkan bukan berarti lepas dari pengamatannya, Seirin tetap menjadi juara Winter Cup tanpa Tetsuya disana. Terdengar jelas saat penerimaan hadiah, Seluruh member Club mengucapkan rasa rindu juga menunggu kembalinya seorang Akashi Tetsuya. Jujur saja, mereka hanya tau jika Tetsuya sedang dalam pengawasan ketat karna baru saja menjadi incaran orang yang tak bertanggung jawab, tanpa tau jika saat ini Tetsuya juga sedang berusaha untuk kembali bisa berjalan dan kembali bermain basket.
Ruangan luas dengan aneka alat – alat yang digunakan untuk Theraphy tersusun disegala tempat. Remaja bersurai Baby Blue dengan piyama biru tua membalut tubuh kurusnya. Dua tangan memegang palang besi kokoh sementara kedua kaki berusaha untuk bergerak perlahan. Lantai dingin tertutupi oleh matras lembut sebagai bahan pijakan kaki yang sering tak seimbang. Peluh bercucuran seiring dengan setiap langkah ia buat namun tak menyurutkan tekad juga semangat untuk bisa berjalan.
"Jangan dipaksakan Tetsu-chan, kalau lelah kau bisa istirahat sebentar" Suara pria bersurai hitam dengan rambut belah tengah dan mata elangnya, - Takao Kazunari – sang dokter yang bertugas untuk menemani bungsu Akashi untuk mengikuti Theraphy agar bisa berjalan lagi.
"Masih belum Takao-Nii, aku masih belum lelah" Sifat keras kepala dengan pantang menyerah itu beda tipis, penggambaran yang pas untuk seorang Akashi Tetsuya. Helaan nafas terdengar di bibir Takao, ia tak bisa memaksa dan hanya bisa menurut dengan kemauan Tetsuya.
"Terserah Tetsu-chan, aku akan terus mengawasi"
"Un, aku merasa sudah bisa berjalan seperti biasa, tapi ketahanannya masih terlalu cepat"
"Kau memang sudah bisa berjalan normal, tapi dalam jangka waktu sebentar. Jika sering dilatih, mungkin akan memperlama ketahan tubuhmu." Takao mengambil sebuah catatan, "Hm, aku rasa kemajuanmu cukup pesat Tetsu-chan, bisa jadi 6 bulan lagi kau sudah bisa normal"
KAMU SEDANG MEMBACA
White Crystal
RandomAkashi Tetsuya, bungsu dari 6 bersaudara keluarga Akashi harus menangung beban berat di pundak untuk memberikan kesan betapa hebatnya keluarga Akashi. Tapi sayangnya, apapun yang ia lakukan pasti sudah pernah dilakukan oleh ke - 5 kakaknya. Apapun i...