Tiupan peluit pertanda berakhirnya turnamen Basket Nasional tingkat Menengah Atas berbunyi nyaring. Sorak sorai penonton dengan gelak tawa terdengar ke penjuru Gymnasium terbesar di Tokyo. Papan skor menunjukkan kemenangan telak untuk sekolah yang sudah 3 kali berturut-turut menang dalam kejuaraan Winter-Cup. Riuh tepuk tangan beserta ucapan selamat menggaung bagaikan alunan musik yang indah. Pita dan potongan kertas kecil bertaburan dari atas Gymnasium seolah turut memeriahkan kemenangan telak yang di dapatkan sekolah dengan nama 'Seirin' pada jersey pemain.
Masing-masing Tim berbaris rapi untuk menerima penghargaan atas kerja kerasnya, satu persatu gelar kebanggaan disebutkan. Di mulai dari Kapten terbaik, pemaian pencetak skor terbanyak sampai dengan pemain terbaik. Jika tahun lalu gelar 'The Phantom Six Man' tidak disebutkan karna sang pemilik gelar tidak ikut bertanding, maka kini gelar itu kembali disebutkan dan suatu kebanggaan bisa mendapatkan gelar itu sekali lagi.
"Pemain dengan gelar kehormatan The Phantom Six Man, Akashi Tetsuya" Suara MC menyebut nama sang bayangan Seirin. Sontak saja pria itu membungkuk sedikit sembari tersenyum menuju podium sederhana untuk menerima hadiahnya.
"Selamat atas kemenanganmu, Akashi Tetsuya-kun" Pendiri Winter Cup memberikan ucapan selamat sekaligus Sertifikat untuk Tetsuya.
"Arigatougozaimasu" ucap Tetsuya sembari tersenyum ramah.
Sorot camera yang mengambil ekspresi itu sontak membuat seluruh mata penonton yang ada di Gym tertuju pada si baby blue yang sudah lama tak terlihat. Di mata penonton, Tetsuya begitu terlihat tampan, terlebih wajah dengan rahang tegas, sorot mata baby blue yang masih terlihat polos namun lebih tajam, wajahnya yang manis bercampur tampan menjadikan dirinya terlihat seperti pengeran, dan jangan lupakan ia memiliki senyuman yang indah, tak heran banyak gadis-gadis yang wajahnya memerah bahkan ada pula yang mimisan melihat wajah Tetsuya meski hanya dari layar besar yang dipasang di setiap sudut Gym.
Setelah menerima gelarnya, Tetsuya turun dari podium, setiap langkah kaki Tetsuya, bagaikan magnet yang menarik setiap orang untuk melihat pemain dengan nomor punggung 11 itu. Oh Tuhan, betapa cepatnya waktu berlalu. Punggung kecil itu biasanya terlihat biasa dan terlalu rapuh kini berubah menjadi punggung yang lebih lebar dan sangat kontras dengan tinggi tubuh serta porsi yang tak kalah dengan pemain basket lainnya yang ada di lapangan. Ketika sampai pada barisan Seirin, hampir saja Tetsuya terjatuh jika Kagami yang tak jauh darinya tidak menahannya.
"Kau bisa duduk jika tidak sanggup" Bisik Kagami pelan.
"Aku masih sanggup, Kagami-kun. Hanya tersandung" elak Tetsuya.
"Jangan berbohong, aku sudah tau kondisimu, baka" Gerutu Kagami.
"Aku tau, dan aku rasa tidak sopan jika duduk saat penerimaan hadiah"
"Ck, kau masih saja keras kepala. Baiklah, sebentar lagi pembagian piala kemenangan." Kagami berhenti sejenak, "Kali ini kau harus mengangkat piala itu setinggi mungkin dan buktikankan pada kelima kakakmu itu, kalau kau setara dengan mereka"
"Tentu saja, Kagami-kun. Kemenangan kita kali ini akan menjadi tolak ukur jika aku bisa mengalahkan mereka."
"He? Maksudmu?"
"Kau tau, Shuuzou-nii memberitahuku kelemahan aniki-tachi. Aku kira mereka sempurna dan hebat, tapi kenyataannya mereka punya kelemahan yang membuatku ingin tertawa" Senyuman semakin lebar mengukir di bibir Tetsuya.
"Kau sudah tau kelemahan mereka?" Tetsuya mengangguk.
"Un, Mengalahkan mereka menjadi jalan untukku agar bisa mandiri dan bebas dari para bodyguard"
![](https://img.wattpad.com/cover/275986610-288-k298844.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
White Crystal
RandomAkashi Tetsuya, bungsu dari 6 bersaudara keluarga Akashi harus menangung beban berat di pundak untuk memberikan kesan betapa hebatnya keluarga Akashi. Tapi sayangnya, apapun yang ia lakukan pasti sudah pernah dilakukan oleh ke - 5 kakaknya. Apapun i...