Putihnya salju menutupi warna – warni kota yang terbiasa dengan pemandangan berbeda. Ranting – ranting pohon yang biasanya ditumbuhi dedaunan hijau, taman kota yang dipenuhi warna – warni kuntum bunga mekar, corak warna kursi taman yang cerah juga atap – atap penduduk yang berbeda warna kini hanya ditutupi oleh warna putih bersih semata.
Orang – orang yang bekeliaran di jalan sibuk mengeratkan syal juga jaket untuk menghalangi udara dingin yang menusuk kulit. Asap tipis keluar dari bibir siapapun yang berada di luar ruangan, tak heran jika sedikit saja udara bertiup maka rasa dingin langsung menyergap tanpa ampun.
Di sebuah rumah sakit terbesar di Tokyo dan sudah terkenal akan dokter muda yang telah diakui di Asia, seorang pemuda bersurai merah tengah duduk di taman kecil di dekat gedung utama. Fikiran pria itu sedikit kacau, bingung dengan keadaan yang ada juga apa yang terjadi dengan dirinya. Bagaimana bisa ia mengatakan dengan mudahnya melepas kelima adiknya hanya demi kesempurnaan? Tunggu, ia merasa asing dengan dirinya sendiri, terlebih pertanyaan si bungsu yang terakhir.
"Boku wa dare?" Gumanya pelan.
Pandangan pria itu menerawang jauh, mencoba mendalami dirinya sendiri dan bertanya pada diri sendiri. Dia siapa? Lalu apa yang terjadi? Kenapa semua terasa rumit? Penyebabnya apa? Begitu pertanyaan – pertanyaan terlontar, dirinya malah semakin tak mengerti karna tak ada jawaban yang ia dapatkan. Ayolah, tak ada hal sulit yang tak bisa dikerjakan oleh seorang Akashi Seijuurou, tapi hanya masalah ini membuatnya bingung.
"Kau sendirian Akashi?" Tegur seseorang. Mata Seijuurou berpaling melihat seseorang yang datang mendekat, awalnya hanya berbentuk siluet pria tinggi dengan rambut berantakkan tapi semakin lama semakin jelas sosoknya.
"Haizaki Shogo" ucap Seijuurou dengan wajah terkejut.
"Ayolah, jangan memasang wajah bodoh seperti itu. Aku bahkan belum mengucapkan Check Mate"
"apa maksudmu?" Seijuurou memicing ke arah Haizaki, bukannya takut, Haizaki malah tertawa keras.
"Sungguh aneh kau bertanya seperti itu, apa kau lupa dengan surat – surat juga benda – benda yang ku kirim ke kantormu Hah? Aah,, Masaka kau tak mendapatkannya? Ck, ternyata kau memiliki bawahan yang payah Akashi" Haizaki meremehkan.
"Aku menerimanya, tapi bagiku itu semua sampah Haizaki. Mereka semua tak akan hancur semudah itu, kau tau?" Haizaki menunjukkan seringainya.
"Baka! Aku tau memang mereka tak mudah dihancurkan bahkan mencari celah kelemahan mereka juga sulit untuk ku dapatkan, tapi setelah aku menemukannya" Haizaki menjetikkan jarinya. "Check Mate"
"Dan itu belum terjadi kan?"
"Kau salah Akashi, justru sekarang waktunya aku untuk mengatakan Check Mate" Haizaki menyeringai sedangkan Alis Sejuurou tertaut. "Aah,, kau pasti tak mengerti. Keluargamu itu sangat mudah dihancurkan Akashi, dan kunci dari Kartu As ku adalah si Baby Blue, Akashi Tetsuya"
"Tetsuya, jangan - jangan kau?!"
"Apa? Kau fikir aku meracuni Baby Blue lemah itu? Ck, aku tak punya waktu melakukan tindakkan bodoh seperti itu. Aku hanya mengikuti alur dari peraturan yang kau buat sendiri Akashi"
"Peraturan?"
"Hah, jangan berpura – pura tolol Akashi. Kau sendiri yang menekan adik – adikmu untuk sempurna, dan hasilnya yang kau lihat sekarang. 1 dari mereka tumbang dan ucapanmu tadi membuat mereka mengerti apa maksud dari sebuah peraturan" Haizaki berjalan santai mengelilingi Seijuurou dengan wajah puas juga penuh kemenangan. "Peraturan dibuat untuk dilanggar, semakin kuat peraturan mengikatmu maka semakin kuat pula rasa keinginan melepaskan diri. Mungkin ini tak sesuai dari rencana awal, tapi ini sudah cukup untuk membuat keluarga Akashi porak – poranda"
KAMU SEDANG MEMBACA
White Crystal
De TodoAkashi Tetsuya, bungsu dari 6 bersaudara keluarga Akashi harus menangung beban berat di pundak untuk memberikan kesan betapa hebatnya keluarga Akashi. Tapi sayangnya, apapun yang ia lakukan pasti sudah pernah dilakukan oleh ke - 5 kakaknya. Apapun i...