10. Sidang

3 2 0
                                    

Selamat datang!

Pak Armen berlari di koridor sekolah yang sepi. Peluh yang menetes dari wajahnya jelas menunjukkan bahwa ia sedang dalam situasi genting. Tangannya menggengam erat sebuah tas.Sesekali ia menoleh ke belakang melihat apakah ada yang mengikutinya. Dengan langkah tergesa-gesa ia masuk ke kantor dan langsung menyambar mic yang berada disana.

"Assalamualaikum wr.wb, panggilan kepada Dani Zaktra kelas Xi.ips 3 dan Kiana Cintia Xi.ipa 4. Harap menemui Pak Armen di kantor sekarang juga. Sekali lagi-"

Nana melebarkan matanya terkejut, lantas menoleh ke Luna. "Itu gue Lun?"

Luna mengangguk cepat, "iya Na! Cepet sana genting kayaknya sampai Pak Armen ngumumin di mic"

Nana mengangguk lantas berdiri meminta izin kepada guru yang mengajar. Setelah selesai, Nana langsung berlari menuju kantor.

Napas Nana berderu kencang. Ia panik."Pak kenapa?" Nana datang dan langsung menyambar Pak Armen dengan pertanyaan.

Pak Armen berbalik. "Syukurlah kamu datang, kita tunggu Dani habis itu langsung ke ruang pojok. Ada yang harus kalian lakukan"

Dani datang persis dengan keadaan Nana tadi. "Ada masalah, Pak?" tanyanya

"Ayo ke ruang pojok dulu" ujar Pak Armen. Mereka langsung bergegas ke ruang pojok. Nana memperhatikan raut Pak Armen. Pandangannya kosong.

Mereka sampai. Pak Armen langsung membuka tas laptop yang ia genggam dan menghidup kan laptop itu. Nana dan Dani hanya memperhatikan.

"Ini laptop Buk Putri. Kiana saya mau kamu cari tentang penggelapan dana di laptop dia. Secepat mungkin!" Pak Armen menjelaskan dengan satu tarikan napas.

"Penggelapan dana pak?" tanya Nana terkejut. Pak Armen mengangguk, "nanti saya jelaskan. Kamu tolong cari dulu dan pindahkan ke flashdisk ini"

"Dan Dani kamu ikut saya sebentar"

Pak Armen menggiring Dani menjauh. Mereka seperti membicarakan sesuatu. Pandangan Nana teralihkan setelah bunyi bib dari laptop. sekarang ia fokus memperhatikan Laptop, sedangkan tangannya sibuk memencet keyboard.

Dengan lincah Nana mencari file penggelapan dana yang di maksud Pak Armen tadi. Nana menutup mulutnya, matanya melotot, tubuhnya menegang seketika.

Apakah Nana salah lihat?

10 miliyar??

Nana menggeleng kemudian ia berusaha fokus dan menjauhkan pikiran buruk terlebih dahulu. Ia harus memindahkan file ini secepat mungkin.

"Pak sudah" Nana berteriak memanggil mereka. Keduanya langsung berjalan mendekat.

"Dani tolong kamu letakan kembali laptop ini. Hati-hati! Ingat pesan bapak tadi."

"Baik Pak" ucapnya. Kiana mematikan laptopnya dan mengembalikan seperti semula dan menyerahkan nya ke Dani. Dani menatapnya sebentar kemudian berjalan keluar.

"Kiana, apa yang kamu lihat tadi jangan dipikirkan dahulu. Kita belum tahu siapa dalang sebenarnya. Jadi jangan membuat asumsi terlebih dahulu ya Kiana" ucap Pak Armen menasehati. Kiana hanya mengangguk patuh.

Namun di satu sisi, Nana tak bisa menutupi keterkejutannya. Buk Putri Ayu, bisa dibilang kepala staf uks. Sifatnya yang ramah dan selalu peduli dengan siswa membuat Nana berpikir bahwa tak mungkin ibuk itu melakukan hal sekotor itu. Namun kembali lagi ke bukti tadi? Buk Putri juga manusia kan. Bisa khilaf!?

"Kamu boleh masuk ke kelas, yang ini biar kita diskusikan besok atau lusa. Masih ada yang harus bapak pastikan lagi. Tolong kasih tahu yang lain ya Kiana. Ohhiya Dani sudah bapak bilang tadi dia langsung ke kelas saja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang