6. Tak berjalan sesuai rencana

7 4 2
                                    

'Maaf...karena pernah egois'

Selamat datang!

Nana sedang rebahan di kasur sembari menatap handphone nya yang menampilkan cahaya merah yang sedang berjalan. Nana sudah memperhatikan gps itu sedari tadi tetapi cahaya merah itu tak berhenti, melainkan hanya berputar-putar tak tentu arah.

"Ish ini Aqwa mau kemana sih" Nana berdecak sebal melihat cahaya merah yang tak berujung itu, "dia mau mainin gue atau gimana sih" kesal nya

Kiana
Dan cahaya merahnya gak
berhenti dari tadi. Apa dia
tahu ya Dan?

Dani Zaktra
Gak mungkin sih menurut
gue, kayaknya dia lagi gabut
atau gak lagi nr sama temen nya

Kiana
Ohhiya bisa jadi sih

Nana menepuk dahi nya. "Nana bego kok gak mikir sampai sana sih Na" Nana mencak-mencak dikasurnya, "otak lo mau di give away in aja apa Na" ucapnya ngomong sendiri

Dani Zaktra
Gak usah terlalu dipikirin

Kiana
Iyaa..ini lagi dilihatin bukan dipikirin

Dani Zaktra
Makan

Alis Nana bertaut menampilkan kerutan di dahinya, "Dani kok tahu gue belom makan". Tak lama senyum Nana merekah. "Dani kalau gini gue meleyot"

Kiana
Iya..

🌿🌿🌿

Aqwa mengendarai motor sportnya dengan kelajuan tinggi. Amarah yang memuncak dikepala terus menghantuinya. Rasa sakit dihatinya yang berdenyut kencang seolah meremas jiwa nya untuk pergi.

'bajingan anak gak guna kamu'

'kamu gak pantes hidup'

'kamu gak pernah banggain saya. Mati aja kamu'

'Gara gara kamu istri saya jadi meninggal'

'coba aja yang mati itu kamu bukan istri saya'

'pergi kamu anak sialan'

tes...

Aqwa mengusap kasar air mata yang seenaknya jatuh di pipi mulusnya. Bukan nya berhenti, air mata sialan itu terus mengalir seolah tak berpihak dengan Aqwa. Satu tangan lelaki itu terus mengusap kasar.

Tinnnnnn

Dengan satu tangan yang tersisa Aqwa membanting stirnya. Matanya yang bergenang membuat penglihatan Aqwa buram. Aqwa berhasil menghindari mobil yang didepannya sialnya ia malah terhempas dan badan nya menabrak pohon pinggir jalan.

Aqwa meringis meringkuk di bawah pohon rindang menyeramkan, perlahan-lahan ia mencoba bangun bersender dengan pohon itu.

Aqwa mengatur napasnya dahulu. Memejamkan matanya untuk meredakan rasa sakit di sekujur tubuhnya. "Ah brengsek."
Entah ia mengumpati mobil yang lari setelah hendak menabrak nya atau mengumpati dirinya yang menangis.

Aqwa membuang napas kasar, mengabaikan rasa sakitnya kemudian berjalan tertatih-tatih ke arah motornya yang cukup jauh terpental. Aqwa lebih prihatin melihat motor kesayangannya yang terbilang hancur daripada dirinya sendiri.

AKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang