Hormon Diatas Perahu

2.7K 257 42
                                    

Sambil nyanyi uy😌







setelah insiden 'larian orang gila' satu bulan lalu hari-hari normal datang kembali

seperti contohnya, Gongjun yang duduk dikursi kepemimpinan istana pusat lalu pulang saat istrinya sudah terlelap
ibu Luo dan ibu Wang (ibu ketiga Gongjun) menjahit pakaian bayi sambil minum teh plus bergosip ria dan kedamaian lainnya
untuk Zhehan karena pemuda itu berhenti bertugas, yaaa suaminya melarangnya bekerja, ia berubah sedikit tertutup

sejujurnya orang-orang dalam istana sudah bertanya, bagaimana bisa sebulan ini sang Wang Fei tidak berulah? padahal biasanya seminggu paling tidak dua sampai tiga kali pria itu membuat onar

anehnya lagi, kediaman Hong Meihua kini tidak sembarangan orang bisa masuk, bahkan yang diperbolehkan datang bertamu tanpa dicegat di tengah jalan hanyalah Wang sisi, murid Zhehan sendiri






"sial" Zhehan duduk melihat tangannya berdarah, ah lebih tepat jari telunjuknya

"Zhang Wang Fei, anda tidak apa-apa?" Wang sisi mengulurkan kain biru yang sebagian terkena noda coklat darah mengering

"bisakah mulutmu diam? sejak awal sampai aku hampir kehabisan darah, itu terus yang kau tanyakan. apa kau tak lihat gurumu ini sedang berusaha"

"maafkan murid, habisnya setiap menit tangan guru terkena jarum dan mengeluarkan darah, aku takut anda kesakitan"

jadi murid Gong Zhehan memang terdengar keren tapi itu sepadan dengan tekanan yang dialami, harus benar-benar sabar serta hati-hati dalam menanggapi argumen atau ucapannya

"sudahlah, aku hmmfff.." tiba-tiba istri Gong berlari ke arah balkon dan memuntahkan semua teh jahe dari perutnya ke tanah bersemak

"Zhang Wang Fei!!!" otomatis saja gadis Wang menyusul dan mengusap punggung sang guru



"anda mau teh jahe lagi?" tawar murid mendudukan Zhehan di ranjang

"kau gila? aku baru saja memuntahkan teh jahe buatanmu tadi pagi, dan kau menawariku lagi? siapa orang bodoh yang mengajarimu"

ingin si murid berkata 'guru Zhang' tapi ia masih ingat jika salah satu kata saja, maka nyawa taruhannya

"aku tidak berselera, sudah kau pulanglah aku juga sudah lelah, besok kita mewarnai kain saja, masa bodoh dengan sulaman terkutuk itu" Zhehan mengelus tangan kirinya yang jadi korban jarum jahit

inilah yang dilakukannya selama sebulan terakhir. bagaimana mengatakannya 'pelatihan istri yang serba bisa' atau 'persiapan menyambut anak pertama'

yang jelas Zhehan berfikir akan sulit baginya menyesuaikan diri setelah anaknya lahir, ditambah kejadian dibulan keempat membuatnya mulai introspeksi diri

calon ibu itu berusaha bertindak dewasa dengan belajar sedini mungkin sebelum perutnya makin buncit, mulai dari hal kecil seperti memasak, mencuci, menjahit pakaian, membersihkan kamarnya dan bahkan dalam beberapa kesempatan Zhehan mencoba berdandan, bukannya bersolek, tapi hanya mengubah gaya rambut serta memakai hanfu yang lebih submissive dan anggun saja

"murid tidak berani meninggalkan guru dalam keadaan seperti ini"

"kau mau membantah?" Zhehan sebetulnya akhir-akhir ini sering merasa kurang nyaman dengan keberadaan orang lain disisinya

Huaiyun (Pregnant) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang