Part 16 - Move

1.1K 101 18
                                    

Ada dialog panjang disini.

Part belum di revisi kalau ada typo atau kesalahan tolong kasih tau;)

Selamat membaca!

•×•×•×•×•

Hari ini Vincenzo berangkat bersama rombongan kedutaan dari Italia lagi. Sengaja memilih berangkat terpisah dengan Hong Cha Young agar tidak menaruh curiga di keamanan bandara. Meskipun tidak yakin, Vincenzo merasa ia perlu menjaga-jaga kalau Cha Young dimata-matai oleh penjahat yang mengincar mereka berdua. Agar kecurigaan mereka berkurang bahwa Vincenzo tidak ikut pulang bersama Cha Young.

Vincenzo segera menghubungi Pak Cho untuk mengantarkannya kembali ke kamar yang sempat ia tempati dulu, disusul dengan Ahn Gi Seok yang kemudian datang ke apartemen Vincenzo.

"Kau tidak keberatan kalau kita membahasnya sekarang? Kau baru saja sampai, kita bicarakan besok pagi saja." Tanya Ahn Gi Seok yang sudah menenteng tas berupa barang bukti penjahat yang mengincar dirinya dan Cha Young.

Vincenzo mengulurkan tangannya untuk meminta tas yang sedari tadi diapit lengan Ahn Gi Seok. "Berikan bukti dan profilenya saja, kita bisa bahas ini besok atau lusa."

"Ini," Sahutnya, memberikan tasnya pada Vincenzo. "Jika ada sesuatu hubungi saja aku, anggota kami melindungi anda."

"Terimakasih."

"Kami pulang dulu," ujar Ahn Gi Seok menunduk pamit, menepuk lengan Pak Cho untuk mengikutinya pergi.

Pak Cho menoleh ke arah Vincenzo sebelum dirinya berpamitan. "Saya akan kembali memberi barang yang anda butuhkan besok. Saya permisi."

Setelah kepulangan mereka Vincenzo segera menghubungi Cha Young yang ia yakini jika wanita itu sudah sampai di bandara sekitar 43 menit yang lalu. "Ini aku Vincenzo." Katanya. Vincenzo memang sudah mempersiapkan nomor barunya selama ia di Korea juga ponsel baru untuknya menghidari data-datanya terlacak melalui sambungan seluler.

"Aku baru naik taksi dan akan segera pulang. Masih sekitar 45 menit lagi untuk sampai rumah."

"Syukurlah. Maaf tidak bisa mengantarmu sampai rumah."

"Tidak apa-apa. Kita sudah sepakat dari awal bukan? Tidak perlu minta maaf."

"Jika ada apa-apa, tolong telepon aku."

"Iya. Aku mengerti."

"Kalau begitu hati-hati, aku akan istirahat. Selamat malam Cha Young."

"Uhm, selamat malam."

Sambungan telepon terputus. Bohong soal istirahatnya, Vincenzo memilih membuka berkas yang tersimpan rapi di dalam map. Ahn Gi Seok sengaja menyusun juga memisahkan data dan biodata berdasarkan profile mereka masing-masing. Melihat deretan kertas yang lumayan tebal yang bertuliskan tindakan jahat orang-orang ini baik tercatat di pengadilan ataupun di fail guillotine itu sendiri membuat Vincenzo akhirnya menyadari sedikit titik terang dari permasalahan yang mengharuskannya pulang ke Korea.

Vincenzo menatap kertas-kertas yang ia pegang di tangan kananya. Membaca satu persatu kejahatan yang tertulis. "Il male che diventa un'abitudine, sarà difficile da eliminare." Bisiknya sambil mendecak berkali-kali.

(Kejahatan yang menjadi kebiasaan akan sulit untuk dihilangkan.)

Vincenzo memutuskan untuk menyudahi pekerjaannya berjalan menuju ranjang yang ia rindukan, meskipun berbeda jauh dengan ranjang miliknya di Malta. Tapi rasanya ia begitu merindukan atmosfir dan sensasi ketika ia begitu benci dengan fasilitas yang 180° berbeda, entah bagaimana rasanya ia justru menyukai tempat sempit ini.

Vincenzo Cassano SequelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang