part 3

79 2 0
                                    

Seorang lelaki berjalan keluar pintu utama bandara dan benar saja lelaki itu mendapatkan tatapan memuja dari kaum hawa dan tatapan benci dari kaum adam.

Lelaki yang memiliki tubuh kekar walau tertutup oleh  jas kerjanya tetapi masih terpampang sedikit jelas. Bibir yang pas untuk ukuran lelaki, alis tebal, mata tidak bulat tidak sipit pas lah, warnanya matanya hijau , dan kulit putih.

Lelaki itu sekarang berada di luar sembari mengedarkan pandangan mencari papan atas namanya dan benar saja sekali melirik dia sudah menemukan papan yang ada namanya lalu mendengar suara orang yang memanggil namanya.

"Sir Rev!" seru lelaki seumuran Rev.

Tanpa berkata lagi lelaki yang dipanggil Rev itu berjalan mendekati lelaki itu yang tak lain tak bukan adalah bawahannya. Dan segera menuju mobil yang di bawa oleh bawahannya, menuju perumahan mewah.

Setelah sampai. Lelaki itu di sambut oleh beberapa pelayan yang bekerja dirumahnya, Rev mendapatkan tatapan memuja dari para pelayannya tetapi dia tidak peduli, dia tetap melanjutkan jalannya menuju ruang keluarga di mansion orangtuanya.

Diruang keluarga semua anggota keluarga kecil sedang berkumpul. Menunggu seseorang, ya siapa lagi kalau bukan Rev.

"BeRev. Mom kangen kamu" ujar wanita paru baya yang tak lain Jeanny. Mommy Rev. (BeRev = Beby Revano)

Seraya memeluk erat putra sulungnya yang baru saja memasuki ruang keluarga.

"Mom, aku sudah besar -_-, jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi."

"Kak Lia.. Esther kangen." ujar Esther.

"Gee!" geram Rev. Yang bernama asli Liam Revano Giovanni Hansel.

"Piss kak" ujar Esther sambil mengangkat 2 jarinya✌.

"Aku lelah, hari ini aku nginap disini ya mom"

"Iya, tadi mom udah suruh pelayan rapihin kamar kamu" ujar Jeanny. Setelah itu Liam langsung berjalan kelantai dua dimana letak kamarnya berada.

Liam Pov.

Aku begitu lelah. Perjalanan untuk pulang dari Indonesia - London. Memakan waktu lama. Aku meninggalkan kota ini 10 tahun lamanya, dan disana aku tinggal bersama Uncle Dominic, Aunty Victoria, dan Gerrald. Uncle Nic sapaan akrab ku untuk Uncle Dominic

Setelah memasuki kamar yang pernah aku tempati disaat umurku masih 13 tahun. Kamar yang bernuansa Hitam putih. Tataan perabotannya tidak ada yang berubah.

Begitu menemukan tempat ternyaman untuk tidur , tubuhku tidak bisa di ajak kompromi lagi. Dengan cepat ku hempaskan tubuhku diatas ranjang king size, mencari posisi nyaman untuk tidur.

RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang