part 5

53 2 0
                                    

"Sayang!!!" seru wanita yang dandanannya menornya minta ampun, Mellisa. Seraya berlari menuju objeknya yang tak lain cowo tampan-bak malaikat impian- sambil mengaitkan lengannya dan bergelayut manja.

"Lepas! Sudahku bilang berapa kali kalau kita cuma partner saja!" desis Rev tajam. Sambil mencoba melepas lengannya dari wanita itu. Sekarang Rev berada di mall menemani adiknya Gee yang tidak tau dimana sekarang.

Gee tomboi-tomboi begini suka belanja lhee
"Jika bukan karna paksaan adik kesayangan pasti kgk bakal ketemu medusa ehh" dalam hati Rev berkata.

Ditempat lain waktu yang berbeda. Vira menghidupkan mesin mobilnya menuju mall, sampai Vira memarkirkan mobilnya diparkiran khusus. Dia melangkahkan kakinya masuk kedalam.

"Shopping dulu atau makan?" pikir Vira. "Shopping dulu deh"

Dia mulai mengitari toko-toko disana dari baju, sepatu, dress, rok, dll semua merek ternama. Lalu Vira menuju parkiran untuk menaru barang-barang yang baru dia beli kedalam bagasi, selesai ia langsung mencari tempat makan. Wajar saja, dia sudah mengitari mall selama 4 jam dan jam makan siang tadi sudah lewat.

Selama 10 menit mengitari tempat makan Vira memilih restoran jepang, karna makanan jepang kesukaannya, dia masuk dan memilih untuk duduk di pojok kanan dekat jendela besar yang bisa melihat indahnya kota london. Ia memesan shabu-shabu, sushi, teriyaki, dan minumnya gyokuro. Vira makan dengan tenang, santai, dan sesekali memainkan I-Phonenya.

*****

"Sudahku bilang lepas." geram Rev kepada wanita yang dandanannya mirip badut itu.

"Ayolah kita makan sebentar, lagipula Gee sedang tidak ada disini. Kita makan disana saja!" seru Mellisa seraya menunjuk restoran jepang, Rev yang melihat hanya bisa memalingkan wajah seraya menepuk pelan jidatnya karna malu dengan kelakuan wanita yang tidak tau asal usul dari mana.

Datang tidak di undang, pulang tidak di antar.

"Baiklah kita makan! Tapi lepaskan tanganmu! Dan jangan pernah mengelayut lagi di lenganku!" ujar Rev dengan setengah hati.

"Yasudah ayuk!" ujar Mellisa seraya menarik Rev.

"Sudah kubilang jangan!" ujar Rev seraya menghentak-hentakan tangannya.

"Kau tidak bilang kalau tidak boleh ditarikkan?" jawabnya seraya tertawa kecil.

"Terserah awas saja bikin malu aku!" seraya memimpin jalan, tentu saja dia. Kalau di tarik-tarik seraya cowok yang tunduk terhadap wanita gila ini.

Mereka memasuki restoran jepang.

******

Vira POV

Aku masih asik dengan makanan dan juga I-Phone ku. Tiba-tiba aku merasakan jantungku berdetak 2kali lebih cepat dari biasanya, aneh. Aku tidak pernah begini sebelumnya.

Aku mengalihkan perhatianku dari I-Phone ku ke arah pintu masuk, dan benar saja disana terlihat sepasang manusia yang memasuki restoran ini yang satu errgg.. tampan? Dan yang satu lagi mirip ondel-ondel...ehh.

Ehh tunggu.. sepertinya aku mengenal lelaki itu, tunggu.. aku berusaha mengingatnya.. Ohh aku ingatt!. Dia Liam, adik dari mantan Frans dan dia juga rekan kerjaku.

Ingat tidak saat kak Frans menelfonku?.

Flashback

Drrrttt... drtttt...drttttt

Handphone Vira berdering.

"Halo, Savira Melania"

"Ini gue Frans"

"Kenapa kak?"

"Jalankan rencana minggu depan ajak duo kampret"

"Sipp itu bisa di atur. Entar malam kerumah aja"

"Okeyy bye princess"

Tutt..tut...

Sambungan putus. Vira menghela nafas lelah.

"Tadi Frans? Vir?" tanya Vero.

"Pulang yoo! Capek gue dari tadi "ujar Vira mengabaikan pertanyaan Vero.

"Yaudah" lalu mereka berempat meninggalkan Cafe bandara tersebut menuju parkiran untuk pulang.

Sesampai dirumah Vira masuk kekamar begitu pula dengan Vero, Sion, Dion. Untuk membersihkan badannya dan memulai ritual mandinya.

Selesai Vira sudah berpakaian dengan kaos kebesaran dan hotpansnya lalu berjalan menuju dapur untuk membuat makanan untuk dia, kakak dan adik-adiknya. Dikarnakan dia hanya tinggal berdua dengan Vero dan sekarang bertambah 2 laki-laki yang tak lain adik kembarnya itu. Well, aku juga perempuan sendiri disini, walaupunaku emegang sabuk hitam dalam segala jenis bela diri aku juga bisa mengurusi pekerjaan rumah juga seperti masak, nyuci --jarang deng kan ada laundry-- nyapu, ngepel, beberes rumah. Itu kecil seperti upil.

Vira mengluarkan bahan-bahan masakan yang ia perlukan untuk memasak dari dalam lemari es.

Hari ini ia rencana membuat capcay seafood, ayam goreng, sup ayam jagung, Tenderloin Steak, pudding coklat untuk penutup.

Sengaja ia memasak banyak karna nanti malam kakaknya akan datang.

Butuh wakru 3jam untuk memasak dari sekarang karna waktu menunjukan pukul 3 siang. Makan malam biasa dimulai jam 18.30 malam.

Tidak terasa dia sudah selesai memasak.

Ting tong ting tong

Dan bel pintu berbunyi.

"Iyaaaa Sebentarr!!" Teriak Sion dan Dion yang berada di ruang keluarga.

Terdengar langkah kaki menuju Ruang keluarga lalu aku mendengar namaku dan Vero di teriaki dari sana.

Aku menuju kesana setelah menjawab panggilan tersebt, disana ada Frans yang sedang di peluk Sion dan Dion. Huh aku merasa mereka bedua punya kelainan, enggak deng aku bohong.

Aku berjalan kearah sofa depan Frans dan tak lama aku mendengar derap kaki yang bisa ku pastikan itu Vero lalu diai duduk disampingku.

"Ehmm.." dehaman Frans membuat Sion, Dion melepaskan pangutan mereka dan semua menatap Frans tepat pada mata tajam nan indah milik Mommy warna Hijau.

"Jadiii.." ujarku ngegantung.

"Ini fotonya, kamu dekati yang laki-laki itu. Bukan adik perempuannya nanti kamu disangka lesbi lagi" ujar Frans memberikan gambaran tentang orang tersebut dan menimbulkan tawaan kita semua karna kata-kata terakhirnya tidak masuk akal sama sekali.

Aku menelitih foto ini kayaknya aku kenal.

Dan aku merasakan pergerakan di sampingku Vero juga ikut melihat keningnya berkerut sepertinya dia mengetahuinya.

"Ah.. Ini Client kita tadi Vir." pekiknya gk tahan sambil menunjuk-nujuk. Seriously ini lebay.

"Lebay lo" ledek ku.

"Kenapa gak batalin kerja sama aja. Biar bangkrut-bangkrut dha" ujar Dion ngasal dihadiai jitakan Frans.

"Huh kamu itu ngomong asal banget. Memang perusahaan kita lebih besar dari dia tapi tetap saja kalau tidak ada alasan yang logis ngak bakal bisa, apalagi presentasinya bagus tadi, sama aja kita menjelekan perusahaan kita sendiri." Nasehat Vero. Tumben banget ni anak bijak.

" jadiii..." ucapku ngegantung lagi."

***********

Maap dan tengs

RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang