Bagian 6

42 15 2
                                    

Pagi ini cuaca terasa sangat cerah, matahari mulai menunjukan cahayanya di ufuk timur.

Alaska kini sudah bangun dari tidurnya, seperti biasa setrlah ia bangun dari tidurnya ia langsung menuju ke balkon kamarnya yang terletak berhadapan dengan balkon kamar Gina.

Ia membuka pintu dan menikmati sinar surya yang menghangatkan tubuhnya di pagi hari yang terasa sedikit sejuk ini. Ia tak lama berada di luar, kemudian Alaska memasuki kamarnya kembali dan menuju televisi yang ada di kamarnya dan menyalakanya.

Baru saja ia menyalakan televisinya, di situ di beritakan tentang kejadian pembunuhan yang terjadi tadi malam yang mana korbanya adalah seorang pekerja perusahaan yang lumayan terkenal di tempatnya yang berbisnis tentang permodelan.

Ia menyaksikan acara televisi tersebut dangan senyum di bibirnya, di karenakan yang ada di televisi tersebut adalah Alexander yang ia bunuh tadi malam.

Di dalam berita tersebut di nyatakan bahwa Alexander seperti bunuh diri karena depresi terhadap hutang yang menumpuk dan tak bisa ia melunasinya. Permainan Alaska begitu apik kali ini, di sebabkan ia memakai sarung tangan tadi malam, maka dari itu setelah mayat di periksa tak ada sidik jarinya di tubuh maupun di pakaian Alexander.

Tapi ada yang mengganjal dan membuat hatinya tersayat sakit. Ia melihat seorang anak kecil berusia sekitar 7 tahun yang sedang menangis melihat mayat ayahnya yang sudah terbujur kaku. Ada rasa iba di hati Alaska saat ini. Ia merasa bersalah saat ini di karenakan dirinya, anak tersebut menjadi yatim.

"Apakah aku salah?" Ucapnya pada dirinya sendiri.

Meskipun hatinya keras dan di penuhi dendam kali ini, Tetap saja Alaska merasa bersalah setelah melihat anak kecil tersebut menangis di samping mayat ayahnya.

Dengan rasa yang masih campuraduk ia mematikan acara televisinya dan langsung pergi menuju kamar mandi untuk mandi dan bersiap siap berangkat menuju sekolahnya.

Setelah selesai bersiap siap, kini Alaska turun menuju ruang dapur dan bersiap sarapan. Kali ini sudah ada sarapan di meja makan, pembantunya sudah siap membereskan semua keperluan Alaska, dari sarapan, sepatu, hingga kendaraanya.

Setelah sarapan ia bergegas menuju mobil kesayanganya dan bersiap menuju ke sekolahnya untuk menuai ilmu pendidikan.

Ketika ia sudah di depan gang komplek rumahnya, ia tak melihat Gina saat ini, biasanya Gina selalu di sini menunggu angkutan yang akan membawanya menuju sekolah.

Ia tak memusingkan hal tersebut dan tak mau memperbanyak fikiranya. Ia langsung menancap gas untuk menuju ke sekolahnya.

Tak butuh waktu lama ia sampai di sekolahnya, kini Alaska sudah berada di parkiran sekolahnya yang bisa di bilang elit dan mewah.

Ia langsung bergegas menuju ke kelasnya. Ia tak menghiraukan teriakan para gadis yang saat ini sudah masuk dan menyeruak di telinganya. Ia mengabaikan hal tersebut, baginya para wanita seperti lalat yang  sungguh sangat mengganggu bagi dirinya.

Dengan langkah cool nya, Alaska memasuki ruang kelasnya dan langsung menuju tempat duduknya yang berada di nomor dua dari belakang.

Sebelum ia duduk ia sempat beradu pandang dengan seorang wanita yang ia kenal, sorot mata yang membuat fikiranya bisa tenang, entah mengapa sejak pertama memandangnya, ia selalu memperhatikan mata yang bisa membuat hatinya tenang dan nyaman seketika.

Namun itu tidak lama, Alaska langsung membuang wajahnya menatap kearah lain, sama halnya juga wanita tersebut membuang tatapanya kepada Alaska secepat kilat. Ia tak mau menjadi bahan gunjingan oleh siswi di kelas ini nantinya.

Alaska [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang