Stalker
Selama satu jam berikutnya, Liu Sang hanya berdiri di sana, menyilangkan lengan di dada, bertanya-tanya apa yang harus dilakukan. Dia merasa agak konyol, berdiri di tempat asing seperti penguntit tersesat.
Tentu saja dia bisa mengikuti Zhang Qiling dan masuk ke dalam kedai kopi, tapi dia saat ini sedang asyik bicara dengan seseorang yang terasa familiar baginya. Meskipun ia sangat penasaran apa tujuan Zhang Qiling mengendap-ngendap dari kantor, lantas menemui pemuda asing, Liu Sang memilih waktu yang tepat untuk bertanya. Kecurigaan serta rasa cemburu menyeruak dalam dada namun dia lebih suka tidak menghadapi kemarahan Zhang Qiling.
Sabar... Sabar... Mungkin sebentar lagi dia selesai.
Bersandar di tembok penuh tanaman menjalar, Liu Sang nyaris terkantuk-kantuk saat Zhang Qiling akhirnya keluar dan berjalan menuju ke arahnya.
"Xiao ge! Hei, Xiao ge!"
Zhang Qiling lewat dan mengangkat bahu dengan canggung. Apa lagi yang harus ia katakan pada supir penguntit ini?
"Kau mengawasiku," kata Zhang Qiling dengan nada rendah, melambaikan jari ke hidung Lou Sang yang berjalan di sampingnya.
"Aku mengkhawatirkanmu," ia mencari alasan.
"Kau pikir aku anak kecil?"
"Tapi pemuda itu baru saja kau kenal bukan? Aku melihatnya sekilas dan tidak salah lagi, itu pemuda buta yang dulu menyebrang jalan."
"Tidak usah terlalu takut. Kami hanya berteman. Lagipula dia pemuda yang baik."
""Hanya Tuhan yang tahu apa yang dia pikirkan dan apa yang akan ia lakukan." Liu Sang bersikeras memperingatkan.
Mereka tiba di tepi Lianyu Road, Liu Sang menunjuk ke satu tempat di mana ia memarkir Lexus hitam.
"Kenapa kau terlihat sangat curiga?"
"Kau pergi diam-diam dengan menumpang taksi, hanya untuk bertemu dia. Itu di luar yang sewajarnya. Kau tidak takut dia akan memanfaatkanmu seperti gadis-gadis yang selama ini mendekatimu?"
Liu Sang membukakan pintu mobil untuk majikannya. Masih memasang wajah merengut, tuan muda itu masuk dan duduk termenung di dalam mobil dengan melipat kedua lengan.
"Tidak mungkin! Kau tahu dia buta," Zhang Qiling melontarkan pembelaan.
Walaupun masih jengkel dan cemburu, Liu Sang mempertimbangkan fakta itu dan berhenti mengomel. Dia menyalakan mesin dan mulai mengemudi ke arah jalan pulang.
Keduanya tetap diam hampir sepanjang perjalanan. Beberapa kali Liu Sang melirik dari spion tengah, mengamati ekspresi wajah Zhang Qiling yang diterjemahkan. Mata hitam sang majikan menelusuri pemandangan lalu lintas malam kota Wuhan, kedua lengannya masih terlipat kencang menunjukkan sikap defensif, demikian pula bibir yang terkatup dan rahangnya terkunci sama kencangnya.
Apa aku mengatakan sesuatu yang membuatnya kesal? apakah dia tidak menyukai kenyataan bahwa aku membuntutinya hingga ke kedai kopi di Huanyu Road?
"Sudah hampir pukul sepuluh," kata Liu Sang, menunjuk ke jam tangannya.
"Kita akan langsung pulang kan?""Tentu saja, kau pikir akan kemana lagi aku pergi?" sahut Zhang Qiling acuh tak acuh.
Liu Sang mengangkat alis, menyeringai sekilas.
"Mungkin saja kau juga akan mengajakku minum kopi di suatu tempat."
Zhang Qiling menembakkan pandangan seakan menganggap Liu sang adalah orang gila kriminal.
"Tidak mungkin," ia mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐰𝐞𝐞𝐭𝐡𝐞𝐚𝐫𝐭 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞)
FanfictionPerjumpaan aneh di tengah jalan raya membawa Zhang Qiling dan Wu Xie pada satu rendezvous semalam mengelilingi keindahan kota Wuhan. Kebetulan yang indah itu menjadi titik balik kehidupan mereka. Romantis, namun menghindari komitmen. Seolah tahu bah...