Chapter 4 : Identitas Baru

24 5 0
                                    

Dua pekan yang singkat, aku mengucapkan salam perpisahan kepada orang-orang pertambangan yang sudah menemaniku selama lima bulan. Yang paling dramatis adalah dimana aku harus mengucapkan salam perpisahan kepada Andrew. Andrew menangis. 

Jangan menangis bodoh, ini bukan perpisahan yang sebenarnya.

Aku bersama anak-anak lain yang juga dikirim sebagai relawan militer, pergi menuju Evenheim, ibu kota kerajaan Allenwood. Kami memasuki Evenheim. Banyak bangunan berarsitektur khas, teknologi yang cukup maju, orang-orang yang hidupnya nampak bahagia, dari luar. Sesampainya disana, kami semua berkumpul dilapangan yang sangat besar. 

"Hah.." aku menghela nafas, aku berfikir mungkin nantinya kami semua hanya akan menjadi alat untuk memenangkan perang.

Satu tahun telah berlalu, selama itu juga aku tidak memiliki teman sama sekali. Aku juga tidak berniat mencari teman di akademi maupun dalam menjalankan misi. Aku hanya membaca buku ketika waktu luang, tidak untuk bersosialisasi dengan orang lain. Aku sengaja menjadi pendiam untuk menyembunyikan identitasku yang sebenarnya. Bahwa dulunya diriku adalah rakyat dengan kasta Rizen, kasta peringkat dua. Namun sekarang turun menjadi kasta Rough, kasta peringkat terbawah.

Dalam berbagai peperangan yang kami laksanakan, kerajaan Allenwood berhasil memukul mundur kerajaan Crassava. Kami menang dalam perang. Dalam peperangan ini, aku melihat banyak korban yang berjatuhan, prajurit maupun rakyat sipil. Mayat, darah, tangisan, dan jeritan. Aku melihat itu semua bagai makanan sehari-hariku selama satu tahun wajib militer. Sangat melelahkan rasanya terjun ke peperangan selama satu tahun lamanya. Untungnya kami menang. 

Aku mengingat perkataan Jenderal ketika beliau menyampaikan pesan kepada para prajurit sebelum pertempuran terakhir. Beliau mengatakan bahwasanya apabila kami memenangkan perang, kami semua para prajurit militer akan diberikan pekerjaan yang layak oleh pihak kerajaan sebagai hadiah. 

Terkecuali untuk mereka yang memang ingin menjadi prajurit sejati, mereka boleh menjadi prajurit kerajaan. Tentu aku tidak, aku ingin cepat-cepat keluar dari militer dan mendapatkan pekerjaan baru. Aku sudah muak dengan suara ledakan granat, bau mesiu, dan suara jatuhnya selongsong peluru.

Akhirnya tiba hari dimana kami semua para prajurit diberikan pekerjaan oleh kerajaan. "Asca von Zuberg" diriku dipanggil dan berjalan mendekati Kolonel. Iya benar, aku menggunakan nama itu, mungkin selamanya aku akan terus menggunakan nama tersebut itu. Tidak lagi Everhood. 

Kolonel memberikan sebuah map berwarna merah. Aku membuka map itu sesampainya di asrama prajurit. Didalam map merah tersebut, terdapat beberapa dokumen pekerjaan dan dokumen militer. Dokumen militer mungkin untuk menandakan bahwa sebelumnya aku pernah mengikuti wajib militer. Aku membaca lembar demi lembar dokumen pekerjaan. Aku mengetahui pekerjaan apa yang akan kulakukan nanti.

Esoknya, aku pergi menuju daerah yang menjadi tempat kerjaku dan disana juga aku akan mendapatkan tempat tinggal. Aku sampai. Nama daerah itu adalah Joms, tempat yang aku bingung ingin menyebutnya desa atau kota. Joms terlalu kecil untuk disebut kota, namun terlalu besar untuk disebut sebagai desa. 

Intinya tempat ini bisa ditinggali dengan nyaman. Joms memiliki banyak perkebunan kentang, bangunan tertata rapih, tidak terlalu jauh dari pegunungan, dan tidak pula terlalu jauh dari Ibu kota kerajaan, Evenheim. Di Joms juga tempat berkumpulnya dua kasta, yaitu Rise kasta peringkat tiga dan Rough kasta peringkat empat (terakhir). Kastaku.

Aku bekerja dan tinggal disini. Pekerjaanku di Joms adalah sebagai petani gandum. Pekerjaan yang terkadang sangat menyenangkan dan juga sangat melelahkan. Aku bekerja di ladang sendirian. Ketika panen, disitulah puncak kebahagiaanku. Aku bisa menjual hasil panenku ke agen-agen pengelola gandum yang biasanya gandum tersebut akan diolah menjadi tepung. Karena roti adalah makanan pokok di kerajaan Allenwood, jadi wajar saja gandum memiliki peran penting. Aku bekerja menjadi petani gandum selama beberapa waktu, hitung saja sekitar delapan bulan. Kalau di total, sudah dua puluh lima bulan aku bisa bertahan hidup tanpa campur tangan mantan keluargaku.

Di suatu hari, akumendapatkan banyak uang dari hasil panenku. Aku pulang dengan senangnya, mungkin nanti malam aku akan makan daging, setidaknya bulan ini sekali saja. Ketika ditengah perjalanan, aku melihat kereta kudayang berhenti di tengah jalanan tanah yang sepi. Karena penasaran, aku mendekati kereta kuda itu. 

Disana aku melihat seorang kakek-kakek berpakaian rapih tergeletak miring di kursi kemudinya. Aku terkejut. Mustahil ada yang akan membantuku di tempat sepi seperti ini. Jadi, aku memutuskan untuk membawa keretakuda tersebut ke arah kota untuk membawa kakek ini ke rumah sakit. Nafasnya masih terhempas, dia masih hidup. Aku tidak tahu mengapa dia bisa tiba-tiba tergeletak. Tidak mungkin karena ketiduran. Semoga baik-baik saja, batinku.

EssentialsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang