Chapter 9 : Duka

17 1 0
                                    

"Aku menolak!" jawabku singkat. Mereka semua terkejut kecuali Akagi, sepertinya Akagi sudah memprediksi aku akan menolak tawaran itu. 

"Asca..bisa kasih alasannya? Kita pernah jadi keluarga kan?" Rita mengatakan itu.

"Aku hanya sakit hati, harus membantu seseorang yang membuangku." Kataku. "Tapi-" Rita ingin mengatakan sesuatu tetapi aku dengan cepat langsung memotong pembicarannya. 

"Seseorang yang hidupnya selalu dimanja sampai sekarang seperti kak Rita mungkin tidak akan mengerti apa yang aku rasakan..Seseorang yang hanya hidup enak di kota-kota besar mungkin tidak akan mengerti yang orang lain rasakan di dunia luar. Kalian tidak akan mengerti betapa rumitnya dunia sosial, pahitnya sendirian dan sakitnya pengorbanan yang selama ini aku rasakan!..dunia luar itu kejam! Kalian yang hanya berlaga dibalik meja kerja tidak akan paham!.." Ucapku serius,dan saking kesalnya air mataku sampai keluar.

Suasana mendadak menjadi hening.Seakan-akan jawabanku sudah sampai final.

"Baiklah kalau seperti itu jawabannya..tidak masalah. Terima kasih atas waktunya nona Akagi, nona muda Airisviel, dan Asca.." Ibuku mengatakan itu kepada kami bertiga. Sementara Rita hanya bisa terdiam tidak terima akan jawabanku. 

"Kita berdua pamit..Sekali lagi terimakasih dan saya meminta maaf telah mengganggu waktu kalian" Ibuku dan Rita pamit, mereka berdua pergi meninggalkan kuil. Meninggalkan Yamanote dan kembali ke Ibukota.

"Apa jawabanku keliru..Ibunda?" tanyaku kepada Akagi. Sejak aku bekerja di Yamanote, Aku menganggap Akagi seperti orang tuaku sendiri. Akagi juga menganggapku seperti anaknya sendiri. "Selama kamu yakin itu benar, maka tidak masalah..Asca, perjalanan hidup kamu kedepannya itu tergantung dari keputusan yang kamu ambil" Akagi tersenyum kepadaku sesudah dirinya mengatakan itu. 

"Ai-chan..kamu masih menyimpan kunci gudang ayah kan?" Akagi menanyakan itu kepada Airis. 

"Masih Ibunda, ini kuncinnya..Ibunda mau mengambil apa? Biar Ai aja yang ngambilin." Airis berkata dan mengeluarkan sebuah kunci dari saku mantelnya. 

"Tidak..hanya untuk jaga-jaga saja Ai, sini biar Ibunda yang menyimpan kunci itu" dan kemudian Airis memberikan kunci tua itu kepada Akagi. 

"Malam ini kamu tidur di kuil saja ya Asca" kata Akagi dan aku hanya mengiyakannya saja.

Sudah sekitar satu minggu setelah pertemuan kala itu. Hari-hariku berjalan normal seperti biasanya. Siang ini aku sedang mengangkut kotak yang berisi obat untuk dikirim ke kota tetangga. Karena sudah dirasa kotak yang aku angkat jumlahnya sudah sesuai pesanan, aku segera duduk di kursi kemudi kereta kuda. Tidak lama setelah itu aku merasakan sakit yang luar biasa di dadaku. Karena saat itu aku belum sempat menutup pintu kereta kuda, aku terjatuh ketanah. Sakit yang amat sangat, entah apa yang terjadi pada jantungku. Orang-orang pabrik yang melihatku, langsung berlari menolongku dan membawaku ke kuil. Saat itu aku masih sadar dan masih bisa merasakan keadaan sekitar. Karena di Yamanote tidak ada rumah sakit, jadi mereka membawaku ke kuil. Karena disana ada seseorang yang paham betul tentang dunia kesehatan, siapa lagi kalau bukan Akagi. Sebelum aku sampai di kuil, aku sudah pingsan. Aku sama sekali tidak tahu aku menderita penyakit apa.

--Besoknya terdengar kabar duka di Yamanote, pemimpim tertinggi di kota tersebut Akagi Camelot telah meninggal dunia karena dibunuh. Walikota Yamanote tersebut dibunuh pada malam hari, jasadnya ditemukan di belakang kuil. Dari hasil laporan detektif kerajaan, Akagi terbunuh karena ditusuk menggunakan pedang pada bagian perutnya. Lokasi pembunuhannya sangat 'bersih', sang pelaku pembunuhan tidak meninggalkan jejak sama sekali. 9 september 1704 adalah tanggal kematian walikota Yamanote, Akagi Camelot. Selama beberapa hari, sekolah, dan perusahaan diliburkan. Suasana duka menyelimuti kota Yamanote, tidak ada satu orangpun yang tidak menggunakan baju berwarna hitam hari itu. Pemakaman Akagi dihadiri sekitar 30.000 orang, kecuali Asca yang tidak hadir karena masih tidak sadarkan diri dan masih beristirahat. Sesudah pemakaman, di hari yang sama, Airisviel Camelot diangkat menjadi walikota Yamanote berikutnya menggantikan almarhum Ibunya. Airisviel dilantik menjadi walikota diusianya yang masih berumur delapan belas tahun. Tidak ada yang kontra akan terpilihnya Airisviel menjadi walikota berikutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EssentialsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang