Chapter 7 : Wanita yang Anggun

10 1 0
                                    

Setelah sambutan yang diberikan oleh seorang perempuan berpakaian kimono tersebut, Airis tersenyum.

"Apa Ibunda ada?" Airis bertanya kepada perempuan itu. Setelah mendengar itu, aku jadi tahu ternyata disini adalah tempat tinggal ibunya.

"Ada nona..mari akan saya antar," Kata si pengurus kuil.

Kami berdua berjalan menuju ruangan Ibunda Airis dengan dipandu oleh pengurus kuil.

"Nona Akagi..nona muda ingin bertemu dengan nona." Pengurus kuil berkata kepada seseorang perempuan yang tengah berdoa di kuil. Seketika perempuan tersebut menyelesaikan doanya, kemudian membalikan badan kearah kami.

"Wah..tak kusangka kamu akan datang kesini, Ai" kata perempuan itu. Ibunda Airis memiliki rambut berwarna platinum seperti Airis, memiliki warna mata biru cerah sama seperti Airis. Wajahnya nampak sangat awet muda dan cantik.

Mungkin jika seseorang berkata kepadaku bahwa dirinya adalah wanita berumur 23 tahun, mungkin aku akan mudah percaya. Ternyata benar buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, kecantikan Airis ternyata turunan dari ibundanya.

Airis memperkenalkanku bahwa diriku adalah temannya dan Airis juga mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin aku dan Airis bicarakan dengan Akagi (Ibunda Airis).

"Kita bisa mengobrol sekarang, ayo Ai..Asca, ikut Ibu" Akagi mengajak kami ke suatu tempat yang sekiranya nyaman untuk mengobrol.

Tempat itu tidaklah jauh, hanya berada di lantai paling tinggi kuil itu. Di tempat itu, jika aku melihat ke arah bawah aku akan melihat indahnya pemandangan kota Yamanote. Sedangkan jika aku melihat ke arah atas, aku akan melihat indahnya gemerlap bintang dan senyuman dewi malam. Tempat yang sempurna untuk menenangkan jiwa dan raga.

"Jadi apa yang mau Ai dan Asca bicarakan?" kata Akagi. Kami bertiga duduk dikursi yang ada disana. Kemudian karena dirasa suasananya sudah sangat sesuai, diriku mengatakan semuanya. Mulai dari diriku yang dibuang oleh keluargaku dulu karena perbedaan warna darah sampai diriku yang secara kebetulan bisa bertemu dengan Airis. Aku menceritakan semuanya, tidak ada yang terlewat. Aku yakin bahwa Akagi adalah orang yang bisa memberiku saran.

"Nak Asca..sekarang apa tujuanmu?" setelah mendengar ceritaku, Akagi menanyakan hal itu.

"Aku ingin kembali ke kasta lamaku, aku tidak ingin terus menerus berada di kasta Rough." Jawabku. Setelah mendengar itu, Akagi tidak mengatakan apa-apa. Beberapa lama kemudian, Akagi berkata

"Sebentar nak Ibu ingin kebawah dulu..".Aku tidak mengerti apakah tujuanku itu benar atau menyimpang. Airis yang mendengar itu juga diam saja.

"Maaf menunggu, Ibu ingin menunjukan ini" Akagi datang dengan membawakan beberapa lembar kertas. Setelah dibuka, kertas itu berisi macam-macam pekerjaan dari berbagai perusahaan di kota Yamanote.

"Nak Asca..kamu pilih satu dari sekian banyak pekerjaan di kota ini, bebas kamu memilih yang mana. Nanti biar Ibunda yang mengurus," kata Akagi. Aku masih tidak mengerti apa maksud hal itu.

"Apa kamu tidak tahu ya Asca? Siapa itu Ibunda di kota Yamanote ini?" Airis mengatakan itu kepadaku. Karena aku sama sekali tidak tahu, Airis pun menjelaskan siapa sebenarnya Ibunya di kota ini.

"Ibuku, Akagi Camelot dulunya adalah seorang putri kerajaan yang paling tidak betah tinggal di Istana kerajaan. Ibuku hanya ingin tinggal di kota bernama Yamanote. Ibuku sebagai anggota keluarga kerajaan dulunya sangat membantu kota Yamanote dari keterpurukan, kota Yamanote bisa sangat berkembang seperti sekarang karena bantuan Ibuku dimasa lalu, disaat dirinya masih jadi Putri kerajaan. Di kota ini jugalah Ibuku bertemu dengan Ayahku, mereka menikah, karena bisa dibilang pernikahan mereka adalah pernikahan terlarang. Jadi Ibuku melarikan diri ke kota ini dan melepas gelarnya sebagai putri kerajaan. Di kota ini, Ibuku dan Ayahku membuka banyak usaha..peran Ibuku di kota Yamanote sekarang adalah sebagai walikota..singkat cerita seperti itu" Airis mengatakan itu kepadaku. Akagi yang mendengar kisah hidupnya diceritakan oleh anaknya sendiri hanya bisa tertawa pelan.

Akagi mengatakan bahwa sebenarnya dirinya dengan diriku sama-sama pernah dibuang dari mantan keluarganya dulu. Hanya saja Akagi dan diriku berbeda permasalahan. Disini Akagi ingin membantu orang seperti Asca, Akagi juga mengatakan bahwa satu-satunya orang tua yang dia punya sekarang adalah mertuanya sendiri yaitu kakek dari Airis. Aku tahu, itu adalah kakek yang dulu pernah aku selamatkan. Akagi sangat berterimakasih karena diriku saat itu menolong sang kakek.

Aku memegang dan membaca lembar demi lembar kertas yang berisi puluhan pekerjaan yang siap menerimaku di Yamanote, aku sebenarnya datang kesini hanya untuk meminta saran bukan untuk meminta pekerjaan.

"Ibunda..maaf kalau aku tidak sopan, tapi aku ingin menanyakan kenapa Ibunda menawarkanku pekerjaan di Yamanote? Aku sendiri sudah punya pekerjaan di daerah Joms sebagai petani gandum," karena dari tadi aku penasaran jadi aku menanyakannya saja.

"Disana kamu tidak punya orang-orang yang siap membantumu apabila kamu kesusahan,selama berbulan-bulan disana kamu hidup sendiri, sementara di Yamanote kamu akan memiliki koneksi dengan banyak individu dan itu yang akan memudahkan kamu untuk mencapai tujuan kamu," Akagi mengatakan itu dengan serius. Yang Akagi katakan tidaklah salah, Iya benar selama ini aku hanya berjuang sendiri.

Setelah aku mempertimbangkan banyak hal, akhirnya aku setuju bahwa aku akan bekerja di kota Yamanote. Tinggal di kota Yamanote dan meninggalkan pekerjaan lamaku di Joms. Dari lembaran kerja itu, aku memilih satu, yaitu aku bekerja di pabrik pembuatan obat-obatan. Airis disaat perjalanan ke Yamanote pernah mengatakan kepadaku, bahwasannya kota Yamanote terkenal akan produksi obat-obatannya yang dipercaya manjur untuk berbagai macam penyakit. Jadi aku memutuskan untuk bekerja di bidang itu.

"Ai-chan, nanti sesekali mampir kesini untuk mengunjungi Asca..bisa saja Asca rindu kamu lho..." Akagi mengatakan itu kepada Airis dengan senyuman dan menutupi mulutnya dengan telapak tangannya. Akagi sedang menggoda Airis disitu.

"Haaa!!.. memangnya dia siapanya aku bu.." Airis mengatakan itu dengan wajah kesal. Aku hanya diam.

Besok pagi aku dan Airis pulang kembali ke Joms. Tapi saat itu juga aku harus mengurus surat pindah dan menjual aset ladang gandumku. Karena aku akan bekerja di kota Yamanote setelah itu.

Aku membawa barang-barang rumahku dengan kereta kuda. Aku sampai di kota Yamanote. Disana selain aku mendapatkan pekerjaan baru, Akagi juga memberikan tempat tinggal baru untuku.

Kalau dihitung-hitung, aku sudah lebih dari lima kali pindah-pindah tempat tinggal. Tempat tinggalku agak lebih besar dari rumahku di Joms dulu. Aku memindahkan barang-barangku dan selesai sudah.

Aku bekerja di perusahaan obat-obatan,aku bekerja sebagai kurir pengangkut hasil pabrik yang akan mendistribusikan obat-obatan ke daerah-daerah kerajaan. Karena obat-obatan sudah sangat terkenal akan khasiatnya, jadi terkadang aku harus mendistribusikan obat-obatan ke daerah-daerah yang sangat jauh jaraknya dari Yamanote, bahkan pernah sesekali ke Ibukota kerajaan, Evenheim.

Tidak sampai satu bulan aku bekerja di pabrik itu, sore itu aku mendapatkan tugas untuk mengantarkan tanaman-tanaman obat ke salah satu pemesan di Evenheim. Untuk pesanan kali ini diriku penasaran, karena untuk pertama kalinya ada yang memesan tanaman obat. Biasanya para pemesan memesan obat buatan pabrik dalam bentuk produk jadi, bukan bahan pembuatannya. Karena itu adalah pekerjaan jadi mau bagaimana lagi, aku harus kerjakan.

Sore itu aku menggunakan kereta kuda pabrik membawa 5 kotak besar berisi tanaman obat yang berbeda-beda setiap kotaknya, tentu aku akan mengantarkan tanaman obat itu untuk si pemesan yang ada di Evenheim. Sore itu aku memulai perjalananku. Sekitar satu hari perjalanan aku baru sampai di Evenheim. Aku sampai di Evenheim pada sore hari juga.

Kala itu aku sedang berada di tempat yang sudah ditentukan. Nama pemesan yang ditulis disurat adalah 'Senko', jadi dari tadi aku menunggu pemesan bernama Senko yang datang untuk mengambil pesanan. Tidak lama kemudian, seseorang dari belakang memanggilku. Karena aku berpikiran orang itu adalah si pemesan jadi aku langsung membalikkan badan. Disaat aku melihat orang itu, aku terkejut. Aku mengenal orang itu, orang yang memanggilku.

Dia adalah perempuan yang sekarang berusia 21 tahun, bernama Rita von Everhood. Dia adalah kakak perempuanku.

EssentialsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang